KHALIFAH-KHALIFAH BESAR DINASTI ABBASYIAH
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdRLE0mA9gZ1kL6e5aZunsH6Qd0vAQmBRgtNVmQWhJ3wfTf9MTiZg0wjaCTVEIhIeyroG1NRQZNn8aAXdQRKeg7UqiomPwd3zoee9ErlolA2Z_HpgEc8W5wQKJYgyIUjSMSt00jrTS2ws/s320/abab.png)
1. Khalifah Abu Ja’far Al-Mansur (136-158 H/754-775 M),
Pendiri Kota Baghdad
a.
Biografi Singkat Al-Mansur.
Abu
Jafar Abdullah bin Muhammad Al-Mansur adalah Khalifah kedua Bani Abbasiyah, putera Muhammad bin Ali bin Abdullah ibn Abbas bin Abdul Muthalib, dilahirkan di Hamimah pada tahun
101 H. Ibunya bernama Salamah al-Barbariyah, adalah wanita dari
suku Barbar. Al-Mansur adalah saudara Ibrahim Al-Imam dan Abul Abbas As-Saffah. Al-Mansur memiliki kepribadian
kuat, tegas, berani, cerdas, dan otak cemerlang.
Ia dinobatkan sebagai putera
mahkota oleh kakaknya, Abul Abbas As-Saffah. Selanjutnya, ketika As-Saffah
meninggal, Al-Mansur dilantik menjadi khalifah, saat itu usianya 36 tahun.
Al-Mansur seorang
khalifah yang tegas, bijaksana, alim, berpikiran
maju, baik budi, dan pemberani. Ia tampil dengan gagah berani dan cerdik menyelesaikan
berbagai persoalan yang tengah melanda
pemerintahan Dinasti Abbasiyah.
Al-Mansur juga sangat mencintai ilmu pengetahuan. Kecintaannya terhadap
ilmu pengetahuan menjadi pilar bagi pengembangan peradaban Islam di masanya.
Setelah menjalankan pemerintahan selama 22 tahun lebih, pada tanggal 7 Zulhijjah tahun 158 H/775 M,
al-Mansur wafat dalam perjalanan ke Makkah untuk menunaikan ibadah Haji, di
suatu tempat bernama “Bikru Maunah”
dalam usia 57 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Makkah.
b. Kebijakan Khalifah Al-Mansur dalam Pemerintahan
Setelah dilantik menjadi khalifah
pada 136 H/754 M, Al-Manshur membenahi administrasi pemerintahan dan kebijakan politik. Dia menjadikan Wazir sebagai
koordinator departemen. Wazir pertama yang diangkat adalah Khalid bin Barmak, berasal dari Balk,
Persia. Al-Mansur juga membentuk lembaga protokoler negara, sekretaris negara, dan kepolisian
negara disamping membenahi angkatan bersenjata. Dia menunjuk Muhammad ibn Abd
Al-Rahman sebagai hakim pada lembaga kehakiman negara. Jawatan pos yang sudah
ada sejak masa dinasti Bani Umayyah ditingkatkan peranannya untuk menghimpun
seluruh informasi dari daerah-daerah, sehingga administrasi kenegaraan berjalan
dengan lancar sekaligus menjadi pusat informasi khalifah untuk mengontrol para
gubernurnya
Untuk memperluas jaringan politik, Al-Mansur
menaklukkan kembali daerah-daerah yang melepaskan diri, dan menertibkan
keamanan di daerah perbatasan. Di antara
usaha-usaha tersebut adalah merebut benteng-benteng di Asia, kota Malatia,
wilayah Cappadocia, dan Cicilia pada tahun 756-758 M. Ke utara bala tentaranya
melintasi pegunungan Taurus dan mendekati selat Bosporus.
