ads
ads

BULAN MUHARAN DALAM DIMENSI SUFI



BULAN MUHARAM DALAM DIMENSI SUFI


Dalam Kitab  Fadhoilu Ash-Shuhur disebutkan bahwa kata Muharam terdiri dari empat huruf , yaitu   م   (mim)   ح  (ha)  ر   (ro) dan  م  (mim). Adapun makna yang terkandung dalam nama bulan ini secara harfiah adalah sebagai berikut :

A.   Mim (م) مجاهدة النفس)) Mujahadatun Nafsi ( memerangi hawa nafsu)
Syhekh Sanusi semoga Alloh merahmatinya, di dalam kitab Syarah Al-Jaziri menyatakan bahwa; Nafsu jika ia datang menyerang , maka ia laksana musuh. Dengan demikian, jika ia datang maka wajib melawan dan minta bantuan untuk mengalahkannya. Seperti saat menghadapi musuh, jika ia datang menyerang, kita wajib melawannya.
Alloh berfirman:

وَمَن جَٰهَدَ فَإِنَّمَا يُجَٰهِدُ لِنَفۡسِهِۦٓۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٦

Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (Al-Ankabut : 6)

Nafsu adalah hijab (penghalang) yang paling besar yang menjadi dinding antara kita dengan Alloh Swt., karenanya siapapun yang mampu keluar dari kungkungannya, maka sesungguhnya ia telah mendapatkan nikmat yang besar.
Nafsu adalah suatu elemen halus yang mengandung daya ke­hidupan, perasaan, dan gerak kehendak. Tuhan Yang Maha Bijak menamainya ruh hayawaniyyah. la adalah perantara yang ada antara hati yaitu nafsu nathiqoh dan badan, yang dalam Al Quran disebut de­ngan istilah syajaroh zaitun (pohon zaitun) yang diberkati dan mengan­dung minyak. Nafsu, tidak datang dari arah barat ataupun timur karena bertambahnya tingkatan. Dan karena berkah Alloh terhadap nafsu termaksud, sebab ia bukan dari arah timur alam arwah yang mandiri dan bukan pula dari arah barat alam materi, seperti nafsu amarah yang cenderung ke tabiat badaniah dan memerintah pada kenikmatan-kenikmatan dan syahwat-syahwat hissiyah (fisik) dan men­dorong hati ke arah yang rendah yaitu tempat keburukan, dan seba­gai sumber akhlak yang buruk dan perbuatan yang tercela.
Alloh berfirman:
إِنَّ ٱلنَّفۡسَ لَأَمَّارَةُۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيٓۚ ٥٣

“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang” (QS. Yusuf : 53.)

Adapun nafsu lawwamah yaitu nafsu yang bersinar dengan cahaya hati. Sekiranya seseorang terlena dan berleha dalam salah dan alfa karena lupa, maka ia akan segera bangkit dan terbangun lalu memperbaiki keadaannya secara berulang-ulang antara dua arah, yakni dari arah ketuhanan dan kemakhlukan. Jika keluar dari­padanya suatu kejelekan karena tergoda dan tertarik dengan kedho­liman maka ia akan segera menyusulnya dengan cahaya ketuhanan sehingga ia dapat tersadar atas kekhilafan din dan segera bertaubat kepada Ilahi dengan memohon rahmat dan ampunan ke hadapan Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Pengampun, Itulah sebabnya Alloh menyebutnya dan memulai panggilan terhadapnya dengan kata "Sungguh Aku bersumpah" . Misal dalam ayat :
 وَلَآ أُقۡسِمُ بِٱلنَّفۡسِ ٱللَّوَّامَةِ ٢
"Sungguh aku ber­sumpah dengan nafsu lawwamah". (QS. Al Qiyamah: 2)

Nafsu muthmainnah adalah nafsu yang sempurna cahayanya de­ngan sinar hati sehingga ia terbebas dari sifat-sifatnya yang buruk, lalu berahklak dengan akhlak yang terpuji, menghadap ke arah hati secara total, ia berusaha naik ke arah alam kesucian (al quds), terber­sihkan dari arah kekotoran dengan mematuhi ketaatan, merasa te­nang dengan menghadap kepada Zat Yang Maha Meningkatkan derajat makhluk-Nya, sehingga Tuhan mengkhitabinya dengan firman-Nya:
 يَٰٓأَيَّتُهَا ٱلنَّفۡسُ ٱلۡمُطۡمَئِنَّةُ ٢٧  ٱرۡجِعِيٓ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةٗ مَّرۡضِيَّةٗ ٢٨ فَٱدۡخُلِي فِي عِبَٰدِي ٢٩  وَٱدۡخُلِي جَنَّتِي ٣٠
“ Wahai nafsu yang tenang, sembahlah tuhanmu dengan penuh kerelaan dan diridhoi, masuklah ke dalam kelompok hamba-hambaKu dan masuklah ke surgaKu. “ ( QS. Al-Fajr : 27-30).

