MANAQIB SYEKH ABDUL QADIR QS. KE 9 DAN 10
Manaqib ke 9 dan ke 10 ini dibacakan pada setiap bulan Syawwal
MANKOBAH KESEMBILAN ;
SYEKH ABDUL QODIR UNTUK PERTAMA KALINYA
MEM¬BERIKAN CERAMAH PENGAJIAN
DI HADAPAN PARA ULAMA BAGDAD
Dalam kitab Bahyatul Asror diterangkan bahwa pada hari Selasa tanggal enam bulan Syawal tahun 521 Hijriyah menjelang waktu zuhur, saya melihat kedatangan Rossululloh SAW. kata Syekh Abdul Qodir lalu beliau bersabda kepadaku : "Wahai anakku, mengapa kamu tidak segera memberikan pengajian pada jamaah pengajian itu?" Lalu Syekh Abdul Qodir mengemukakan alasannya : "Ya Rosu¬lulloh, bagaimana saya bisa memberikan pengajian, sebagaimana diketahui bahwa saya ini termasuk orang ajam, sedangkan mereka para alim ulama Bagdad yang akan kuhadapi, mereka sangat fasih berbahasa Arab". "Coba mulutmu itu buka" sabda Rosululloh SAW. yang ditujukan padaku. Lalu saat itu pula saya membuka mulut, kemudian diludahinya mulutku tujuh kali oleh Rosululloh SAW., sabda beliau : "Mulai sekarang, silakan kamu mengajar, ajaklah me¬reka menuju jalan Tuhanmu dengan hikmat kebijaksanaan, berikan nasihat dengan tuntunan dengan tutur kata yang baik". Setelah itu beliau menghilang dari pandanganku. Setelah kejadian itu lalu aku melaksanakan sholat Zuhur.
Tidak berapa lama kemudian saya melihat orang-orang ber¬datangan dari beberapa arah, mereka berbondong-bondong menuju madrosahku. Menghadapi kejadian ini saya menjadi gugup, badan terasa menggigil, dagu menggeletar, gigi gemeretak, hatiku berdebar¬debar dan anehnya lagi mulutku terasa terkunci tidak bisa berbicara. Menghadapi kebingungan ini tiba-tiba terlihat Sayidina Ali langsung berdiri di hadapanku sambil bertanya "Mengapa kamu tidak segera memulai pengajian ?" Dengan penuh khidmat saya menjawab "Saya menjadi kaku dan gugup, tidak bisa berbicara menghadapi orang banyak". Lalu beliau menyuruh padaku untuk membuka mulut.
Setelah mulutku dibuka agar terganga, lalu diludahinya enam kali. Saya bertanya kepada beliau "Mengapa tidak tujuh kali ?" Beliau menjawab "Karena menghormati kepada yang lebih tinggi tingkat ke¬dudukannya yakni Rosululloh SAW. Setelah itu beliau menghilang lagi dari pandanganku.
Sejurus kemudian badanku menjadi tidak kaku dan terasa hatiku menjadi lapang, tidak ada sesuatu apapun yang mengganjal, lalu saat itu pula pengajian dibuka dan dimulai dengan lancarnya.
Pada pengajian pertama itu saya mulai memberikan nasihat dengan pembahasan pendahuluan sebagai berikut. Gowwasul fikri yaguu-su fi bahril qolbi'ala duroril ma'arifi faastakhrijuha ilas sahilisshodri fayunaa-di 'alaihaa simsaa-rut turjumaa-nil lisaani watasytarii binafaa isi husnit thoatifi buyutin adzinallohu anturfa'a". Artinya : Pola pikir manusia diibaratkan para penyelam, menyelam ke dasar segara lautan untuk mencari mutiara ma'rifat, setelah diperoleh lalu muncul ke permukaan tepi pantai lautan samudera hati, lalu para pialang melalui penerjemahnya menawarkan dagangannya, dan mereka membeli dengan nilai ketaatan, ketakwaan yang baik.
Firman Alloh dalam al-Qur'an : "Pelita itu dalam rumah-rumah (mesjid) yang sudah diijinkan Alloh menghormatinya dan menyebut nama-Nya dalam rumah itu serta bertasbih di dalamnya pagi dan petang. (Q.S. An-Nur : 36)
MANKOBAH KESEPULUH ;
PARA ULAMA BAGDAD BERKUMPUL
DI MADROSAH SYEKH ABDUL QODIR
DENGAN MEMBAWA MASALAH YANG BERBEDA
Syekh Abu Muhammad Al-Mufarroj meriwayatkan, pada waktu saya ikut hadir di majelis Syekh Abdul Qodir, seratus orang ulama Bagdad telah berkumpul masing-masing membawa berbagai masalah untuk menguji Syekh, lalu beliau menundukkan kepalanya, maka tampaklah oleh mereka cahaya laksana kilat keluar dari dada beliau. Kemudian cahaya itu menghampiri dada tiap dada para ulama tadi, spontan mereka menjadi gemetar kebingungan dan nafas mereka naik turun, lalu mereka berteriak dengan teriakan yang sama, baju yang mereka pakai, mereka robek-robek sendiri, demikian pula sorban yang mereka pakai, mereka lemparkan sendiri, lalu mereka mendekati kursi Syekh dan dipegangnya kaki beliau, lalu masing¬masing bergiliran meletakkan kaki Syekh di atas kepala mereka.
Pada saat itu suasana menjadi gaduh dan hiruk-pikuk. Lalu Syekh memeluk dan mendekap para alim ulama itu seorang demi seorang, dan masalah yang akan dikemukakan mereka satu-persatu dijawabnya dengan tepat dan jelas serta memuaskan. Mereka menjadi tercengang serta kagum atas kepintaran dan kehebatan Syekh dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tadinya mereka akan tanyakan.
0 Komentar untuk "MANAQIB SYEKH ABDUL QADIR QS. KE 9 DAN 10 BULAN SYAWWAL"