ads
ads

MENULIS ILMIAH SEBUAH KAJIAN DAN TANTANGAN




MENULIS ILMIAH SEBUAH KAJIAN DAN TANTANGAN
Oleh :
H.Suhrowardi

BAGIAN SATU

METODOLOGI PENELITIAN ILMIAH
A. PENDAHULUAN
Menulis ilmiah bertujuan  meningkatkan daya imajinasi, daya nalar untuk mencari sebuah jawaban dari satu permasalahan. Selain itu juga sebagai alat belajar untuk mengintegrasikan bidang-bidang ilmu yang diperoleh melalui prosodur ilmiah atau metode ilmiah atau berpikir ilmiah.
Metode ilmiah adalah suatu cara untuk menerapkan prinsip-prinsip logis dalam penemuan, pengembangan, dan pengujian kebenaran ilmiah.

B. PROSODUR BERPIKIR ILMIAH
Menurut John Dewey metode ilmiah atau berpikir ilmiah meliputi tahapan-tahapan sbb. :
  1. Merasakan adanya suatu masalah dan adanya suatu kebutuhan;
  2. Merasakan adanya kesulitan untuk memecahkan suatu masalah dan kebutuhan tersebut, sehingga berusaha merumuskannya;
  3. Merumuskan sementara terhadap masalah yang akan dipecahkan;
  4. Mencoba untuk menghimpun data untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan;
  5. Menyimpulkan berdasarkan berdasarkan pemecahan yang dilakukan;
  6. Membuat kesimpulan umum / generalisasi.

C. JENIS PENELITIAN ILMIAH
Karena penulisan ilmiah itu berangkat dari sebuah hipotesis kemudian menghimpun data-data, maka penulisan ilmiah tidak akan terlepas dari sebuah penelitian.
Ditinjau dari segi jenisnya secara umum penelitian itu dibagi dua jenis, yaitu :
  1. Penelitian dasar, yaitu upaya penemuan, pengembangan dan pengujian kebenaran tanpa memikirkan dampak agama, sosial, ekonomi, politik dan lingkungan.
  2. Penelitian terapan, yaitu suatu upaya penemuan, pengembangan, dan pengujian kebenaran dengan memikirkan manfaatnya bagi numat manusia 
Secara khusus jenis penelitian itu dapat dibedakan menurut beberapa perpektif sbb. :
1. Berdasarkan Tujuan
a.       Penelitian ekploratif, yang bertujuan untuk menemukan sesuatu / peristiwa / fenomena atau sebab-sebab terjadinya sesuatu/peristiwa/fenomena tersebut.
b.      Penelitian pengembangan, yang bertujuan untuk mengembangkan kondisi, metode, teknik, teori, hokum, dalil-dalil dan sebagainya, sehingga memberikan nilai manfaat yang lebih optimal.
c.       Penelitian verifikatif/menguji kebenaran, yang bertujuan untuk menguji kebenaran suatu penemuan, dalil, hokum, teoti, teknik dll., sehingga kebenarannya lebih diterima secara umum atau memberikan manfaat yang lebih tinggi.
d.      Penelitian kebijakan, yang bertujuan untuk menguatkan atau menilai kebijakan yang telah diimplementasikan/diterapkan.
2. Berdasarkan Pendekatan
a.       Pendekatan bujur, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap subjek yang sama secara terus menerus dalam waktu yang berbeda.
b.      Pendekatan silang, yaitu melakukan penelitian dalam waktu yang sama dengan sabjek penelitian yang berbeda.
3.  Berdasarkan Bidang Ilmu, misalnya penelitian agama, ekonomi, sosial, pendidikan,
     pertanian dsb.
4. Berdasarkan Lokasi/Tempat, misalnya penelitian kancah/lapangan, penelian labolatorium, penelitian perpustakaan dsb.

D. METODE PENELITIAN
Metode penelitian berfungsi sebagai pemandu bagi peneliti untuk melakukan penelitian. Secara umum metode penelitian dapat dikelompokan menjadi :
1. Metode Historis/sejarah, yaitu penelitian mengenai kondisi, perkembangan serta   pengalaman masa lampau yang ingin dilukiskan atau direkontruksikan saat sekarang.
2. Metode Deskriptif, yaitu metode penelitian yang berupaya untuk mengungkapkan keadaan/kondisi yang terjadi saat sekarang dengan mempertimbangkan keadaan masa lampau. Kegunaan metode deskriptif adalah untuk meneliti status kelompok manusia, objek, sistem pemikiran, kondisi saat sekarang, sehingga dapat diperoleh gambaran secara sistematis, factual dan akurat .
           
