Komunitas RSBS (Rumah Sampah Berbasis
Sekolah)
Sepajang sejarah, sampah adalah masalah. Begitulah kita memandang
sampah namun tak jua peduli untuk menyelesaikan masalah pelik ini. Jumlah
sampah pertahun, baik di Indonesia maupun Mancanegara selalu memperlihatkan
persentase yang meningkat, bahkan menurut laporan terbaru yang berjudul “What
a Waste : A Global Review of Solid Waste Management” yang diterbitkan oleb
Bank Dunia mengungkapkan bahwa jumlah sampah padat di kota-kota dunia akan
terus naik sebesar 70% hingga tahun 2025 dari 1,3 miliar ton pertahun menjadi
2,2 miliar ton pertahun.
Di Indonesia sendiri, kian hari mindset masyarakat yang
peduli terhadap masalah sampah kian berkurang, hal ini dibuktikan dengan kasus
penumpukan sampah di berbagai daerah, berdasarkan data Kementrian Lingkungan
Hidup tahun 2008 tentang produksi sampah di beberapa provinsi di Indonesia
dalam rentang waktu 2000 hingga 2006 dapat disimpulkan bahwa setiap tahun dalam
rentang waktu tersebut, jumlah sampah di berbagai provinsi di Indonesia selalu
meningkat. Provinsi di Indonesia dengan
penghasil sampah terbanyak adalah Jawa Barat dengan jumlah sampah pada tahun 2000
sebanyak 10 juta ton, kemudian terus meningkat hingga mencapai 11,13 juta ton
pada tahun 2006, diikuti oleh Jawa Timur dengan jumlah sampah 9,73 juta ton
pada tahun 2000 dan mencapai 9,9 juta ton pada 2006, Jawa Tengah dengan sampah
8, 74 juta ton pada tahun 2000 dan mencapai
8,96 juta ton pada tahun 2006.
Dari sumber yang sama, Bank Dunia menyebutkan bahwa di Indonesia
sendiri produksi sampah padat nasional mencapai 151.921 ton perhari, berati
setiap satu orang membuang sampah padat sebanyak 0,85 kg sampah perhari, dan
hanya 80% yang berhasi dikumpulkan, sisanya mengotori lingkungan. Bahkan,
Dirjen Pengelolaan sampah, limbah dan B3 KLHK Tuti Hendrawati Mintarsih yang
dilansir oleh media online CNN Indonesia menyebutkan bahwa total jumlah sampah
di Indonesia pada tahun 2019 akan mencapai 68 juta ton dan sampah plastik
diperkirakan akan 9,52 juta ton atau 14% dari total jumlah sampah yang ada dan
target pengurangan timbunan sampah hingga tahun 2019 ini adalah 25%. Pada
persentase inilah kita mengabil bagian meski kecil untuk mengurangi jumlah
sampah di negeri tercinta ini.
Sampah bukanlah masalah yang sepele. Ini adalah mindset yang
belum terpatri pada masyarakat kita, ketidakpedulian terhadap sampah menjadi
pemantik kegiatan membuang sampah sembarangan
terus berkelanjutan hingga hari ini meski himbauan untuk membuang sampah pada
tempatnya telah ditempel di berbagai tempat. Padahal kita tahu, tak ada tempat
tinggal nyaman selama sampah masih berserakan. Sampah bermasalah pada semua
aspek kehidupan, dari mulai kesehatan, pencemaran dan keindahan lingkungan,
hingga bencana alam.
Dari data-data di atas, dapat di tarik kesimpulan bahwa, negeri
ini tengah dilanda masalah besar yakni sampah dengan jumlah total pertahun yang
selalu meningkat dan ditambah parah dengan ketidakpedulian masyarakat terhadap
sampah. Lengkap sudah penderitaan generasi mendatang jika masalah ini tidak
segera diatasi, hutan rusak, pepohonan botak, airnya keruh tanah kering retak,
makanan dan minuman serba kimia, hingga bencana alam tak terduga.
Kami komunitas RSBS (Rumah Sampah Berbasis Sekolah) menawarkan
satu solusi yang diharapkan menjadi inspirasi untuk menangani masalah ini yakni
konsep rumah sampah berbasis sekolah. Di luar data-data mengenai sampah yang
mencengangkan sebagaimana telah dibahas di awal, Bapak Wawan Widarmanto sebagai
pencetus pertama konsep RSBS ini telah menyaksikan sendiri betapa fenomena
sampah telah merusak tatanan kehidupan di dusun tempat tinggalnya (Dusun Tabrik
rt 03 rw 04 Desa Puteran Kecamatan Pagerageung Kab. Tasikmalaya), dusun ini dilewati oleh aliran sungai yang sebenarnya
tidak terlalu besar, namun selalu saja ada sampah yang mengalir bersama air
sungai setiap harinya, hingga akhirnya sampah-sampah ini mengotori sawah dan
ladang yang irigasinya berasal dari sungai ini. Penimbunan sampah ini sangat
mengganggu, selain dari segi pencemaran terhadap tanaman, juga terhadap
kesehatan dan kenyamanan warga dusun.
Hal lain yang menjadi latar belakang pengagasan program ini adalah
keprihatinan terhadap pendidikan lingkungan hidup yang dalam sepekan hanya
diajarkan secara tekstual dalam alokasi waktu 2 jam pelajaran. Padahal, ranah
pendidikan ini menjadi potensi besar penanaman mindset peduli
lingkungan, apalagi jenjang PAUD dan SD. Membentuk mindset peduli
lingkungan hingga menjadi karakter akan sangat utopis jika siswa hanya
diinstrusikan membaca buku pelajaran, justru praktik dan pembiasaanlah yang
menjadi kunci keberhasilan pendidikan lingkungan. Semoga dengan konsep program
yang kami ajukan ini, menjadi referensi pendidikian lingkungan sehingga
menambah khazanah pengetahuan tentang lingkungan dan membentuk kerakter cinta
dan peduli lingkungan. Karena kita adalah bagian dari lingkungan.
0 Komentar untuk "RSBS (Rumah Sampah Berbasis Sekolah)"