Untuk membersihkan diri, mengendalikan nafsu, dan memerangi setan sungguh tidak ada ujung dan akhirnya. Oleh karena itu seusai perang badar yang begitu dahsyatnya, Rosulillah Saw. Bersabda:

رجعنا من الجهادالاصغر الى الجهاد الاكبر جهادالنفس
“ Kita baru saja selesai perang kecil menuju ke perang besar, yaikni perang melawan hawa nafsu”

Demikian juga Nabi  Memandang bahwa jihad melawan nafsu adalah jihad yang paling utama, beliau bersabda :

افضل الجهاد ان يجاهد الرجل نفسه
“ Jihad yang paling utama  adalah jihadnya seorang laki-laki melawan nafsunya “

Salah satu upaya manusia untuk mewujudkan perang terha­dap nafsu setan adalah dengan menghujamkan kalimat Laa Ilaaha Ilalloh dalam hati sanubari. Manifestasi dari hal ini dibentuk dengan dijadikannya kalimat Laa Ilaaha Illalloh sebagai sighot dzikir, sebab ia adalah kalimah thoyyibah yang dapat mensucikan hati orang yang mengucapkannya.Tentu saja yang bukan hanya diucapkan lisan semata tetapi dengan berjuang untuk memahami maknanya. Sese­orang yang memahami dengan benar makna mendalam yang ter­sirat dalam kalimat ini akan merasakan pengaruh yang luar biasa yang tidak akan ditemui pada kalimat-kalimat yang lainnya. Sesung­guhnya orang yang mematuhi kalimah thoyyibah ia tidak akan me­nemukan kesulitan selamanya baik di dunia maupun di hari kiamat, sebagaimana diungkap dalam keterangan berikut:
Firman Alloh:

وَقَالُواْ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِيٓ أَذۡهَبَ عَنَّا ٱلۡحَزَنَۖ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٞ شَكُورٌ
“Dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampum lagi Maha Mensyukuri ( Q.S. Fatir : 34)

B.   Ha (ح) حفظ الحرمة  (Menjaga Kehormatan)

Menjaga kehormataan Alloh adalah bagian dan pokok-pokok akidah yang lima, seperti diungkapkan dalam kitab Tafrihul Khothir karya Syekh Abdul Qodir al Jailani dan dalam kitab Miftahus Suduur karya Syekh Ahmad Shohibul Wafa Taj al-'Arifin. "Barangsiapa menjaga kehormataan Alloh, maka Alloh akan menjaga kehormatannya".
Tidaklah ia tahu, bahwa sesungguhnya manusia tidak akan kufur dengan maksiat, tetapi ia dapat menjadi kufur dengan sebab meninggalkan kehormatannya. Demikian sabda Ali bin Abi Tholib Karomallohu Wajhahu. Alloh berfirman :

وَلَقَدۡ خَلَقۡنَٰكُمۡ ثُمَّ صَوَّرۡنَٰكُمۡ  ثُمَّ قُلۡنَا لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ  ٱسۡجُدُواْ لِأٓدَمَ فَسَجَدُوٓاْ إِلَّآ إِبۡلِيسَ لَمۡ يَكُن مِّنَ ٱلسَّٰجِدِينَ ١١ قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسۡجُدَ إِذۡ أَمَرۡتُكَۖ قَالَ أَنَا۠  خَيۡرٞ مِّنۡهُ خَلَقۡتَنِي مِن نَّارٖ وَخَلَقۡتَهُۥ مِن طِينٖ  ١٢ قَالَ فَٱهۡبِطۡ  مِنۡهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ  أَن تَتَكَبَّرَ فِيهَا  فَٱخۡرُجۡ  إِنَّكَ  مِنَ ٱلصَّٰغِرِينَ ١٣

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam", maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina" (Al-‘Arof : 11-13)
Dalam ayat yang lain Alloh berfirman :

وَإِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ ٱسۡجُدُواْ لِأٓدَمَ فَسَجَدُوٓاْ إِلَّآ إِبۡلِيسَ أَبَىٰ وَٱسۡتَكۡبَرَ وَكَانَ مِنَ ٱلۡكَٰفِرِينَ ٣٤

“ Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir” (Al-Baqarah: 34)

