BULAN MUHARAM DALAM DIMENSI SUFI
Dalam Kitab
Fadhoilu Ash-Shuhur disebutkan bahwa
kata Muharam terdiri dari empat huruf , yaitu م (mim) ح (ha) ر (ro) dan
م (mim). Adapun makna yang terkandung dalam
nama bulan ini secara harfiah adalah sebagai berikut :
Syhekh Sanusi semoga Alloh merahmatinya, di dalam
kitab Syarah Al-Jaziri menyatakan bahwa; Nafsu jika ia datang menyerang , maka
ia laksana musuh. Dengan
demikian, jika ia datang maka wajib melawan dan
minta bantuan untuk mengalahkannya. Seperti saat menghadapi musuh, jika ia datang menyerang, kita wajib melawannya.
Alloh berfirman:
وَمَن
جَٰهَدَ فَإِنَّمَا يُجَٰهِدُ لِنَفۡسِهِۦٓۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ ٱلۡعَٰلَمِينَ
٦
“ Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya
jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (Al-Ankabut : 6)
Nafsu adalah hijab (penghalang) yang paling besar yang
menjadi dinding antara kita dengan Alloh Swt., karenanya siapapun yang mampu
keluar dari kungkungannya, maka sesungguhnya ia telah mendapatkan nikmat yang
besar.
Nafsu adalah suatu elemen halus yang mengandung daya kehidupan,
perasaan, dan gerak kehendak. Tuhan Yang Maha Bijak menamainya ruh hayawaniyyah. la adalah perantara
yang ada antara hati yaitu nafsu
nathiqoh dan badan, yang dalam Al Quran disebut dengan istilah syajaroh zaitun (pohon zaitun) yang
diberkati dan mengandung minyak.
Nafsu, tidak datang dari arah barat ataupun timur karena bertambahnya tingkatan. Dan karena berkah Alloh
terhadap nafsu termaksud, sebab
ia bukan dari arah timur alam arwah yang mandiri dan bukan pula dari arah barat
alam materi, seperti nafsu amarah yang cenderung ke tabiat badaniah dan
memerintah pada kenikmatan-kenikmatan
dan syahwat-syahwat hissiyah (fisik) dan mendorong hati ke arah yang rendah yaitu tempat keburukan,
dan sebagai sumber
akhlak yang buruk dan perbuatan yang tercela.
Alloh berfirman:
إِنَّ
ٱلنَّفۡسَ لَأَمَّارَةُۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيٓۚ ٥٣
“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada
kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku
Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang” (QS. Yusuf : 53.)
Adapun nafsu
lawwamah yaitu nafsu yang bersinar dengan cahaya hati. Sekiranya seseorang
terlena dan berleha dalam salah dan alfa karena lupa, maka ia akan segera
bangkit dan terbangun lalu
memperbaiki keadaannya secara berulang-ulang antara dua arah, yakni dari arah ketuhanan dan kemakhlukan. Jika keluar daripadanya suatu kejelekan karena tergoda dan
tertarik dengan kedholiman maka ia akan segera menyusulnya dengan cahaya
ketuhanan sehingga ia dapat tersadar
atas kekhilafan din dan segera bertaubat kepada Ilahi dengan memohon rahmat dan ampunan ke hadapan Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Pengampun,
Itulah sebabnya Alloh menyebutnya dan
memulai panggilan terhadapnya dengan kata
"Sungguh Aku bersumpah" . Misal dalam ayat :
وَلَآ
أُقۡسِمُ بِٱلنَّفۡسِ ٱللَّوَّامَةِ ٢
"Sungguh aku bersumpah dengan
nafsu lawwamah". (QS. Al Qiyamah: 2)
Nafsu muthmainnah adalah nafsu yang
sempurna cahayanya dengan sinar hati sehingga ia terbebas dari sifat-sifatnya
yang buruk, lalu berahklak dengan akhlak yang terpuji, menghadap ke
arah hati secara total, ia berusaha naik ke arah alam kesucian (al
quds), terbersihkan dari arah kekotoran dengan mematuhi ketaatan,
merasa tenang dengan menghadap kepada Zat Yang Maha Meningkatkan derajat makhluk-Nya,
sehingga Tuhan mengkhitabinya dengan firman-Nya:
يَٰٓأَيَّتُهَا
ٱلنَّفۡسُ ٱلۡمُطۡمَئِنَّةُ ٢٧ ٱرۡجِعِيٓ
إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةٗ مَّرۡضِيَّةٗ ٢٨ فَٱدۡخُلِي فِي عِبَٰدِي ٢٩ وَٱدۡخُلِي
جَنَّتِي ٣٠
“ Wahai nafsu yang tenang, sembahlah tuhanmu dengan
penuh kerelaan dan diridhoi, masuklah ke dalam kelompok hamba-hambaKu dan
masuklah ke surgaKu. “ ( QS. Al-Fajr : 27-30).