Selain itu,
Al-Mansur membangun hubungan diplomatik dengan wilayah-wilayah di luar jazirah Arabia. Dia membuat perjanjian damai dengan kaisar Constantine V dan mengadakan genjatan
senjata antara tahun 758-765 M. Khalifah Al-Manshur juga mengadakan penyebaran dakwah Islam ke Byzantium dan berhasil menjadikan kerajaan Bizantium membayar upeti tahunan kepada Dinasti Abbasiyah. Juga mengadakan kerjasama dengan Raja Pepin dari Prancis. Saat itu,
kekuasaan Bani Umayyah II di Andalusia dipimpin oleh Abdurrahman Ad-Dakhil.
Al-Mansur juga berhasil menaklukan
daerah Afrika Utara itu pada tahun 144 H, meski kadang kota Kairawan silih
berganti bertukar wali. Kadang di kuasai oleh bangsa Arab, di lain waktu jatuh
ke tangan Barbar lagi. Baru pada tahun 155 H barulah kota itu dikuasai penuh
oleh Daulat Abbasiyah.
c. Mendirikan Kota Baghdad
Pada
masa awal pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah, yakni di masa Abul Abbas
As-Saffah, pusat pemerintahan Dinasti bani Abbasiyah di kota Anbar, sebuah kota
kuno di Persia sebelah Timur Sungai Eufrat. Istananya diberi nama Hasyimiyah,
dinisbahkan kepada sang kakek, Hasyim bin Abdi Manaf.
Pada masa Al-Mansur, pusat
pemerintahan dipindahkan lagi ke Kufah, dan mendirikan istana baru
dengan nama Hasyimiyah II. Selanjutnya, untuk lebih memantapkan dan
menjaga stabilitas negara Al-Mansur
mencari daerah strategis untuk menjadi ibu kota negara. Pilihan jatuh
pada daerah yang sekarang dinamakan Baghdad, terletak di tepian sungai Tigris dan Eufrat.
Sejak zaman Persia Kuno, kota ini sudah menjadi pusat perdagangan yang
dikunjungi para saudagar dari berbagai penjuru dunia, termasuk para pedagang
dari Cina dan India. Ada juga cerita rakyat bahwa daerah ini sebelumnya adalah tempat peristirahatan
Kisra Anusyirwan, Raja Persia yang termasyhur. Baghdad berarti “taman keadilan”. Taman itu lenyap bersama
hancurnya kerajaan Persia dani namanya
tetap menjadi kenangan rakyat.
Dalam
membangun kota ini, khalifah mempekerjakan ahli bangunan yang terdiri dari
arsitektur-arsitektur, tukang batu, tukang kayu, ahli lukis, ahli pahat, dan
lain-lain yang didatangkan dari Syria, Mosul, Basrah, dan Kufah yang berjumlah
sekitar 100.000 orang. Kota ini berbentuk bundar. Di sekelilingnya dibangun
dinding tembok yang besar dan tinggi. Di sebelah luar dinding tembok, digali
parit besar yang berfungsi sebagai saluran air sekaligus benteng.
Ada empat buah pintu gerbang di seputar kota ini, disediakan untuk setiap
orang yang ingin memasuki kota. Keempat pintu gerbang itu adalah Bab al-Kufah,
terletak di sebelah Barat Daya, Bab al
-Syam, terletak di Barat Laut, Bab
al-Bashrah, di Tenggara, dan Bab
al-Khurasan, di Timur Laut. Diantara masing-masing pintu gerbang ini,
dibangun 28 menara sebagai tempat pengawal negara bertugas mengawasi keadaan di
luar. Di atas setiap pintu gerbang dibangun tempat peristirahatan yang dihiasi
dengan ukiran-ukiran yang indah dan menyenangkan. Di tengah-tengah kota
terletak istana khalifah dengan seni arsitektur Persia. Istana ini dikenal
dengan Al-Qashr al -Zahabi, berarti
‘istana emas’. Istana ini dilengkapi dengan bangunan masjid, tempat pengawal istana,
polisi, dan tempat tinggal putra-putri dan keluarga khalifah.
