“Ibnu Hajar (Si Anak Batu)”
Dalam dunia pendidikan cerita Ibnu Hajar (Si Anak Batu) ini adalah diharapakan bermanfaat dalam kehidupan manusia terutama dalam hal mencari ilmu. Hal ini sebagaimana diceritakan dalam kitab-kitab yang disampaikan oleh para ulama.
Ada seorang ulama bernama Ibnu Hajar al-‘Asqolani. Pada mulanya, ia adalah seorang santri yang bodoh. Meskipun sudah lama belajar, dia belum juga paham.Akhirnya, Ibnu Hajar memutuskan untuk pulang.Dia pun mohon diri kepada kyainya supaya diperbolehkan pulang. Dengan berat hati sang kyai membolehkan Ibnu Hajar pulang, tetapi sambil berpesan agar Ibnu Hajar tidak berhenti belajar. Akhirnya Ibnu Hajar pulang ke rumah.Di tengah perjalanan, hujan turun dengan lebat.Dia terpaksa berteduh dalam sebuah gua.Pada saat di gua, dia mendengar suara gemericik air, lalu dia mendatangi sumber suara tersebut. Ternyata, itu suara gemericik air yang menetes pada sebongkah batu yang sangat besar
Batu besar itu berlubang karena telah bertahun-tahun terkena tetesan air.Melihat batu yang berlubang tersebut, akhirnya Ibnu Hajar merenung.Dia berpikir, batu yang besar dan keras ini lama-lama berlubang hanya karena tetesan air.Kenapa aku kalah dengan batu?Padahal akal dan pikiranku tidak sekeras batu, itu artinya aku kurang lama dan tekun belajar.
Setelah berpikir, akhirnya Ibnu Hajar kem¬bali lagi ke pondok untuk menemui sang kyai. Ia pun belajar lagi dengan penuh semangat. Usaha tersebut tidak sia-sia.Dia berhasil menjadi orang alim, bahkan dapat mengarang be¬berapa kitab. Dari asal mula cerita batu di dalam gua, inilah kemudian beliau diberi sebutan Ibnu Hajar (Anak Batu)
(Sumber: 60 Biografi Ulama Salaf, Syaikh Ahmad Farid)
Dalam dunia pendidikan cerita Ibnu Hajar (Si Anak Batu) ini adalah diharapakan bermanfaat dalam kehidupan manusia terutama dalam hal mencari ilmu. Hal ini sebagaimana diceritakan dalam kitab-kitab yang disampaikan oleh para ulama.
Ada seorang ulama bernama Ibnu Hajar al-‘Asqolani. Pada mulanya, ia adalah seorang santri yang bodoh. Meskipun sudah lama belajar, dia belum juga paham.Akhirnya, Ibnu Hajar memutuskan untuk pulang.Dia pun mohon diri kepada kyainya supaya diperbolehkan pulang. Dengan berat hati sang kyai membolehkan Ibnu Hajar pulang, tetapi sambil berpesan agar Ibnu Hajar tidak berhenti belajar. Akhirnya Ibnu Hajar pulang ke rumah.Di tengah perjalanan, hujan turun dengan lebat.Dia terpaksa berteduh dalam sebuah gua.Pada saat di gua, dia mendengar suara gemericik air, lalu dia mendatangi sumber suara tersebut. Ternyata, itu suara gemericik air yang menetes pada sebongkah batu yang sangat besar
Batu besar itu berlubang karena telah bertahun-tahun terkena tetesan air.Melihat batu yang berlubang tersebut, akhirnya Ibnu Hajar merenung.Dia berpikir, batu yang besar dan keras ini lama-lama berlubang hanya karena tetesan air.Kenapa aku kalah dengan batu?Padahal akal dan pikiranku tidak sekeras batu, itu artinya aku kurang lama dan tekun belajar.
Setelah berpikir, akhirnya Ibnu Hajar kem¬bali lagi ke pondok untuk menemui sang kyai. Ia pun belajar lagi dengan penuh semangat. Usaha tersebut tidak sia-sia.Dia berhasil menjadi orang alim, bahkan dapat mengarang be¬berapa kitab. Dari asal mula cerita batu di dalam gua, inilah kemudian beliau diberi sebutan Ibnu Hajar (Anak Batu)
(Sumber: 60 Biografi Ulama Salaf, Syaikh Ahmad Farid)
0 Komentar untuk "Cerita Ibnu Hajar (Si Anak Batu)"