Adat Nusantara
1. Adat Jawa
Dalam adat Jawa setidaknya ada empat upacara adat Jawa, antara lain:
a. Upacara Ruwatan
Ruwatan (pensucian diri )adalah satu upacara tradisional supaya orang terbebas dari segala macam kesialan hidup, nasib jelek dan supaya selanjutnya bisa hidup selamat sejahtera dan bahagia.
b. Upacara Perkawinan Tradisional Jawa
c. Upacara Tedak Siten
Tedak siten adalah suatu upacara dalam tradisi budaya Jawa yang dilakukan ketika anak pertama belajar jalan dan dilaksanakan pada usia sekitar tujuh atau delapan bulan upacara Turun Tanah adalah salah satu upacara adat budaya Jawa untuk anak yang berusia 8 bulan (pitung lapan), di daerah lain di Indonesia juga dikenal upacara adat turun tanah ini dengan istilah yang berbeda. Upacara ini mewujudkan rasa syukur karena pada usia ini si anak akan mulai mengenal alam disekitarnya dan mulai belajar berjalan.
d. Upacara Tingkepan Atau Mitoni
Upacara tingkepan disebut juga mitoni berasal dari kata pitu yang artinya tujuh, sehingga upacara mitoni dilakukan pada saat usia kehamilan tujuh bulan, dan pada kehamilan pertama.Dalam pelaksanaan upacara tingkepan, ibu yang sedang hamil tujuh bulan dimandikan dengan air kembang setaman, disertai dengan doa-doa khusus.
2. Adat Melayu
Kehidupan orang melayu (Riau) selalu diwarnai dengan upacara adat sebagai warisan tradisi nenek moyang mereka. Misalnya kelahiran anak hingga masuk usia dewasa.
a. Anak yang baru lahir jika bayi laki-laki segera diadzankan sedang bayi perempuan diiqomahkan. Khusus bayi perempuan lidahnya ditetesi madu dengan menggunakan kain yang maksudnya agar anak tersebut memiliki kata-kata semanis madu.
b. Beberapa hari setelah kelahiran diadakan aqiqoh sesuai ajaran Islam, bagi laki-laki disembelihkan 2 ekor kambing dan bagi bayi perempuan 1 ekor kambing, selain diaqiqohi juga dilakukan pemotongan rambut sekaligus diberi nama.
c. Ketika bayi berusia 3 bulan diadakan upacara mengayun budak. Bagi bayi perempuan telinganya ditindik untuk dipasang perhiasan.
d. Pada usia 6 bulan diadakan upacara turun tanah (mudun lemah) yaitu ketika bayi menjejakkan kakinya pertama kali di tanah.
e. Pada usia 7 tahun orang tua mengantarkan ke Guru ngaji untuk belajar Al Qur’an, bersila dan menari zapin.
f. Khitanan (bersunat) jika sudah khatam ngajinya dengan diadakan pesta perayaan yang dimeriahkan dengan kesenian gazal dan langgam.
3. Adat Minang
Menurut adat Minang, bahwa anak laki-laki yang akil baligh harus segera dikhitan dan belajar mengaji. Adapun bagi anak perempuan yang masuk usia dewasa diadakan upacara merias rambut (menata konde) terutama ketika pertama kali mendapati haid.
4. Adat Bugis
Di Bugis ada jenis tarian adat yang disebut tari pergaulan yang dimainkan secara berkelompok baik laki-laki maupun perempuan saja. Tari pergaulan ini disajikan dalam berbagai upacara seperti pernikahan, khitanan atau hajatan lainnya yang bertujuan memeriahkan jalannya upacara.
5. Adat Madura
Madura memiliki kesenian adat seperti sandur yang berarti nyanyian ritual, meniru suara gamelan dengan mulut dan tata cara bersenandung menghibur diri. Di Bangkalan, Sandur berarti pertunjukan teater komedi yang dahulu disebut slabadan yang belakangan ini disebut sandur Madura. Tema cerita diangkat berkisar tentang konflik rumah tangga yang dipresentasikan dengan kesahajaan, blak-blakan, lugas, dan komedi. Hal ini ada kemiripan dengan kesenian Jawa, seperti ketoprak, ludruk dan teater daerah.