Untuk membersihkan diri, mengendalikan nafsu, dan
memerangi setan sungguh tidak ada ujung dan akhirnya. Oleh karena itu seusai
perang badar yang begitu dahsyatnya, Rosulillah Saw. Bersabda:
رجعنا من الجهادالاصغر الى
الجهاد الاكبر جهادالنفس
“ Kita baru
saja selesai perang kecil menuju ke perang besar, yaikni perang melawan hawa
nafsu”
Demikian juga Nabi Memandang bahwa
jihad melawan nafsu adalah jihad yang paling utama, beliau bersabda :
افضل الجهاد ان يجاهد الرجل
نفسه
“ Jihad yang paling utama adalah jihadnya seorang laki-laki melawan
nafsunya “
Salah satu upaya manusia untuk mewujudkan perang terhadap nafsu
setan adalah dengan menghujamkan kalimat Laa Ilaaha Ilalloh dalam
hati sanubari. Manifestasi dari hal ini dibentuk dengan dijadikannya
kalimat Laa Ilaaha Illalloh sebagai sighot dzikir, sebab ia adalah kalimah
thoyyibah yang dapat mensucikan hati orang yang mengucapkannya.Tentu
saja yang bukan hanya diucapkan lisan semata tetapi dengan berjuang untuk
memahami maknanya. Seseorang
yang memahami dengan benar makna mendalam yang tersirat dalam
kalimat ini akan merasakan pengaruh yang luar biasa yang tidak akan
ditemui pada kalimat-kalimat yang lainnya. Sesungguhnya orang
yang mematuhi kalimah thoyyibah ia tidak akan menemukan kesulitan
selamanya baik di dunia maupun di hari kiamat, sebagaimana
diungkap dalam keterangan berikut:
Firman
Alloh:
وَقَالُواْ
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِيٓ أَذۡهَبَ عَنَّا ٱلۡحَزَنَۖ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٞ
شَكُورٌ
“Dan mereka berkata:
"Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami.
Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampum lagi Maha Mensyukuri ( Q.S. Fatir : 34)
B.
Ha (ح) حفظ الحرمة (Menjaga Kehormatan)
Menjaga kehormataan Alloh adalah bagian dan pokok-pokok
akidah yang lima, seperti diungkapkan dalam kitab Tafrihul Khothir karya
Syekh Abdul Qodir al Jailani dan dalam kitab Miftahus Suduur karya
Syekh Ahmad Shohibul Wafa Taj al-'Arifin. "Barangsiapa menjaga
kehormataan Alloh, maka Alloh akan menjaga kehormatannya".
Tidaklah ia tahu, bahwa sesungguhnya manusia tidak akan kufur
dengan maksiat, tetapi ia dapat menjadi kufur dengan sebab meninggalkan
kehormatannya. Demikian sabda Ali bin Abi Tholib Karomallohu Wajhahu.
