PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional berbunyi bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (UU Sisdiknas, 2003: 6-7)
Dari uraian di atas dapat dijelaskan, bahwa salah satu ciri manusia berkualitas adalah mereka yang tangguh iman dan takwanya, serta memiliki akhlak mulia. Dengan demikian salah satu ciri kompetensi output pendidikan kita adalah ketangguhan dalam iman dan takwa serta memiliki akhlak mulia.
Berkaitan dengan pengembangan IMTAK dan akhlak mulia, maka yang perlu dikaji lebih lanjut ialah peran pendidikan agama, sebagaimana dirumuskan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal 30 yang berbunyi: “Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilainilai ajaran agamanya atau menjadi ahli ilmu agama” (UU Sisdiknas, 2003: 119). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan agama bertujuan untuk menjadikan manusia sebagai insan yang beriman dan bertakwa.
Pendidikan agama dan akhlak mulia merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Ruang lingkup pendidikan agama dan akhlak mulia dalam KTSP disebutkan bahwa:
“Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama” (Mulyasa, 2007: 47).
Tantangan yang dihadapi dalam pendidikan agama khususnya Aqidah Akhlak sebagai sebuah mata pelajaran, di mana kita harus dapat mengeimplementasikannya, bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama, akan tetapi bagaimana mengarahkan peserta didik agar memiliki kualitas iman, taqwa dan akhlak mulia. Dengan demikian materi aqidah akhlak bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama akan tetapi bagaimana membentuk kepribadian siswa agar memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat dan kehidupannya senantiasa dihiasi dengan akhlak yang mulia di manapun mereka berada, dan dalam posisi apapun mereka bekerja.
Pendidikan Aqidah Akhlak di Madrasah Madrasah Tsanawiyah sebagai bagian integral dari pendidikan agama, memang bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan watak kepribadian peserta didik. Tetapi secara substansial mata pelajaran Aqidah Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan nilai-nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari (BNSP, 2007: 4)
Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya prestasi belajar siswa. Prestasi belajar dan hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal, yang termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis dan psikologis (misalnya, kecerdasan motivasi berprestasi dan kemampuan kognitif), sedangkan yang termasuk factor eksternal adalah faktor lingkungan dan instrumental (misalnya guru, kurikulum dan model pembelajaran) (Suryabrata, 1982: 27). Di dalam proses belajar, banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan konsep diri. Motivasi siswa dalam belajar ini, berkaitan dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru. (Djaali, 2008: 101)
Sering ditemukan di lapangan bahwa guru menguasai suatu subyek dengan baik tetapi tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Hal ini terjadi karena kegiatan awal tersebut tidak didasarkan pada model pembelajaran tertentu sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa rendah. Kemudian timbul pertanyaan, apakah mungkin dikembangkan suatu model pembelajaran yang sederhana, sistematik, bermakna dan dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga dapat membantu meningkatkan prestasi belajar siswa?
Fenomena yang digambarkan di atas, baik yang menyangkut rendahnya hasil belajar, maupun layanan pembelajaran yang belum dapat diapresiasikan, merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi oleh guru. Oleh karena itu, di sini akan dikemukakan tawaran tentang penerapan metode Role Playing dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, berupa prestasi akademik/hasil belajar siswa.
Penggunaan model atau metode pembelajaran tentunya harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku, baik kesesuaian waktu, juga kesesuaian penggunaan perangkat pembelajaran yang ada, yang mampu membantu menyukseskan standar kompetensi yang akan dilaksanakan dalam kurikulum, baik kurikulum untuk sekolah maupun madrasah. Kurikulum Aqidah Akhlaq di Madrasah Madrasah Tsanawiyah dikembangkan dengan pendekatan lebih menitik beratkan target kompetensi dari pada penguasaan materi, dan mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia, serta memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksanaan pendidikan di lapangan untuk mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran sesuai kebutuhan (BSNP, 2007: 327)
Sistem pembelajaran yang baik menjadikan siswa dapat mengembangkan diri secara optimal serta mampu mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Meskipun proses belajar mengajar tidak dapat sepenuhnya berpusat pada siswa (pupil centred instruction) seperti pada sistem pendidikan terbuka, tetapi perlu diingat bahwa siswalah yang harus belajar. Dengan demikian, proses belajar mengajar perlu berorientasi pada kebutuhan dan kemampuan siswa, misalnya dengan pendekatan “inquiry discovery learning”. Kegiatan-kegiatan disini harus dapat memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan berguna baginya. Guru perlu memberikan bermacam-macam situasi belajar yang memadai untuk materi yang disajikan dan menyesuaikannya dengan kemampuan dan karakteristik serta gaya belajar siswa. Sebagai konsekuensi logisnya, guru dituntut harus kaya metodologi mengajar sekaligus terampil menerapkannya, tidak monoton dan variatif dalam melaksanakan pembelajaran.
Dalam pembelajaran, guru dan peserta didik sering dihadapkan pada berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan mata pelajaran maupun yang menyangkut hubungan sosial. Pemecahan masalah pembelajaran dapat dilakukan melalui diskusi kelas, Tanya jawab antara guru dan peserta didik, penemuan dan inkuiri.