6. Adat Sunda
Perjumpaan Islam dengan budaya Sunda telah melahirkan beberapa hal sebagai berikut :
a. Pertumbuhan kehidupan masyarakat Islam dengan adat, tradisi, budaya yang mengadaptasi unsur tradisi lama dengan ajaran Islam melalui pola budaya yang kompleks dan beragam telah melahirkan pemikiran, adat-istiadat, dan upacara ritual yang harmoni antara Islam dan budaya Sunda.
b. Berkembangnya arsitektur baik sakral maupun profan (biasa), misalnya masjid (bale nyungcung), keraton, dan alun-alun telah mengadaptasi rancang bangun dan ornamen lokal termasuk pra Islam ke dalam rancang bangun arsitektur Islam.
c. Berkembangnya seni lukis kaca dan seni pahat yang menghasilkan karya-karya kaligrafi Islam yang khas, kesenian genjring dan rebana yang berasal dari budaya Arab, dan berbagai pertunjukkan tradisional bernafaskan Islam dengan mudah merasuki kesenian orang Sunda yang seringkali muncul dalam pentas seni dan pesta-pesta perkawinan.
d. Pertumbuhan penulisan naskah-naskah keagamaan dan pemikiran keislaman di pesantren-pesantren telah melahirkan karya-karya sastra dalam bentuk wawacan, serat suluk, dan barzanji yang sebagian naskahnya tersimpan di keraton-keraton Cirebon, museum, dan di kalangan masyarakat Sunda.
e. Berbagai upacara ritual dan tradisi daur hidup seperti upacara tujuh bulanan, upacara kelahiran, kematian, hingga perkawinan yang semula berasal dari tradisi lama diwarnai budaya Islam dengan pembacaan barzanji, marhabaan, shalawat, dan tahlil. Karena itulah, tidak bisa dimungkiri bahwa perjumpaan Islam dengan budaya dan komunitas masyarakat di wilayah Sunda telah melahirkan tiga aspek religiusitas yang berbeda.
1. terkungkungnya satu wilayah religius yang khas dan terpisah dari komunitas Muslim Sunda di Kanekes (Baduy) yang melanggengkan ajaran Sunda Wiwitan;
2. lahirnya tradisi, budaya, dan religi baru yang mencampurbaurkan antara ajaran Islam dengan tradisi sebelumnya seperti yang dikembangkan dalam Ajaran Jawa Sunda di Cigugur Kuningan dan aliran kebatinan Perjalanan di Ciparay Kabupaten Bandung;
3. terciptanya kehidupan harmoni dan ritus keagamaan yang berasal dari Islam dengan tradisi yang telah ada dan satu sama lain saling melengkapi.
1. Adat Jawa
Dalam adat Jawa setidaknya ada empat upacara adat Jawa, antara lain:
a. Upacara Ruwatan
Ruwatan (pensucian diri )adalah satu upacara tradisional supaya orang terbebas dari segala macam kesialan hidup, nasib jelek dan supaya selanjutnya bisa hidup selamat sejahtera dan bahagia.
b. Upacara Perkawinan Tradisional Jawa
c. Upacara Tedak Siten
Tedak siten adalah suatu upacara dalam tradisi budaya Jawa yang dilakukan ketika anak pertama belajar jalan dan dilaksanakan pada usia sekitar tujuh atau delapan bulan upacara Turun Tanah adalah salah satu upacara adat budaya Jawa untuk anak yang berusia 8 bulan (pitung lapan), di daerah lain di Indonesia juga dikenal upacara adat turun tanah ini dengan istilah yang berbeda. Upacara ini mewujudkan rasa syukur karena pada usia ini si anak akan mulai mengenal alam disekitarnya dan mulai belajar berjalan.
d. Upacara Tingkepan Atau Mitoni
Upacara tingkepan disebut juga mitoni berasal dari kata pitu yang artinya tujuh, sehingga upacara mitoni dilakukan pada saat usia kehamilan tujuh bulan, dan pada kehamilan pertama.Dalam pelaksanaan upacara tingkepan, ibu yang sedang hamil tujuh bulan dimandikan dengan air kembang setaman, disertai dengan doa-doa khusus.
2. Adat Melayu
Kehidupan orang melayu (Riau) selalu diwarnai dengan upacara adat sebagai warisan tradisi nenek moyang mereka. Misalnya kelahiran anak hingga masuk usia dewasa.
a. Anak yang baru lahir jika bayi laki-laki segera diadzankan sedang bayi perempuan diiqomahkan. Khusus bayi perempuan lidahnya ditetesi madu dengan menggunakan kain yang maksudnya agar anak tersebut memiliki kata-kata semanis madu.
b. Beberapa hari setelah kelahiran diadakan aqiqoh sesuai ajaran Islam, bagi laki-laki disembelihkan 2 ekor kambing dan bagi bayi perempuan 1 ekor kambing, selain diaqiqohi juga dilakukan pemotongan rambut sekaligus diberi nama.
c. Ketika bayi berusia 3 bulan diadakan upacara mengayun budak. Bagi bayi perempuan telinganya ditindik untuk dipasang perhiasan.
d. Pada usia 6 bulan diadakan upacara turun tanah (mudun lemah) yaitu ketika bayi menjejakkan kakinya pertama kali di tanah.
e. Pada usia 7 tahun orang tua mengantarkan ke Guru ngaji untuk belajar Al Qur’an, bersila dan menari zapin.
f. Khitanan (bersunat) jika sudah khatam ngajinya dengan diadakan pesta perayaan yang dimeriahkan dengan kesenian gazal dan langgam.