Di
sekitar istana dibangun pasar tempat perbelanjaan. Jalan raya menghubungkan
empat pintu gerbang. Sejak awal berdirinya, kota ini sudah menjadi pusat
peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam. Itulah sebabnya, Philip
K. Hitti, seorang peneliti Sejarah Arab, menyebut Baghdad sebagai kota intelektual. Menurutnya, di
antara kota-kota di dunia, Baghdad merupakan
profesor masyarakat Islam. Bahkan dalan cerita 1001 malam, Baghdad menjadi kota impian.
Al-Mansur
memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya, yaitu Baghdad, tahun
762 M. Baghdad, selanjutnya bukan hanya menjadi pusat pemerintahan yang
strategis, sekaligus juga menjadi pusat kebudayaan dan peradaban.
d. Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Al-Mansur menunjukkan minat dan perhatian yang besar terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan. Penyalinan literatur Iran dan Irak, Grik serta Siryani dilakukan
secara besar-besaran. Dia mendorong usaha-usaha menterjemahkan buku-buku
pengetahuan dari kebudayaan asing ke bahasa Arab, agar dikaji orang-orang
Islam.
Perguruan tinggi ketabiban di Jundishapur yang
dibangun oleh Khosru Anushirwan (351-579 M, Kaisar Persia) dihidupkan kembali
dengan tenaga-tenaga pengajar dari tabib-tabib Grik dan Roma yang menjadi
tawanan perang.
Al-Mansur juga mendirikan sebuah perguruan tinggi
sebagai gudang pengetahuan diberi nama “Baitul Hikmah”. Usahanya itu telah
menjadikan kota Baghdad sebagai kiblat ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Ia
mengajak banyak ulama dan para ahli dari berbagai daerah untuk datang dan
tinggal di Baghdad. Ia merandorong pembukuan ilmu agama, seperti fiqh, tafsir,
tauhid, Hadits dan ilmu lain seperti bahasa dan ilmu sastra. Pada masanya lahir
juga para pujangga, pengarang dan penterjemah yang hebat, termasuk Ibnu
Muqaffak yang menterjemahkan buku Khalilah
dan Dimnah dari bahasa Parsi.
2. Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809M), Pemimpin Bijaksana dan Peletak Dasar Pemerintahan
Modern
Khalifah Harun Ar-Rasyid (145-193 H/763-809 M) dilahirkan di Ray pada bulan
Pebruari 763 M/145 H. Ayahnya bernama Al-Mahdi dan ibunya bernama
Khaizurran. Ia dibesarkan di lingkungan
istana mendapat bimbingan ilmu-ilmu agama dan ilmu
pemerintahan di bawah bimbingan seorang guru yang terkenal, Yahya bin Khalid
Al-Barmaki, seorang ulama besar di zamannya, dan ketika Ar-Rasyid menjadi
khalifah, menjadi Perdana menterinya, sehingga banyak nasihat dan anjuran
kebaikan mengalir dari Yahya.
Tanggung jawab yang berat sudah
dipikul Harun Ar-Rasyid sejak sang Ayah , Khalifah Al-Mahdi melantiknya sebagai
gubernur di Saifah pada tahun 163 H. Kemudian pada tahun 164 H diberikan
wewenang untuk mengurusi seluruh wilayah Anbar dan negeri-negeri di wilayah
Afrika Utara.
Harun Ar-Rasyid menunjukkan kecakapannya dalam memimpin, sehingga pada
tahun 165 H, Al-Mahdi melantiknya kembali menjadi gubernur untuk kedua kalinya
di Saifah.
Harun
Ar-Rasyid diangkat menjadi khalifah pada September 786 M, pada usianya yang
sangat muda, yakni 23 tahun.
Jabatan khalifah itu dipegangnya setelah saudaranya yang menjabat khalifah,
Musa Al-Hadi wafat.