            Jenis penelitian deskriptif antara lain :
  1. Metode survei. Untuk memperoleh fakta-fakta dari fenomena yang ada dan mencari keterangan secara factual , baik mengenai institusi sosial, ekonomi maupun politik atas suatu kelompok atau suatu daerah.
  2. Studi Kasus, yaitu memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan terperinci sehingga diperoleh gambaran tentang latar belakang, sifat serta karakter yang spesifik atas kasus yang diteliti. Kasus biasanya terpokus pada satu orang saja, satu keluarga, satu kelompok, satu daerah, satu peristiwa.
  3. Studi Komparatif, yaitu untuk mencari jawaban secara mendasar tentang sebab akibat dengan menganalisis fakto-faktor penyebab terjadinya suatu fenomena tertentu.
3. Metode Eksperimantal, yaitu penelitian dengan melakukan percobaan terhadap kelompok-kelompok eksperimen, data yang diperoleh diukur secara kuantitatif kemudian dibandingkan.
4.      Metode Penelitian Tindakan ( action research ), yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan baru untuk mengatasi kebutuhan dalam dunia kerja , misalnya meneliti keterampilan kerja  yang sesuai bagi siswa putus sekolah di suatu daerah.

E.                 LANGKAH PENELITIAN

Persyaratan penting dalam penelitian adalah: sistematis, berencana, dan mengikuti  metode ilmiah. Sistematis berarti bahwa penelitian tersebut dilaksanakan menurut pola tertentu, dari yang paling sederhana menuju hal yang paling kompleks. Berencana berarti penelitian tersebut dilakukan dengan sengaja dan bertujuan, sedangkan mengiktui metode ilmiah berarti mengikuti urutan sebagaimana dikemukanan John Dewey di atas.
Penelitian secara umum meliputi tiga tahapan yaitu: Tahap persiapan/perencanaan; tahap pelaksanaan; dan tahap pelaporan. Tahap per-siapan intinya adalah menyusun desain dan instrumen penelitian, tahap pelaksanaan adalah melakukan penelitian di lapangan/laboratorium, menganalisis, dan membahasanya, sedangkan tahap pelaporan meliputi tahap pertanggungjawaban hasil penelitian, baik secara akademis maupun administratif.

Langkah penelitian yang umum dilakukan adalah:
1.      Memilih masalah;
2.      Merumuskan latar belakang penelitian;
3.      Mengidentifikasi dan merumuskan masalah;
4.      Merumuskan kegunaan dan tujuan penelitian;
5.      Merumuskan kerangka pemikiran/pendekatan masalah;
6.      Merumuskan hipotesis;
7.      Memilih teori yang akan digunakan dan memilih kepustakaan;
8.      Menentukan variabel;
9.      Menentukan sumber data/responden/unit analisis;
10.  Memilih metode penelitian;
11.  Menentukan teknik penelitian;
12.  Memilih populasi dan sampel (sampling);
13.  Menganalisis data dan melakukan pembahasan;
14.  Menarik kesimpulan dan saran.


1. Memilih masalah

a.      Sumber masalah
1)      Pengalaman bekerja;
2)      Hasil membaca buku;
3)      Pemberian orang lain.

b.      Masalah dan judul penelitian
Masalah penelitian secara utuh dirumuskan dalam judul penelitian. Penyebab dipilihnya masalah dalam judul penelitian, yaitu:
1)      Sesuai dengan minat dan keahlian peneliti;
2)      Penelitian dapat dilaksanakan. Terdapat empat hal yang menjadi pertimbangan peneliti untuk mengetahui suatu penelitian dapat/tidak dilaksanakan, yaitu:
a)      Secara teoretis peneliti menguasai permasalahan yang akan diteliti;
b)      Ketersediaan waktu yang memadai;
c)      Tenaga yang memungkinkan untuk melakukan penelitian;
d)     Tersedianya dana yang mencukupi.
3)      Tersedia faktor pendukung, antara lain:
a)      Tersedia data yang diperlukan untuk memecahkan masalah penelitian;
b)      Terdapat ijin dari yang berwenang (instansi/lembaga terkait).
4)      Hasil penelitian bermanfaat.
a)      Bermanfaat bagi peneliti;
b)      Bermanfaat bagi masyarakat;
c)      Bermanfaat bagi pengambil kebijakan.