Alloh berfirman :
وَلَقَدۡ
خَلَقۡنَٰكُمۡ ثُمَّ صَوَّرۡنَٰكُمۡ ثُمَّ قُلۡنَا
لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ ٱسۡجُدُواْ لِأٓدَمَ
فَسَجَدُوٓاْ إِلَّآ إِبۡلِيسَ لَمۡ يَكُن مِّنَ ٱلسَّٰجِدِينَ ١١ قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا
تَسۡجُدَ إِذۡ أَمَرۡتُكَۖ قَالَ أَنَا۠ خَيۡرٞ
مِّنۡهُ خَلَقۡتَنِي مِن نَّارٖ وَخَلَقۡتَهُۥ مِن طِينٖ ١٢ قَالَ فَٱهۡبِطۡ مِنۡهَا
فَمَا يَكُونُ لَكَ أَن تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَٱخۡرُجۡ إِنَّكَ مِنَ
ٱلصَّٰغِرِينَ ١٣
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu
Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat:
"Bersujudlah kamu kepada Adam", maka merekapun bersujud kecuali
iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. Allah berfirman: "Apakah
yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?"
Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api
sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". Allah berfirman: "Turunlah
kamu dari surga itu; karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya,
maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina"
(Al-‘Arof : 11-13)
Dalam ayat yang lain Alloh berfirman :
وَإِذۡ
قُلۡنَا لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ ٱسۡجُدُواْ لِأٓدَمَ فَسَجَدُوٓاْ إِلَّآ إِبۡلِيسَ
أَبَىٰ وَٱسۡتَكۡبَرَ وَكَانَ مِنَ ٱلۡكَٰفِرِينَ ٣٤
“ Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para
malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali
Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang
kafir” (Al-Baqarah: 34)
Mengagungkan kehormatan orang-orang beriman adalah bagian
dari mengagungkan kehormatan tanda-tanda kebesaran Alloh Azzawajalla.
Dengan mengagungkan kehormatan tersebut maka seseorang dapat sampai ke tingkat
haqiqot taqwa. Dalam kitab Ar-Risalah al-Qusairiyyah, Hamid Masruq
menyatakan bahwa Alloh berfirman :
ذَٰلِكَۖ
وَمَن يُعَظِّمۡ حُرُمَٰتِ ٱللَّهِ فَهُوَ خَيۡرٞ لَّهُۥ عِندَ رَبِّهِۦۗ
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa
mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik
baginya di sisi Tuhannya.(Q.S. Al-Hajj : 30)
Bergabung
bersama Syekh (guru) dan ikhwan adalah bagian dari mengagungkan kehormatan, sebagaimana yang diungkapkan dalam kitab Tanwirul Qulub: "Barangsiapa
mencari maula (guru) tetapi ia
meninggalkan persahabatan degan para Syekh dan orang-orang fakir serta meninggalkan upaya untuk sampai
kepada mereka, maka yang demikian menjadi penyebab kembalinya ia ke maqom umum.
Selamanya tidaklah boleh seorang
murid menyatakan kepada gurunya
"Mengapa?" Para Syekh telah sepakat bahwa bila seorang murid berkata kepada gurunya "Mengapa?" maka
ia tidak akan bahagia dalam menempuh
jalan.
Syekh Abdurohman al-Jili semoga Alloh meridhoinya, berkata, "Seringkali
Seorang murid terhalang dari bertambahnya kualitas diri dalam mencapai maqomat, dikarenakan
ia bertanya kepada gurunya;
"Mengapa?" Sebab yang demikian adalah suatu dosa menurut ahli tarekat. Semua tarekat adalah adab (etika)
pendidikan.
Barangsiapa telah terdidik bersama Syekhnya maka ia terdidik bersama Tuhannya,
barangsiapa berlaku tidak baik bersama Syekhnya
maka ia pun berlaku jelek bersama Tuhannya.
C.
Ra (ر ) رضئ الله ( Ridho Alloh)
Dalam Q.S. Al-Maidah
Ayat Alloh berfirman :
رَّضِيَ
ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ١١٩
“Allah ridha terhadap-Nya.