Kepribadian Harun Ar-Rasyid sangat mulia. Sikapnya tegas, mampu mengendalikan diri, tidak
emosional, sangat peka perasaannya dan
toleran. Akhlak mulianya dikemukakan oleh Abul 'Athahiyah, seorang
penyair kenamaan saat itu. Selain itu, Harun Ar-Rasyid juga dikenal sebagai
seorang khalifah yang suka humor. Dia juga terkenal pemimpin yang pemurah dan dermawan. Banyak
sejarawan menyamakannya dengan Khalifah Umar bin Abdul Azis dari
Dinasti Bani Umayyah.Tak
jarang ia juga turun ke
jalan-jalan di kota Baghdad pada malam hari melihat kehidupan sosial yang
sebenarnya pada masyarakatnya, sehingga tak seorang
pun yang kelaparan dan teraniaya tanpa
diketahui oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid.
Khalifah Harun Ar-Rasyid mempunyai perhatian dan minat yang besar terhadap ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Para ilmuwan dan budayawan dilibatkan dalam setiap pengambilan kebijakan. Khalifah juga melakukan
penterjemahan besar-besaran berbagai buku-buku ilmu pengetahuan berbahasa asing
ke dalam bahasa Arab. Bahasa Arab menjadi bahasa resmi dan bahasa pengantar di sekolah-sekolah,
perguruan tinggi, dan bahkan menjadi alat komunikasi umum. Karena itu, dianggap
tepat bila semua pengetahuan yang termuat dalam bahasa asing itu segera
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab,
sehingga bisa dikaji dan difahami masyarakat luas. Dewan penerjemah dibentuk diketuai oleh seorang pakar bernama
Yuhana bin Musawih.
Kota Baghdad menjadi mercusuar kota impian 1.001 malam yang tidak ada tandingannya di
dunia pada abad pertengahan. Selain itu,
pada masa kehalifahannya wilayah kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah membentang dari Afrika Utara sampai ke
Hindukush, India. Kekuatan militer yang dimilikinya juga sangat luar biasa.
Pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid, hidup seorang cerdik pandai yang sering
memberikan nasihat-nasihat kebaikan kepada Khalifah, yaitu Abu Nawas.
Nasihat-nasihat kebaikan dari Abu Nawas disertai dengan gayanya yang lucu,
menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan Khalifah Harun Ar-Rasyid.
Kebijakan dan kecakapannya dalam
memimpin, membawa negara dalam
situasi aman, damai dan tenteram,
sehingga tingkat kejahatan sangat minim dan sangat sulit mencari orang yang
akan diberikan zakat, infak dan sedekah, karena tingkat kemakmuran penduduknya
merata. Pada masa pemerintahannya Dinasti Bani Abbasiyah mengalami masa kejayaan
dan keemasan sekaligus menjadi salah satu pusat peradaban dunia.
Khalifah Harun Ar-Rasyid meninggal dunia di Khurasan pada 3 atau 4 Jumadil
Tsani 193 H/809 M setelah menjadi khalifah selama lebih kurang 23 tahun 6
bulan. Saat meninggal usianya 45 tahun, dan
yang menjadi imam shalat
jenazahnya adalah anaknya sendiri yang bernama Shalih.
Dinasti Abbasiyah dan dunia Islam
saat itu benar-benar kehilangan sosok pemimpin yang shalih dan adil, dan b
ijaksana. sehingga tak seorang pun yang teraniaya tanpa diketahui oleh Khalifah
Harun Ar-Rasyid dan mendapatkan perlindungan hukum yang sesuai.
3.
Khalifah Abdullah Al-Makmun(786-833M), Khalifah
Pembaharu Ilmu Pengetahuan
Abdullah ibnu Harun Ar-Rasyid, lebih dikenal dengan panggilan Al-Ma’mun, dilahirkan pada
tanggal 15 Rabi’ul Awal 170 H / 786 M, bertepatan dengan wafat kakeknya Musa
Al-Hadi dan pengangkatan ayahnya, Harun Ar-Rasyid. Ibunya, bekas seorang budak
yang dinikahi ayahnya bernama Murajil
dan meninggal setelah melahirkannya.
Al-Makmunanak yang jenius. Sebelum usia 5 tahun dididik agama dan
membaca Al-Qur’an oleh dua orang ahli yang terkenal bernama Kasai Nahvi dan
Yazidi.
