hubungan Dzikir TQN dengan tingkat kesembuhan gangguan mental psikosomatis – dengan focus kajian
proses penyembuhan dan tingkatan-tingkatan pengalaman keagamaan di Pondok
Remaja Inabah Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya.
Berdasarkan sebuah penelitian ditemukan bahwa penyalahgunaan zat yang dapat menimbulkan ketagihan (adiktif) itu mulai dijumpai pada tahun 1969 di Sanatorium Dharma Wangsa, Jakarta. Sejumlah kasus pun dijumpai di berbagai kota besar di Indonesia, dimana mayoritas kasus itu berakibat munculnya gangguan jiwa, dan meningkat tajam pada tahun 1995. In Indesia the use of drug among the youths and becaming wide spread. In the late 60’s drug abuse among young people was initially detected 80.000 to 100.000 cases oround 0,0062 % (Di Indonesia, pengguna obat terlarang pada remaja dan meningkat penyebarannya. Pada akhir tahun 1960-an pemakai obat terlarang pada kalangan remaja dapat diketahui sekitar 80.000 hingga 100.000 kasus atau sekitar 0,0062 %).
Gangguan jiwa pada tingkat permulaan memang tidaklah begitu membahayakan, akan tetapi apabila tidak mendapatkan perhatian dari yang
Bersangkutan niscaya akan menimbulkan keluhan dari penderitaan, Aulia Menulis :
Keluhan dan penderitaan itu bisa berlaku di lapangan’ alat badan manapun juga, jadi banyak macam dan coraknya seperti : sakit kepala,jantung berdebar-debar, kaki dan tangan terasa dingin, merasa letih, risau, susah tidur, perut kembung, konsentrasi (ketekunan) berkurang dan sebagainya.
Keadaan semacam ini apabila dibiarkan, keluhan dan penderitaan tersebut akan mengarah kepada penyakit yang menimbulkan penderiataan bagi seseorang, yang dalam disiplin ilmu psikiatri diistilahkan dengan “psikosomatik”.6 Gangguan mental Psychosomatic (Ing) – Psikhosomatik (Ind) yaitu berkaitan dengan jiwa dan raga, seperti pada gangguan emosional yang berwujud sebagai gejala mental dan gejala fisik. 7 Mulanya berupa gangguan kejiwaan, akan tetapi akhirnya tubuh ikut sakit, karenajiwa dan tubuh merupakan satu totalitas yang tidak dapat dipisahkan. Kajian kedokteran psikiatri membuktikan bahwa kegoncangan aspek emosional pada diri manusia merupakan penyebab utama timbulnya banyak gejala sakit fisik. Sebagian statistik mengemukakan banyak di antara pasien yang datang ke rumah sakit adalah orang-orang yang pada dasarnya mengeluhkan kegoncangan-kegoncangan emosional mereka yang timbul dari Problem-problem psikis yang sedang mereka hadapi. Yang mereka butuhkan bukanlah terapai medis, tetapi sebenarnya mereka membutuhkan terapi psikis.8
Psikoterapi merupakan salah satu solusi problema psikis yang dihadapi manusia. Dalam prakteknya, penerapan psikoterapi bagi pasien gangguan mental kurang memuaskan hasilnya. M. Utsman Najati, menulis :
Akhir-akhir ini, banyak upaya dicurahkan di lapangan psikoterapi, atas individu-individu yang menderita berbagai goncangan kepribadian dan penyakit jiwa. Di lapangan ini sendiri muncul berbagai metode psikoterapi. Namun semuanya tidak berhasil mencapai keberhasilan yang diharapkan dalam menyembuhkan atau menjaga dari berbagai penyakit jiwa. Menurut sebagian kajian, peringkat kesembuhan diantara pasien-pasien jiwa yang disembuhkan dengan psikoterapi berkisar antara 60 % hingga 64 %. Disamping itu, sebagaian pasien menjadi semakin buruk kondisi mereka setelah menjalani psikoterapi. 9
Alternatif lain sebagai solusi kurang berhasilnya psikoterapi, dalam analisa Muslim A Kadir, adalah menerapkan religius therapy dalam bentuk dzikir. Lafadz yang diucapkan dalam dzikir akan menjadi suatu pengertian yang kokoh dalam arus kesadarannya, sehingga akan mengarahkan arus kesadarannya kepada suatu tujuan yang tertentu. Dzikir sebagai tehnik untuk mengembangkan potensi iman ini dapat memberi nilai positif dalam kehidupan ini. Jika pengalaman dzikir dalam diri orang beriman dapat dilakukan dengan kontinyu, maka konsentrasi pada penghayatan fungsional sifat-sifat Tuhan akan tumbuh menjadi pusat arus kesadaran yang berlangsung dalam dirinya.