3. Adat Minang
Menurut adat Minang, bahwa anak laki-laki yang akil baligh harus segera dikhitan dan belajar mengaji. Adapun bagi anak perempuan yang masuk usia dewasa diadakan upacara merias rambut (menata konde) terutama ketika pertama kali mendapati haid.
4. Adat Bugis
Di Bugis ada jenis tarian adat yang disebut tari pergaulan yang dimainkan secara berkelompok baik laki-laki maupun perempuan saja. Tari pergaulan ini disajikan dalam berbagai upacara seperti pernikahan, khitanan atau hajatan lainnya yang bertujuan memeriahkan jalannya upacara.
5. Adat Madura
Madura memiliki kesenian adat seperti sandur yang berarti nyanyian ritual, meniru suara gamelan dengan mulut dan tata cara bersenandung menghibur diri. Di Bangkalan, Sandur berarti pertunjukan teater komedi yang dahulu disebut slabadan yang belakangan ini disebut sandur Madura. Tema cerita diangkat berkisar tentang konflik rumah tangga yang dipresentasikan dengan kesahajaan, blak-blakan, lugas, dan komedi. Hal ini ada kemiripan dengan kesenian Jawa, seperti ketoprak, ludruk dan teater daerah.
6. Adat Sunda
Perjumpaan Islam dengan budaya Sunda telah melahirkan beberapa hal sebagai berikut :
a. Pertumbuhan kehidupan masyarakat Islam dengan adat, tradisi, budaya yang mengadaptasi unsur tradisi lama dengan ajaran Islam melalui pola budaya yang kompleks dan beragam telah melahirkan pemikiran, adat-istiadat, dan upacara ritual yang harmoni antara Islam dan budaya Sunda.
b. Berkembangnya arsitektur baik sakral maupun profan (biasa), misalnya masjid (bale nyungcung), keraton, dan alun-alun telah mengadaptasi rancang bangun dan ornamen lokal termasuk pra Islam ke dalam rancang bangun arsitektur Islam.
c. Berkembangnya seni lukis kaca dan seni pahat yang menghasilkan karya-karya kaligrafi Islam yang khas, kesenian genjring dan rebana yang berasal dari budaya Arab, dan berbagai pertunjukkan tradisional bernafaskan Islam dengan mudah merasuki kesenian orang Sunda yang seringkali muncul dalam pentas seni dan pesta-pesta perkawinan.
d. Pertumbuhan penulisan naskah-naskah keagamaan dan pemikiran keislaman di pesantren-pesantren telah melahirkan karya-karya sastra dalam bentuk wawacan, serat suluk, dan barzanji yang sebagian naskahnya tersimpan di keraton-keraton Cirebon, museum, dan di kalangan masyarakat Sunda.
e. Berbagai upacara ritual dan tradisi daur hidup seperti upacara tujuh bulanan, upacara kelahiran, kematian, hingga perkawinan yang semula berasal dari tradisi lama diwarnai budaya Islam dengan pembacaan barzanji, marhabaan, shalawat, dan tahlil. Karena itulah, tidak bisa dimungkiri bahwa perjumpaan Islam dengan budaya dan komunitas masyarakat di wilayah Sunda telah melahirkan tiga aspek religiusitas yang berbeda.
1. terkungkungnya satu wilayah religius yang khas dan terpisah dari komunitas Muslim Sunda di Kanekes (Baduy) yang melanggengkan ajaran Sunda Wiwitan;
2. lahirnya tradisi, budaya, dan religi baru yang mencampurbaurkan antara ajaran Islam dengan tradisi sebelumnya seperti yang dikembangkan dalam Ajaran Jawa Sunda di Cigugur Kuningan dan aliran kebatinan Perjalanan di Ciparay Kabupaten Bandung;
3. terciptanya kehidupan harmoni dan ritus keagamaan yang berasal dari Islam dengan tradisi yang telah ada dan satu sama lain saling melengkapi.
0 Komentar untuk "Pelajaran SKI Kelas 9 Tentang Adat Nusantara"