Mengagungkan kehormatan orang-orang beriman adalah bagian dari mengagungkan kehormatan tanda-tanda kebesaran Alloh Azzawajalla. Dengan mengagungkan kehormatan tersebut maka seseorang dapat sampai ke tingkat haqiqot taqwa. Dalam kitab Ar-Risalah al-Qusairiyyah, Hamid Masruq menyatakan bahwa Alloh berfirman :

ذَٰلِكَۖ وَمَن يُعَظِّمۡ حُرُمَٰتِ ٱللَّهِ فَهُوَ خَيۡرٞ لَّهُۥ عِندَ رَبِّهِۦۗ

“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya.(Q.S. Al-Hajj : 30)

Bergabung bersama Syekh (guru) dan ikhwan adalah bagian dari mengagungkan kehormatan, sebagaimana yang diungkapkan dalam kitab Tanwirul Qulub: "Barangsiapa mencari maula (guru) tetapi ia meninggalkan persahabatan degan para Syekh dan orang-orang fakir serta meninggalkan upaya untuk sampai kepada mereka, maka yang demikian menjadi penyebab kembalinya ia ke maqom umum. Selamanya tidaklah boleh seorang murid menyatakan kepada guru­nya "Mengapa?" Para Syekh telah sepakat bahwa bila seorang murid berkata kepada gurunya "Mengapa?" maka ia tidak akan bahagia da­lam menempuh jalan.
Syekh Abdurohman al-Jili semoga Alloh meridhoinya, berkata, "Seringkali Seorang murid terhalang dari bertambahnya kualitas diri dalam mencapai maqomat, dikarenakan ia bertanya kepada guru­nya; "Mengapa?" Sebab yang demikian adalah suatu dosa menurut ahli tarekat. Semua tarekat adalah adab (etika) pendidikan.
Barangsiapa telah terdidik bersama Syekhnya maka ia terdidik bersama Tuhannya, barangsiapa berlaku tidak baik bersama Syekh­nya maka ia pun berlaku jelek bersama Tuhannya.

C.   Ra (ر  ) رضئ الله ( Ridho Alloh)

Dalam Q.S. Al-Maidah Ayat  Alloh berfirman :

رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ١١٩
“Allah ridha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar" (Al-Maidah : 119)
 Dalam Ayat lain Alloh berfiman :

لَّقَدۡ رَضِيَ ٱللَّهُ عَنِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذۡ يُبَايِعُونَكَ تَحۡتَ ٱلشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمۡ فَأَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ عَلَيۡهِمۡ وَأَثَٰبَهُمۡ فَتۡحٗا قَرِيبٗا ١٨وَمَغَانِمَ كَثِيرَةٗ يَأۡخُذُونَهَاۗ وَكَانَ ٱللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمٗا ١٩
“ Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya) Serta harta rampasan yang banyak yang dapat mereka ambil. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana ( Q.S. Al-Fatah : 18-19)

Istilah bai’at yang dimaksud dalam ayat di atas adalah talqin. Dan Rosululloh, apabila membai’at manusia beliau mentalqin mereka pada apa yang mereka mampu. Rosululloh saw. Bersabda :

يد خل الجنة من بايع تحت الشجرة (رواه الرمدي)
“ Akan masuk surga orang-orang yang berjanji setia di bawah pohon” (H.R. Muslim)

Adapun yang dimaksud dengan “pohon” dalam hadits ini adalah pohon Al-Qur’an, yaitu Laa Ilaaha Illallloh sebagaimana dalam firman Alloh :

أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلٗا كَلِمَةٗ طَيِّبَةٗ كَشَجَرَةٖ طَيِّبَةٍ أَصۡلُهَا ثَابِتٞ وَفَرۡعُهَا فِي ٱلسَّمَآءِ ٢٤ تُؤۡتِيٓ أُكُلَهَا كُلَّ حِينِۢ بِإِذۡنِ رَبِّهَاۗ وَيَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَتَذَكَّرُونَ ٢٥
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat  ( QS.Ibrohim : 24-25)


D.   MIM (م ) محبة الله (Mencintai Alloh)
Tanda cinta kepada Alloh itu adalah dengan mengikuti akhlak, perbuatan, perintah, dan sunah-sunah kekasih Alloh Swt. Hal ini telah Alloh isyaratkan dalam firmannya :

وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمۡ عَنۡهُ فَٱنتَهُواْۚ
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (QS.: Al-Hasr : 7)


Dalam Ayat lain Alloh  berfirman :

قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ ٣١
“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Ali Imran : 31)