Karena inti penghayatan fungsional adalah kesadaran untuk berbuat sejalan
dengan ridha Illahi, maka dalam diri orang tersebut akan tumbuh pula kesadaran untuk senantiasa berbuat dan berprilaku sesuai dengan ridha-Nya.10
Ketenangan jiwa akibat internalisasi dzikir yang dilakukan seseorang merupakan pengalaman mistik (mystical experience), 11 akibat lebih jauh, dimungkinkan seseorang dapat mencapai, ectasy (kondisi kegembiraan yang luar biasa) ataupun peak experience istilah Abraham Moslow.
Proses penyembuhan gangguan mental di Pondok Pesantren Suryalaya Khususnya di Pondok Remaja Inabah dengan metoda dzikir TQN, baik dzikir
Jahr ataupun dzikir khofi. Dzikir sebagai proses penyembuhan gangguan mental, tidak dapat dilepaskan dari kharisma seorang guru Musyid. Faktor pribadi kyai juga memegang peranan penting ... pribadi seorang kyai memiliki kelebihan lain karena kedekatan mereka dengan Allah swt (kharisma).12
Keterkaitan antara religious therapy dengan kesembuhan gangguan mental atau proses penyembuhangangguan mental psikhosomatik tidak dapat dilepaskan dengan pendekatan keagamaan, dengan lantang Hadfiels yang disitir Aulia menyatakan bahwa :
“I have attemted to cure nerveus patients with suggestion of quiness and confidence, but withaut success until have linked these suggestions on to that faith in the power of God” 13
(Saya mencoba menyembuhkan penderita kerusakan keseimbangan syaraf dengan jalan sugesti – ketenangan dan keyakinan, tetapi upaya itu baru berhasil dengan baik sesudah dihubungkan dengan keyakinan akan kekuasaan Tuhan)
Berangkat dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengkaji
hubungan Dzikir TQN dengan tingkat kesembuhan gangguan mental psikosomatis – dengan focus kajian proses penyembuhan dan tingkatan-tingkatan pengalaman keagamaan di Pondok Remaja Inabah Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya.
B. Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka focus dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana proses penyembuhan gangguan mental psikosomatik
lewat dzikir TQN di Pondok Remaja Inabah Pondok Pesantren
Suryalaya Tasikmalaya jawa barat ?
2. Pada tahapan-tahapan dzikir (pengalaman keagamaan) manakah sebagai akibat internalisasi dzikir – berupa ketenangan jiwa yang dirasakan pasien gangguan mental psikosomatik ?
3. Bagaimanakah aktualisasi dzikir sebagai alternative penyembuhan gangguan mental pada zaman modern dewasa ini ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini difocuskan untuk mengetahui tentang proses Therapy
gangguan mental psikosomatik lewat dzikir, sehingga dapat diketahui tahapan-tahapan pengalaman keagamaan secara mendetail sebagai pengaruh internalisasi dzikir pada ketenangan jiwa yang dialaminya sebagai mana keadaan para sufi yang menjalankan riyadhah, mujahadah ataupun tahapan-tahapan maqom yang yang harus dilaluinya.
Penelitian ini juga menelusuri aktulisasi dzikir sebagai salah satu alternative metode religious therapy bagai pasien gangguan mental yang banyak diderita manusia pada zaman modern ini, Secara akademik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam upaya pengembangan dan penggalian khasanah pemikiran islam, khususnya pengembangan religious therapy dalam bentuk dzikir sebagai salah satu kajian dalam tasawuf.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat melahirkan suatu metode pemikiran dalam menyembuhkan pasien gangguan mental lewat religious therapy – dzikir, sehingga dapat dikembangkan para peneliti-peneliti lanjutan, mengingat masih kayanya fenomena-fenomena yang belum terungkap, sehingga akan semakin menyempurnakan penelitian-penelitian sebelumnya.