Untuk
mendalami Hadits, Al-Makmun dan Al-Amin dikirim ayahnya, Harun Ar-Rasyid kepada Imam Malik di Madinah. Al-Makmun dan saudaranya belajar kitab Al-Muwattha
karangan Imam Malik. Dalam waktu yang sangat
singkat, Al-Makmuntelah menguasai Ilmu-ilmu kesusateraan, tata Negara, hukum,
hadits, falsafah, astronomi, dan berbagai ilmu pengetahuaan lainnya. Ia juga
hafal Al-Qur’an dan ahli juga menafsirkannya.
Setelah ayah mereka, khalifah Harun
Ar-Rasyid meninggal, jabatan kekhalifahan sebagaimana wasiat dari Harun
Ar-Rasyid diserahkan kepada saudaranya dan Al-Makmun mendapatkan jabatan
sebagai gubernur di daerah Khurasan. Setelah Al-Amin meninggal, Al-Makmun menggantikannya menjadi Khalifah.
Sebagaimana ayahnya, Khalifah Harun Ar-Rasyid, Al-Makmun adalah Khalifah
Dinasti Bani Abbasiyyah yang besar dan menonjol. Ia memiliki sifat-sifat yang
agung, diantaranya, tekadnya kuat, penuh kesabaran, menguasai berbagai
keilmuan, penuh ide, cerdik, berwibawa, berani dan toleran. Pada masa
kekhalifahannya, Dinasti Bani Abbasiyah mengalami masa kegemilangan. Beberapa pencapaian
kejayaan dan gemilangan peradaban Islam daantaranya:
a. Bidang pertanian dan Perdagangan
Dengan
keamanan terjamin, kegiatan pertanian berkembang dengan pesat. Pertanian
dikembangkan dengan luas. Buah-buahan dan bunga-bungaan dari Parsi makin
meningkat dan terjamin mutunya. Anggur dari Shiraz, Yed dan
Isfahan telah menjadi komoditi penting dalam perdagangan diseluruh Asia.
Tempat-tempat pemberhentian kafilah dagang menjadi ramai dengan kafilah-kafilah
yang datang dan memencar ke berbagai penjuru. Lalu lintas dagang dengan
Tiongkok melalui dataran tinggi Pamir atau yang disebut dengan Jalan Sutera
(Silk Road), dan Jalur Laut (Sea Routes) dari teluk Parsi menuju
bandar-bandar lainya sangat ramai.
b. Bidang Pendidikan
Perhatian
besar terhadap pengembangan ilmu pengetahuan sebagaimana yang dimulai oleh
Khalifah Al-Mansur, dilanjutkan Khalifah Harun Ar-Rasyid, semakin mendapat
puncaknya oleh Al-Makmun. Ia mendorong
dan menyediakan dana besar untuk
melakukan gerakan penerjemahan karya-karya kuno dari Yunani dan Syria ke dalam
bahasa Arab, seperti ilmu kedokteran, astronomi, matematika, filsafat , dan
lain-lain. Para penerjemah yang termasyhur adalah Yahya bin Abi Manshur, Qusta bin Luqa, Sabian
bin Tsabit bin Qura, dan Hunain bin Ishaq yang digelari Abu Zaid Al-Ibadi.
Selain itu, Hunain bin Ishak, ilmuwan
Nasrani menerjemahkan buku-buku Plato dan
Aristoteles atas permintaan Al-Makmun. Al-Makmun juga mengirim utusan kepada
Raja Roma, Leo Armenia, untuk mendapatkan karya-karya ilmiah Yunani Kuno yang
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Al-Makmun mengembangkan perpustakaan Bait Al-Hikmah
yang didirikan sang ayah, Khalifah Harun Ar-Rasyid, menjadi pusat ilmu pengetahuan, yang berhasil
melahirkan sederet ilmuwan Muslim yang
melegenda. Selanjutnya dibangun Majlis Munazharah, sebagai pusat kajian agama.