Itulah keberuntungan yang paling besar" (Al-Maidah : 119)
Dalam Ayat lain Alloh berfiman :
لَّقَدۡ
رَضِيَ ٱللَّهُ عَنِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذۡ يُبَايِعُونَكَ تَحۡتَ ٱلشَّجَرَةِ
فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمۡ فَأَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ عَلَيۡهِمۡ وَأَثَٰبَهُمۡ
فَتۡحٗا قَرِيبٗا ١٨وَمَغَانِمَ كَثِيرَةٗ يَأۡخُذُونَهَاۗ وَكَانَ ٱللَّهُ
عَزِيزًا حَكِيمٗا ١٩
“ Sesungguhnya Allah telah
ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di
bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu
menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan
kemenangan yang dekat (waktunya) Serta harta rampasan yang banyak yang dapat
mereka ambil. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana ( Q.S. Al-Fatah
: 18-19)
Istilah bai’at yang dimaksud
dalam ayat di atas adalah talqin. Dan Rosululloh, apabila membai’at manusia
beliau mentalqin mereka pada apa yang mereka mampu. Rosululloh saw. Bersabda :
يد خل الجنة من بايع تحت
الشجرة (رواه الرمدي)
“ Akan masuk surga orang-orang
yang berjanji setia di bawah pohon” (H.R. Muslim)
Adapun yang dimaksud dengan
“pohon” dalam hadits ini adalah pohon Al-Qur’an, yaitu Laa Ilaaha Illallloh
sebagaimana dalam firman Alloh :
أَلَمۡ
تَرَ كَيۡفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلٗا كَلِمَةٗ طَيِّبَةٗ كَشَجَرَةٖ طَيِّبَةٍ
أَصۡلُهَا ثَابِتٞ وَفَرۡعُهَا فِي ٱلسَّمَآءِ ٢٤ تُؤۡتِيٓ أُكُلَهَا كُلَّ
حِينِۢ بِإِذۡنِ رَبِّهَاۗ وَيَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ
يَتَذَكَّرُونَ ٢٥
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana
Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik,
akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya
pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan
itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat
( QS.Ibrohim : 24-25)
D.
MIM (م ) محبة الله (Mencintai Alloh)
Tanda cinta kepada Alloh itu adalah dengan mengikuti akhlak, perbuatan,
perintah, dan sunah-sunah kekasih Alloh Swt. Hal ini telah Alloh isyaratkan
dalam firmannya :
وَمَآ
ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا
نَهَىٰكُمۡ عَنۡهُ فَٱنتَهُواْۚ
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (QS.: Al-Hasr : 7)
Dalam Ayat lain Alloh berfirman :
قُلۡ
إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ
لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ ٣١
“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang” (Ali Imran : 31)
Ibnu Atho'illah
berkata, "Tidaklah kamu mencintai sesuatu kecuali kamu menjadi hamba
baginya, dan dia tidak ingin kamu menghamba kepada selain-Nya".
Oleh karena itu, maka wajar saja apabila hati telah mencintai sesuatu ia akan datang kepadanya, tunduk, dan taat kepada seluruh perintahnya. Karena sesungguhnya sang pencinta yang mencintai dengan
seluruh hatinya akan menjadi seorang yang patuh terhadap seluruh perintah yang dicintainya. Ketaatan dan
kepatuhan inilah yang sebenarnya menjadi hakikat penyembahan ('ubudiyah).Cinta
kita hanya layak diberikan kepada Sang Pencipta, Alloh Swt. Tiadalah
makhluk layak mendapatkan cinta kecuali
sebagai manifestasi atas cinta kita kepada-Nya. Karenanya cinta kita terhadap sesama makhluk semestinya tidak
membutakan kita dari menetapi
ketentuan-Nya. Totalitas kita dalam mencintai Alloh hendaknya tidak terkalahkan
dengan rasa cinta kita kepada makhluk.
