ads
ads

DIBALIK MAKNA DZUL QA’DAH

DIBALIK MAKNA DZUL QA’DAH
Oleh : Oo Hanafiah
Mahasiswa Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Tasawuf dan Psikoterapi
IAILM Suryalaya Tasikmalaya

Dalam Bahasa Sunda Dzul Qa’dah  disebut bulan Hapit. Hal ini diartikan bulan yang kejepit, yaitu kejepit oleh dua hari raya, idul Fitri dan Idul Adha. DZULQAIDAH, berasal dari kata dzul (pemilik) dan qa’dah (duduk). Penamaan Dzulqaidah, karena bulan itu merupakan waktu istirahat bagi kaum laki-laki Arab dahulu. Mereka menikmatinya dengan duduk-duduk di rumah.Bulan Dzul Qo’dah adalah salah satu nama dari bulan Hijriyah, bulan ke-11 yang terletak antara bulan Syawwal dengan bulan Dzul Hijjah. Nama Dzul qo’dah terdiri dari dua kata, Dzu dan Qo’dah. Dzu artinya mempunyai atau memiliki, dan Qo’dah artinya duduk. Kenapa bulan ini disebut Dzul Qo’dah, karena pada bulan ini masyarakat Arab lebih suka untuk duduk-duduk, tidak melakukan perjalanan jauh dan tidak mau berperang sebagaimana yang disebutkan dalam Kamus Arab, Mu’jamul Wasith. Bulan ini memiliki nama lain. Diantaranya, Waranah dan al-Hawa’. Biasanya di bulan ini mereka menyibukkan diri di pasar-pasar untuk berniaga dan memamerkan kehebatan mereka dalam berpantun dan bersyair. Pasar yang sangat terkenal sebagai arena unjuk kebolehan (ajang idol) adalah pasar Ukazh, Majinnah dan Dzul Majaz.
Allah SWT berpirman; “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa (QS. At Taubah:36).
Dari Abu Bakrah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana ketika Allah menciptakan langit & bumi. Satu tahun ada dua belas bulan. Diantaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga posisinya bulan berurutan; Dzul Qo’dah, Dzulhijjah, dan al-Muharram, kemudian bulan Rajab suku Mudhar yang posisinya antara bulan Jumadi Tsani dan bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim).Ada beberapa faktor yang menjadikan bulan Dzul Qo’dah sebagai bulan yang utama atau mulia. Pertama, sebagai bagian dari arba’atun hurum (empat bulan yang disucikan), seperti yang disabdakan Rasulullah dalam hadits shahih di atas. Kedua, sebagai bulan pelaksanaan ibadah haji. Haji termasuk rukun Islam yang lima, dan diwajibkan pelaksanaannya bagi kaum muslim yang telah punya kemampuan atau memenuhi persyaratan. Ketiga, semua umroh Rasulullah dilaksanakan di bulan Dzul Qo’dah sebagaimana yang diriwayatkan Imam Bukhari.Banyak peristiwa penting yang tercatat dalam sejarah terjadi pada bulan Dzul Qo’dah. Di antaranya adalah; Perang Bani Quraizhoh yang terjadi pada tahun 5 Hijriyah. Perjanjian Hudaibiyah yang terlaksana pada tahun 6 Hijriyah. Keluarnya Rasulullah dari Madinah menuju Makkah untuk melaksanakan Haji Wada’ yang terjadi pada tahun 10 Hijriyah. Penaklukan Persia di masa Khalifah Umar bin Khaththab ra. yang terjadi pada tahun 16 Hijriyah, sehingga terbuktilah ucapan Rasulullah semasa hidupnya, bahwa Umar bin Khaththab akan memakaikan gelang dan mahkota Kaisar Persia ke shahabat Suroqoh bin Malik.Karena Dzul Qo’dah merupakan bagian dari empat bulan yang disucikan, maka kita dianjurkan untuk memperbanyak kebajikan di bulan tersebut. Sebab kebaikan kita akan dilipat gandakan nilainya oleh Allah ta’ala. Di antara amalan yang direkomendasikan Rasulullah adalah, melaksanakan umroh. Berpuasa sunnah, menjaga shalat lima waktu dan menambah dengan shalat sunnah, perbanyak sedekah, tilawah qur’an, berdzikir dan berdo’a, serta melaksanakan umroh ke tanah suci.Banyak ulama’ yang berpendapat bahwa ibadah umroh di bulan Dzul Qo’dah punya keutamaan tersendiri, karena semua umroh Rasulullah dilaksanakan di bulan ini. beliau tidak akan melakukan hal itu kalau tidak ada keutamaan tersendiri di dalamnya. “Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra. bahwa dia ditanya: "Berapa kali Nabi Saw melaksanakan umrah?" Anas ra menjawab: "Empat kali. Yaitu; Umrah pada peristiwa Hudaibiyah di bulan Dzul Qa'dah yang ketika itu beliau dihalangi oleh orang-orang musyrik. Umrah pada tahun berikutnya pada bulan Dzul Qa'dah pula ketika berlangsung gencatan senjata antara beliau dengan orang-orang musyrik. Umrah dari Ji'ranah, tempat beliau membagikan harta rampasan perang yang setahu saya adalah perang Hunain. Umrah pada haji wada". Saya tanyakan lagi: "Berapa kali Rasulullah Saw berhaji?" Anas ra. menjawab: "Satu kali". (HR. Bukhari). Para ulama berselisih pendapat tentang manakah di antara bulan-bulan haram tersebut yang lebih utama. Ada ulama yang mengatakan bahwa yang lebih utama adalah bulan Rajab, sebagaimana hal ini dikatakan oleh sebagian ulama Syafi’iyah. Namun An Nawawi (salah satu ulama besar Syafi’iyah) dan ulama Syafi’iyah lainnya melemahkan pendapat ini. Ada yang mengatakan bahwa yang lebih utama adalah bulan Muharram, sebagaimana hal ini dikatakan oleh Al Hasan Al Bashri dan pendapat ini dikuatkan oleh An Nawawi. Sebagian ulama yang lain mengatakan bahwa yang lebih utama adalah bulan Dzulhijjah. Ini adalah pendapat Sa’id bin Jubair dan lainnya, juga dinilai kuat oleh Ibnu Rajab dalam Latho-if Al Ma’arif (hal. 203).Dalam kitab Nihayah Al-Zain dijelaskan bahwa: “Pada bulan Dzulqo’dah dan semua bulan yang termasuk Asyhurul Hurum disunnahkan (sunnah muakkadah) memperbanyak ibadah puasa selama satu bulan penuh. Atau sehari puasa, sehari berbuka, atau bahkan hanya puasa hari Senin dan Kamis”.Pada bulan Dzulqo’dah dianjurkan untuk memperbanyak ibadah puasa. Karena Dzul qo’dah merupakan salah satu dari bulan yang utama untuk melakukan ibadah puasa.
0 Komentar untuk "DIBALIK MAKNA DZUL QA’DAH"

Back To Top