ads
ads

IAILM Lembaga Studi Tasawuf

Lembaga Studi Tasawuf

Banyak orang menyebut abad 21 ini sebagai  “abad spiritual”. Jargon yang dikemukakan Jhon Naisbitt dan  Patricia Aburdene Spirituality, Yes! Organized Religions, No! semakin menegaskan keyakinan orang bahwa kecenderungan itu adalah faktual.
Kecenderungan untuk kembali menghadirkan dimensi keagamaan yang bersifat esoteris (tasawuf), berangkat dari sebuah harapan menyongsong hari depan yang lebih cerah ketika kejumawaan terhadap nalar dan hal-hal yang bersifat teknis formalistik termasuk pengalaman keagamaan yang fikih orointed ternyata hanya secara sosiologis alih-alih mendorong terwujudnya bumi manusia yang damai justru kian menampakkan raut kehidupan yang sangar, krisis ekologi yang kian parah, dan problem sosial lainnya.

Sebuah situasi dekadensi humanistik yang sejatinya sebermula karena manusia  telah kehilangan pengetahuan langsung tentang diri dan keakuannya. Manusia yang telah tercabut dari pusat inti lingkaran.Manusia modern telah membakar tangannya dengan api yang telah dinyalakannya karena ia telah lupa siapakah ia itu sesungguhnya seperti yang dilakukan Faust setelah menjual jiwanya untuk suatu situasi di mana kontrol terhadap lingkungan berubah menjadi pencekikan terhadap lingkungan yang selanjutnya tidak hanya berubah menjadi kehancuran ekonomi tetapi juga perbuatan bunuh diri.

Dari sini ikhtiar kembali menengok aspek spiritual menjadi dapat terpahami. Kemabali bersatu dengan “tradisi” yakni serangkaian prinsip-prinsip dan kearifan abadi (al hikmah al-Khalidah) yang diturunkan dari langit.
Kebangkitan kesadaran ruhani (soul consciousness) untuk kembali ke pusat (return to the center), kembali ke Tuhan “sebagaimana adanya “ (God assuch) pada hakikatnya gerak kesadaran ini berkaitan dengan keperluan akan tumbuhnya kesadaran kosmis.

Tentu saja harus juga lekas diungkapkan bahwa agar eksodus spiritual ini tidak menjadi sesuatu yang hanya bersifat “demam tasawuf” tapi betul-betul berangkat dari panggilan jiwa, dan juga tidak sampai bergerak ke kutub yang eksterm. Kebangkitan tasawuf  seyogyanya menjadi awal dari kebangkitan terhadap minat ilmu-ilmu Islam lainnya. “Kedamaian” yang ditawarkan sufisme menjadi pemantik bagi tergelorakannya energi untuk juga menampilkan Islam sufisme dalam warna ilmu.

Di sinilah pentingnya Lembaga Kajian Tasawuf  : menggali khazanah konsep konsep mistisisme Islam secara ilmiah untuk kemudian diformulasikan dalam bahasa kontemporer sehingga pada gilirannya wajah Islam rahmatan lil ‘alamin dapat muncul ke permukaan. Dengan cara ini umat Islam akan tetap kokoh berpijak pada tradisi pemikiran dan peradaban Islam secara kreatif namun tidak sampai menghilangkan sikap kritisnya bukan hanya kepada ajarannya sendiri namun juga terhadap konsep-konsep dari peradaban asing khususnya Barat.
0 Komentar untuk "IAILM Lembaga Studi Tasawuf"

Back To Top