D. Telaah Pustaka
Sepanjang penelahan penulis, bahwa penelitian di Pondok Pesantren
Suryalaya telah banyak dilakukan dan buku-buku yang membahas tentang dzikir-pun tidak sedikit, namun pembahasan tentang keterkaitan dzikir dengan tingkat kesembuhan gangguuan mental, khususnya gangguan mental “ psikosomatis” belum penulis temukan, mayoritas penelitian membahas perawatan korban narkotika.
Beberapa penelitian di Pondok Pesantren suryalaya dapat penulis catat antara lain :
1. Emo Kastomo Abdulkadir melakukan penelitian dengan fokus pada
Pembangunan Generasi Muda melalui Penyembuhan Korban Narkotika.
Pendekatan yang digunakannya ialah Ilmu Pendidikan.
2. Kamal Alamsyah telah melakukan penelitian dengan focus Kepemimpinan Kyai dalam Penyembuhan Korban Narkotika. Pendekatan yang digunakan Sosiologis-Antropologis.
3. Ali Anwar melalakukan penelitian dengan fokus Kyai dalam Penyembuhan Korban Narkotika di Pesantren Suryalaya, menggunakan pendekatan Sosiologi-Antropologis.
4. Sri Mulyani melakukan penelitian dengan focus Sejarah Perklembangan Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya. Dengan menggunakan pendekatan Ilmu Sejarah dan Tasawuf.
5. Andri Ardiansyah melakukan penelitian dengan focus Konsep Pendidikan Kalbu menurut KH. Shohibul Wafa Tajul Arifin dengan menggunakan pendekatan Pendidikan Islam.
6. Suhrowardi melakukan penelitian dengan fokus Model Pendidikan Sufistik sebuah Analisis terhadap Pembinaan Kenakalan Remaja dan Korban narkotika dengan menggunakan pendekatan Pendidikan Sufistik.
Fokus kajian penelitian tesis ini adalah deskripsi tentang proses dan tahapan-tahapan pengalaman keagamaan yang dialami oleh pasien dalam dzikir sebagai proses penyembuhan gangguan mental psikosomatik di Pondok Remaja Inabah Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya Jawa Barat.
E. Metodologi
1. Jenis Penelitian
Secara metodologi penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field
research), sedang untuk memperkuat teori-teori yang dibahas, maka
penulis lengkapi dengan penelitian kepustakaan (library research).
2. Metode Penelitian
a. Metode Pengumpumpulan Data
1) Observasi.
Dalam metode ilmiah, observasi merupakan landasan utama untuk
melakukan deskripsi yang akurat dan tepat.14 Dalam aplikasinya,
pertama kali dilakukan observasi deskriptik dalam tahap umum,
kemudian observasi terfokus hal ini untuk memperoleh data yang
diperlukan dalam analisis.15 Dalam aplikasinya, maka penulis
mengadakan pengamatan terhadap proses terapi dan perubahan-
perubahan psikologis dan aktifitaskeagamaan yang dialami Anak
Bina selama dalam proses terapi, mulai dari proses pendaftaran
hingga terlihat perubahan-perubahan psikologis dalam terapi.
2) Wawancara.
Metode wawancara pada awalnya dipakai tidak berstruktur, dan
dilanjutkan yang terstruktur dan spesifik, dimana memperhatikan
bebrapa aspek, yaitu : komunikasi, latar belakang interviewee,
kecenderungan perkembangan aspek psikologis atau sifatnya,
sosialisasi, posisi dalam lingkungan struktur social, kekuatan politik
dan keagamaannya. 16 Dalam aplikasinya, maka pertama kali yang
penulis wawancarai adalah Wakil Talqin seperti KH. Zaenal Abidin
Anwar dan Pembina seperti KH.Anwar untuk mengetahui proses
terapi serta anak bina untuk mengetahui pengalaman
keberagamaanya.