Di MTs Puteran ini pun pastinya tidak lepas dari permasalahanpermasalahan, diantaranya permasalahan pembalajaran, untuk itu bagaimana metode pembelajaran dapat menarik bagi siswa, seorang pengajar harus memiliki metode yang variatif dan tidak monoton. Dalam penelitian ini, penulis mengambil lokasi di Madrasah Tsanawiyah Puteran , di mana di sekolah ini mengambil solusi bagaimana pembelajaran dapat menarik bagi siswa yaitu dengan menerapkan pembelajaran model Role Playing .
Dari pengamatan yang penulis ketahui, mengapa akhirnya di Madrasah Tsanawiyah Puteran ini menerapkan metode Role Playing sebagai solusi untuk model pembelajaran yang lebih variatif, ini sebabkan oleh berbagai hal di antaranya: guru mengajar dengan menggunakan metode konvensional, satu arah (berpusat pada guru) dan cenderung statis/monoton, kurang terlibatnya siswa dalam proses pembelajaran, sehingga suasana kelas membosankan, baik bagi siswa maupun bagi guru, saat siswa diberi kesempatan untuk bertanya dan berpendapat, sebagian besar siswa hanya diam. Dari masalah-masalah inilah seorang pengajar harus memiliki metode baru agar dapat menarik peserta didik untuk dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
Guru yang kreatif senantiasa mencari pendekatan-pendekatan baru dalam memecahkan masalah, tidak terpaku pada cara tertentu yang monoton, melainkan memilih variasi lain yang sesuai. Bermain peran merupakan salah satu alternatif yang dapat ditempuh. Hasil penelitian dan percobaan yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa bermain peran merupakan salah satu model yang dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran. Dalam hal ini, bermain peran diarahkan pada pemecahan masalah-masalah yang menyangkut hubungan antara manusia, terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik.
Melalui bermain peran, para peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antara manusia dengan cara memperagakannya dan mendiskusikannya sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah.
Sebagai suatu model pembelajaran, bermain peran berakar pada dimensi pribadi dan sosial. Dari dimensi pribadi model ini berusaha membantu para peserta didik menemukan makna dari lingkungan sosial yang bermanfaat bagi dirinya. Dalam pada itu, melalui model ini para peserta didik diajak untuk memecahkan masalah-masalah pribadi yang sedang dihadapinya dengan bantuan kelompok sosial yang beranggotakan teman-teman sekelas. Dari dimensi sosial, model ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dalam menganalisis situasi-situasi sosial, terutama masalah yang menyangkut hubungan antar pribadi peserta didik. Pemecahan masalah tersebut dilakukan secara demokratis. Dengan demikian melalui model ini para peserta didik juga dilatih untuk menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis (Mulyasa, 2005: 139).
Metode bermain peran ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan dan penghayatan anak didik. (Djamarah, 2000: 199). Bermain peranan (role playing) merupakan penerapan pengajaran berdasarkan pengalaman. Strategi ini bermanfaat untuk mempelajari masalah-masalah sosial dan memupuk komunikasi antar insani dikalangan siswa di kelas (Hamalik, 1999: 48).
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan oleh anak didik dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Dengan kegiatan memerankan ini akan membuat anak didik lebih meresapi perolehannya. Melalui metode ini dapat dikembangkan ketrampilan mengamati, menarik kesimpulan, menerapkan, dan mengkomunikasikan. (Djamarah, 2000: 199)
Bermain peran dalam pembelajaran merupakan usaha untuk memecahkan masalah melalui peragaan, serta langkah-langkah identifikasi masalah, analisis, pemeranan, dan diskusi. Untuk kepentingan tersebut, sejumlah peserta didik bertindak sebagai pemeran dan yang lainnya sebagai pengamat. Seorang pemeran harus mampu menghayati peran yang dimainkannya. Melalui peran, peserta didik berinteraksi dengan orang lain yang juga membawakan peran tertentu sesuai dengan tema yang dipilih.
Selama pembelajaran berlangsung, setiap pemeran dapat melatih sikap empati, simpati, rasa benci, marah, senang, dan peran-peran lainnya. Pemeran tenggelam dalam peran yang dimainkannya, sedangkan pengamat melibatkan diri secara emosional dan berusaha mengidentifikasikan perasaan-perasaan dengan perasaan yang tengah bergejolak dan menguasai pemeran.
Hakikat pembelajaran bermain peran terletak pada keterlibatan emosional pemeran dan pengamat dalam situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Melalui bermain peran dalam pembelajaran, diharapkan para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaan-perasaannya, memperoleh wawasan tentang sikap, nilai, dan persepsinya, mengembangkan dan sikap dalam memecahkan masalah yang dihadapi, dan mengeksplorasi inti permasalahan yang diperankan melalui berbagai cara (Mulyasa, 2005: 141).