Karena yang demikian itu sungguh disukai Alloh sebagaimana Alloh firmankan:
قُلۡ
إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمۡ وَأَبۡنَآؤُكُمۡ وَإِخۡوَٰنُكُمۡ وَأَزۡوَٰجُكُمۡ
وَعَشِيرَتُكُمۡ وَأَمۡوَٰلٌ ٱقۡتَرَفۡتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٞ تَخۡشَوۡنَ كَسَادَهَا
وَمَسَٰكِنُ تَرۡضَوۡنَهَآ أَحَبَّ إِلَيۡكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ
وَجِهَادٖ فِي سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُواْ
حَتَّىٰ يَأۡتِيَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ
٢٤
“ Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak,
saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang
kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad
di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (At-Taubah : 24)
Dalam Ayat lain Alloh berfirman :
وَمِنَ
ٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادٗا يُحِبُّونَهُمۡ كَحُبِّ ٱللَّهِۖ
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَشَدُّ حُبّٗا لِّلَّهِۗ وَلَوۡ يَرَى ٱلَّذِينَ
ظَلَمُوٓاْ إِذۡ يَرَوۡنَ ٱلۡعَذَابَ أَنَّ ٱلۡقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعٗا وَأَنَّ ٱللَّهَ
شَدِيدُ ٱلۡعَذَابِ
١٦٥
“ Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.
Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka
melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya,
dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal) ( QS.
Al-Baqarah : 165)
Oleh karena itu, Alloh sangat tidak ridho kepada
hamba-Nya yang mengabdikan diri
kepada selain Alloh. Sebagai salah satu contoh dapat kita lihat "kecaman" Alloh terhadap
hamba-Nya yang menjadi budak hawa
nafsunya, yang termaktub dalam firman-Nya:
أَفَرَءَيۡتَ
مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَٰهَهُۥ هَوَىٰهُ وَأَضَلَّهُ ٱللَّهُ عَلَىٰ عِلۡمٖ
وَخَتَمَ عَلَىٰ
سَمۡعِهِۦ وَقَلۡبِهِۦ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِۦ
غِشَٰوَةٗ فَمَن يَهۡدِيهِ مِنۢ بَعۡدِ ٱللَّهِۚ
أَفَلَا تَذَكَّرُونَ ٢٣
“ Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan
hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan
Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas
penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah
(membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.(Al-Jatsiyah
: 23)
Ayat
ini merupakan nash pengecaman bagi orang, yang mencintai hawa'nafsunya
dan menjadikan Tuhan selain Alloh.
Rosululloh saw. bersabda:
علامة حب الله حب الذكر الله وعلامة بعض الله بعض
ذكرالله (رواه البيهقي عن انس)
“ Tanda cinta kepada Alloh
adalah mencintai dzikrulloh, dan tanda benci kepada Alloh adalah membenci pada
Dzikir kepada AlloH (H.R. Baihaqi dari Annas ra).
Dalam hadits lain Rosululloh
SAW. Bersabda:
من احب الله تعلئ اكثر ذكره, وثمرثه ان يذكره الله برحمثه وغفراته ويدخله
الجنة مع انبياءه ويكرمه برؤية جماله ومن احب النبي اكثر من الصلاة عليه,وثمرته
الوصول الئ شفاعته وصحبته فئ الجنة.
“ Barangsiapa yang mencintai Alloh taala
maka dia akan memperbanyak dzikir kepadanya, dan buahnya cinta kepada Alloh,
yaitu Alloh memberikan Rahmat dan ampunan kepadanya, dan dia dimasukan ke dalam
surga beserta para Ambiya dan para Aulianya Alloh dan memberi kemulyaan Alloh
kepadanya dengan melihat keindahan Alloh dan barangsiapa yang cinta kepada Nabi
SWA, maka dia memperbanyak solawat
kepadanya. Dan buahnya cinta kepada Nabi yaitu sampai ke Syafaatnya, dan beliau
menyertainya di surga.”
0 Komentar untuk "BULAN MUHARAN DALAM DIMENSI SUFI "