Ibnu Atho'illah berkata, "Tidaklah kamu mencintai sesuatu kecuali kamu menjadi hamba baginya, dan dia tidak ingin kamu menghamba kepada selain-Nya".
Oleh karena itu, maka wajar saja apabila hati telah mencintai sesuatu ia akan datang kepadanya, tunduk, dan taat kepada seluruh perintahnya. Karena sesungguhnya sang pencinta yang mencintai dengan seluruh hatinya akan menjadi seorang yang patuh terhadap seluruh perintah yang dicintainya. Ketaatan dan kepatuhan inilah yang sebenarnya menjadi hakikat penyembahan ('ubudiyah).Cinta kita hanya layak diberikan kepada Sang Pencipta, Alloh Swt. Tiadalah makhluk layak mendapatkan cinta kecuali sebagai manifestasi atas cinta kita kepada-Nya. Karenanya cinta kita terhadap sesama makhluk semestinya tidak membutakan kita dari menetapi ketentuan-Nya. Totalitas kita dalam mencintai Alloh hendaknya tidak terkalahkan dengan rasa cinta kita kepada makhluk. Karena yang demikian itu sungguh disukai Alloh sebagai­mana Alloh firmankan:
قُلۡ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمۡ وَأَبۡنَآؤُكُمۡ وَإِخۡوَٰنُكُمۡ وَأَزۡوَٰجُكُمۡ وَعَشِيرَتُكُمۡ وَأَمۡوَٰلٌ ٱقۡتَرَفۡتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٞ تَخۡشَوۡنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرۡضَوۡنَهَآ أَحَبَّ إِلَيۡكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٖ فِي سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّىٰ يَأۡتِيَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ ٢٤
“ Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (At-Taubah : 24)

Dalam Ayat lain Alloh berfirman :

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادٗا يُحِبُّونَهُمۡ كَحُبِّ ٱللَّهِۖ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَشَدُّ حُبّٗا لِّلَّهِۗ وَلَوۡ يَرَى ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓاْ إِذۡ يَرَوۡنَ ٱلۡعَذَابَ أَنَّ ٱلۡقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعٗا وَأَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعَذَابِ ١٦٥
“ Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal) ( QS. Al-Baqarah : 165)
Oleh karena itu, Alloh sangat tidak ridho kepada hamba-Nya yang mengabdikan diri kepada selain Alloh. Sebagai salah satu contoh dapat kita lihat "kecaman" Alloh terhadap hamba-Nya yang men­jadi budak hawa nafsunya, yang termaktub dalam firman-Nya:
أَفَرَءَيۡتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَٰهَهُۥ هَوَىٰهُ  وَأَضَلَّهُ ٱللَّهُ عَلَىٰ  عِلۡمٖ وَخَتَمَ  عَلَىٰ سَمۡعِهِۦ وَقَلۡبِهِۦ   وَجَعَلَ عَلَىٰ  بَصَرِهِۦ غِشَٰوَةٗ فَمَن يَهۡدِيهِ مِنۢ بَعۡدِ  ٱللَّهِۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ ٢٣
“ Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.(Al-Jatsiyah : 23)
Ayat ini merupakan nash pengecaman bagi orang, yang mencintai hawa'nafsunya dan menjadikan Tuhan selain Alloh.
Rosululloh saw. bersabda:
علامة حب الله حب الذكر الله وعلامة بعض الله بعض ذكرالله (رواه البيهقي عن انس)
“ Tanda cinta kepada Alloh adalah mencintai dzikrulloh, dan tanda benci kepada Alloh adalah membenci pada Dzikir kepada AlloH (H.R. Baihaqi dari Annas ra).

Dalam hadits lain Rosululloh SAW. Bersabda:

من احب الله تعلئ اكثر ذكره, وثمرثه ان يذكره الله برحمثه وغفراته ويدخله الجنة مع انبياءه ويكرمه برؤية جماله ومن احب النبي اكثر من الصلاة عليه,وثمرته الوصول الئ شفاعته وصحبته فئ الجنة.
“ Barangsiapa yang mencintai Alloh taala maka dia akan memperbanyak dzikir kepadanya, dan buahnya cinta kepada Alloh, yaitu Alloh memberikan Rahmat dan ampunan kepadanya, dan dia dimasukan ke dalam surga beserta para Ambiya dan para Aulianya Alloh dan memberi kemulyaan Alloh kepadanya dengan melihat keindahan Alloh dan barangsiapa yang cinta kepada Nabi  SWA, maka dia memperbanyak solawat kepadanya. Dan buahnya cinta kepada Nabi  yaitu sampai ke Syafaatnya, dan beliau menyertainya di surga.”
0 Komentar untuk "BULAN MUHARAN DALAM DIMENSI SUFI "

Back To Top