Aktivitas ini merupakan cara menarik untuk menstimulasi diskusi tentang nilai dan sikap. Siswa diminta untuk memerankan sosok terkenal yang mereka pandang sebagai peraga peran dan ciri-ciri yang berkaitan dengan sebuah topik yang tengah dipelajari di kelas (Silberman, 2004: 237).
Dari pembahasan yang telah penulis paparkan, maka berangkat dari sinilah penulis ingin mengangkat penelitian tentang bagaimana penerapan metode Role Playing pada materi aqidah akhlak yang dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Puteran , bagi peserta didik kelas VIII , dan sejauh mana penerapan metode ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan lingkup masalah sebagaimana dijelaskan di atas, maka permasalahan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
Bagaimana penerapan metode Role Playing pada materi aqidah akhlak yang diajarkan pada peserta didik kelas VIII Di Madrasah Tsanawiyah Puteran ?
Apakah penerapan metode Role Playing dapat meningkatkan prestasi belajar Aqidah Akhlak pada peserta didik kelas VIII Di Madrasah Tsanawiyah Puteran ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui penerapan metode Role Playing pada materi aqidah akhlak yang diajarkan pada peserta didik kelas VIII Di MADRASAH TSANAWIYAH PUTERAN .
Untuk mengetahui apakah penerapan metode Role Playing dapat meningkatkan prestasi belajar Aqidah Akhlak pada peserta didik kelas VIII Di Madrasah Tsanawiyah Puteran .
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kontribusi sebagai berikut:
1. Bagi peserta didik, dengan penerapan metode pembelajaran Role Playing memungkinkan peserta didik mampu bekerjasama menyelesaikan tugas secara aktif baik individual maupun kelompok.
2. Bagi guru:
Sebagai bahan kajian untuk mendalami dan mengembangkan konsep tentang manfaat metode pembelajaran Role Playing dalam meningkatan motivasi dan prestasi belajar
Memperluas wawasan pengetahuan guru tentang metode pembelajaran Role Playing
Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman pada guru-guru lain sehingga memperoleh pengalaman baru untuk menerapkan metode pembelajaran atau inovasi dalam pembelajaran.
Bagi peneliti, merupakan pengalaman dan wawasan baru secara langsung tentang penerapan metode pembelajaran Role Playing di sekolah.
E. Sistematika Penulisan Tesis
Sistematika penulisan tesis ini merupakan hal yang sangat penting, karena mempunyai fungsi untuk menyatakan garis-garis besar dari masingmasing bab yang saling berurutan. Hal ini dimaksudkan agar memperoleh penelitian yang ilmiah, sistematis dan kronologis. Penulisan tesis ini, penulis bagi menjadi lima bab, diantaranya yaitu:
Bab Pertama: merupakan gambaran secara global mengenai skripsi ini yang memuat latar belakang masalah, yang berfungsi untuk memaparkan fenomena yang melatarbelakangi penulisan tesis ini, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan tesis, tinjauan kepustakaan yang memberikan informasi yang ada, dan diakhiri dengan sistematika penulisan tesis untuk memahami dan memudahkan pembacaan tesis ini.
Bab Kedua: Konsep Teori: meliputi: A. konsep metode pembelajaran, diantaranya: 1). pengertian metode pembelajaran. b). landasan metode pembelajaran, melalui landasan religius Islami, landasan psikologi, landasan sosiologi. c). tujuan metode pembelajaran. d). beberapa metode pembelajaran. B. Konsep Pembelajaran Role Playing a). Pengertian Pembelajaran role playing, b). Tujuan Pembelajaran Role playing, c). Peran Guru dalam Pembelajaran Role playing, d). Keunggulan Pembelajaran Role Playing C. Prestasi Belajar a). Pengertian prestasi belajar, b). Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, c). Prestasi belajar. C. Pembelajaran Aqidah Akhlak dengan Model Role Playing a). Mata pelajaran aqidah akhlak, b). Pengertian pembelajaran aqidah akhlak, c). Tujuan pembelajaran aqidah akhlak, d). Fungsi pembelajaran aqidah akhlak.
Bab Ketiga: memuat metode penulisan tesis sebagai langkah untuk memperoleh data yang benar, dilanjut dengan tujuan penelitian waktu dan tempat penelitian rencana kegiatan penelitian metode penelitian teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Metode penelitian ini penulis paparkan pada bab 3 dengan maksud untuk mempermudah dalam melaksanakan penelitian, dengan metode yang benar maka sistematika dan pengumpulan data serta analisis datanya menjadi valid.
Bab Keempat: merupakan analisis dari berbagai pokok masalah, yang menjadi pokok analisis ini meliputi: A. Deskripsi awal, B. Hasil Penelitian meliputi: a). Siklus awal, b). Siklus II, c). siklus III. C. Pembahasan
Bab Kelima: merupakan bab penutup dari keseluruhan proses penelitian yang berisikan kesimpulan untuk memberikan gambaran singkat isi tesis ini agar mudah difahami, juga saran-saran dari penulis yang terkait dengan permasalahan serta kata penutup sebagai akhir kata dari penulis.
0 Komentar untuk "CONTOH PROPOSAL TESIS PENDIDIKAN AKHLAK"