3) Dokumentasi.
Studi documenter dan pustaka, teks-teks yang erat kaitannya dengan
dzikir sebagai proses penyembuhan gangguan mental merupakan
bahan pokok, dimana teks adalah yang dianggap lebih dekat dengan
objek kajian ,sehingga dalam menganalisanya membutuhkan
interpretasi yang kontekstual, karena teks memuat ide juga style dan
tehnologi yang dipakai dalam mengekspresikan ide-ide
pengarang.17Dalam aplikasinya, studi dokumen ini berusaha
menganalisis buku-buku karya KH. Ahmad Shohibul Wafa Tajul
Arifin (Abah Anom) dan beberapa karya pendukung khususnya yang
telah diangkat sebagai Wakil Talqin dan para Pembina Inabah.
Oleh sebab itu, dalam proses klasifikasi harus diperhatikan: a)
Tulisan tersebut meliputi keaslian, komentar dari pengikutnya, dan
lain-lain, b) Apakah teks tulisan tersebut di tulis atas inisiatif
pengarangnya atau tidak, c) Apakah teks tersebut merupakan ekspresi
dari pengalaman pribadi atau tidak .18
b. Metode Analisis
Metode yang diterapkan dalam analisis data adalah deskriptif
analitik, yaitu penelitian yang tujuannya untuk menerangkan apa adanya
atau apa yang terjadi sekarang. Analitis deskriptik dimaksud untuk
mengeksplorasi dan klasifikasi mengenai suatu gejala atau fenomena.
Jenis penelitian initidak sampai mempersoalkan jalinan hubungan antara
variabel yang ada dan tidak melakukan pengujian hipotesis, bahkan dalam
pengolahan atau analisis data mengunakan analisa yang bersifat
deskriptif. 19
Analisa dalam penelitian ini menggunakan corak deduktif, dimana
akan mengeksplorasi sebuah teori besar (grand theory) atau pandangan
umum terlebih dahulu yang kemudian diperkuat dengan data-data dan
deskripsi yang relevan dengan peneliatian sebagai jawaban dari
pandangan tersebut.
c. Pendekatan Penelitian
Dzikir sebagai proses penyembuhan gangguan mental psikosomatik,
Merupakan sesuatu yang unuk dan belum dapat diterima dalam kajian
kedokteran jiwa (psikiatri). Apa lagi dikaitkan dengan Pondok Remaja
Inabah Pondok Pesantren Suryalaya yang memiliki etika dan pranata
tersendiri.
Berangkat dari kondisi demikian, maka teori pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi, yang berusaha menjelaskan dan mengungkapkan sesuatu menurut suatu fenomena(gejala). Dalam meneliti dampak dzikir yang dilakukan Anak Bina, tidaklah cukup dengan observasi. Dengan pendekatan fenomenologi, dalam prakteknya peneliti meminta kepada Anak Bina untuk bercerita pengalaman spiritualnya masing-masing… jika objek yang dilihat mengarah kepada kondisi dan pengalaman ruhani, maka metode fenomenologi akan menjadi sangat tepat. Seseorang yang memiliki pengalaman pribadi yang bersifat subjektif, bahkan terkadang tidak masuk akal atau tidak rasional atau tidak objektif, dapat diteliti pengalamannya dengan fenomenologi.20
Dalam aplikasinya, pendekatan fenomenologi, dimaksud untuk memperoleh informasi dan data-data yang diperlukan mengenai aspek-aspek nilai kejiwaan yang dirasakan dalam proses penyembuhan lewat dzikir tersebut. Metodologi penelitian kualitatif berlandaskan fenomenologi menurut pendekatan holistik mendudukan objek penelitian dalam sutu kontruksi ganda, melihat objeknya dalam satu konteks natural bukan parsial.21 Sebab suatu fenomena hanya dapat ditangkap maknanya dalam keseluruhan dan merupakan suatu bentukan hasil peran timbale balik, bukan sekedar hubungan kausal linier saja. 22
0 Komentar untuk "CONTOH PROPOSAL TESIS"