Pada masanya muncul ahli Hadis termasyhur, Imam Bukhori dan sejarawan terkenal,
al-Waqidi.
c.
Perluasan Daerah Islam dan
penertiban Administrasi Negara
Di era kekhalifahan Al-Makmun, Dinasti Abbasiyah menjelma menjadi
negara adikusa yang sangat disegani.
Wilayah kekuasaan dunia Islam terbentang luas mulai dari Pantai Atlantik di
Barat hingga Tembok Besar Cina di Timur. Dalam mengembangkan wilayah kekuasaan
di zaman Al-Makmun, ada beberapa peristiwa besar yang dicapai, diantaranya
penaklukan Pulau Kreta (208 H/ 823 M), dan juga penaklukan Pulau Sicily (212 H/
827 M).
Kemudian
pada tahun 829 M, wilayah Islam mendapat serangan dari Imperium Bizantium
(Romawi). Di penghujung tahun 214 H/ 829
M, dengan pasukan yang besar menyerang kekuasaan
imperium Bizantium , pada tahun 832 M berhasil menduduki wilayah Kilikia dan Lidia.
Tetapi belum seluruhnya menaklukkan Bizantium Al-Makmun mennggal pada tahun 218 H/ 833 M dan perjuangan selanjutnya dilanjutkan oleh saudaranya, Al-Mu’tashim.
RANGKUMAN
Keruntuhan
Dinasti Bani Umayyah pada tahun 750 M, menjadi tonggak awal berdirinya
kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah. Khalifah pertama dari Dinasti ini adalah
Abdullah As- Saffah bin Muhammad bin Ali Bin Abdulah bin Abbas bin Abdul
Muthalib. Dinamakan Dinasti Bani Abbasiyah karena para pendiri dan khalifah
dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas ibn Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad
saw. Masa kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah berlangsung dalam rentang waktu yang
panjang, dari tahun 132 H (750 M) s/d 656 H (1258).
Dari 37
khalifah Dinasti Bani Abbasiyah, terdapat beberapa orang khalifah yang
terkenal, di antaranya Abu Ja’far Al-Mansur, Harun Ar-Rasyid dan Al-Makmun.
Al-Mansur merupakan khalifah kedua,
merupakan khalifah yang menetapkan dasar-dasar pemerintahan Daulat Bani
Abbas.Masa pemerintahan Abu Ja’far Al-Mansur merupakan masa awal perkembangan
ilmu pengetahuan yang merupakan cikal bakal perkembangan kejayaan
Abbasyiah di masa pemerintahan setelahnya. Kota Baghdad yang dibangunya menjadi ibu kota Dinasti
Abbasiyah dan selain merupakan pusat
perdagangan juga kebudayaan dan ilmu
pengtahuan. Baghdad dianggap sebagai
kota terpenting di dunia dan menjadi salah satu
pusat peradaban dunia.
Pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid dan Khalifah Al-Makmun, peradaban Islam mencapai masa
keemasan. Kebudayaan India dan Yunani juga telah memberi sumbangan yang berarti
bagi perkembangan kebudayaan Islam. Kota-kota
Jundisapur, Harran, dan
Iskandariyah adalah pusat-pusat peradaban Yunani
sebelum Islam. Setelah Islam datang tradisi keilmuwan Yunani terjaga bahkan mengalami perkembangan yang
semakin pesat. Beberapa sastrawan dan budayawan yang muncul pada masa itu
adalah Ibnu Maskawaih dan Al-Kindi.
Al-Mansur, Harun Ar-Rasid dan
Al-Makmunmerupakan masa-masa keemasan peradaban Islam. Para khalifah agung
tersebut dikenal sebagai penguasa adil dan bijaksana serta memiliki perhatian
dan kecintaan yang kuat terhadap ilmu pengetahuan. Dukungan dan
kegigihan mereka dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan perdaban
Islam tercermin dalam berbagai kebijakan pemerintahannya.
0 Komentar untuk "SKI DI MTS KELAS 8 KHALIFAH-KHALIFAH BESAR DINASTI ABBASYIAH "