c.       Jenis permasalahan
Secara umum peneliti mempermasalahkan fenomena atau gejala atas tiga jenis, yaitu:
1)      Permasalahan untuk mengetahui status dan menggambarkan/mendeskripsi-kan fenomena. Sehubungan dengan jenis permasalahan ini terjadilah penelitian deskriptif (termasuk di dalamnya survei), penelitian historis, dan penelitian filosofis.
2)      Permasalahan untuk membandingkan dua fenomena/variabel atau lebih. Sehingga muncul problema komparasi. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mencari persamaan dan perbedaan fenomena, selanjutnya mencari arti atau manfaat atas adanya persamaan dan perbedaan yang ada.
3)      Permasalahan untuk mencari hubungan antara dua permasalahan/ fenomena. Selanjutnya muncul problema korelasi. Terdapat dua jenis problema korelasi, yaitu:
a)      Korelasi sejajar. Variabel kedua tidak dipengaruhi secara langsung oleh variabel pertama atau variabel pertama bukan merupakan sebab dan variabel kedua bukan merupakan akibat. Contoh: Hubungan antara  Tinggi badan dengan kemampuan menaklukan lawan jenis.
b)      Korelasi sebab-akibat/kausalitas. Variabel kedua dipengaruhi langsung oleh variabel pertama. Variabel pertama sebagai sebab dan variabel kedua sebagai akibat. Contoh: Korelasi antara sistem gaji dengan disiplin kerja karyawan. 

Jenis permasalahan di atas, biasanya dijadikan dasar dalam merumuskan judul penelitian:
1)      Peneliti bertujuan mengetahui status sesuatu. Jika peneliti bertujuan mengetahui keadaan sesuatu mengenai :apa dan bagaimana, berapa banyak, sejauhmana, dan sebagainya, maka penelitiannya bersifat deskriptif, yaitu menjelaskan atau menerangkan suatu peristiwa. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka judul penelitian dirumuskan sebagai berikut:
a)      Studi deskriptif tentang ………………;
b)      Penelitian tentang ………………….;
c)      Tanggapan masyarakat terhadap …………..; dan seterusnya.

2)      Peneliti bertujuan membandingkan status dua fenomena/variabel/ permasalahan atau lebih. Perbandingan kedua variabel ini, baik untuk mengetahui persamaan maupun perbedaaannya. Judul penelitiannya biasanya dirumuskan sebagai berikut:
a)      Studi komparatif antara ………….. dengan ………….;
b)      Perbandingan antara ……………. dengan …………; dan seterusnya.

3)      Peneliti bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua fenomena atau lebih.
a)      Korelasi sejajar, rumusan judulnya misalkan: Korelasi antara ……… dengan …………; Hubungan antara ………dengan ……; atau studi korelasi antara ………… dengan ………; dan sebagainya.
b)      Korelasi sebab akibat, rumusan judul penelitiannya, misalkan: Pengaruh ………… Terhadap …………..; Peran …………… dalam meningkatkan …………; dan sebagainya.


d.      Merumuskan judul penelitian
Judul penelitian merupakan gambaran ringkas mengenai penelitian yang akan dilakukan, sehingga dengan membaca judul penelitian, maka orang lain mengetahui tujuan penelitian yang akan dilakukan. Sebuah judul penelitian mencerminkan kumpulan beberapa unsur, yakni:
1)      Sifat dan jenis penelitian;
2)      Objek/permasalahan/variabel  yang diteliti;
3)      Subjek penelitian/stackholders/responden penelitian/pihak yang diteliti;
4)      Lokasi/daerah penelitian;
5)      Tahun/waktu terjadinya peristiwa (ini biasanya jarang untuk ditulis, karena penelitian dilakukan pada tahun yang berjalan).

Contoh judul penelitian: PENGARUH SISTEM PENGGAJIAN TERHADAP DISIPLIN KERJA KARYAWAN  BANK BNI CABANG TASIKMALAYA TAHUN 2004. Berdasarkan judul tersebut, maka unsur-unsurnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)      Pengaruh : Jenis penelitian korelasi sebab-akibat;
2)      Sistem Penggajian: objek/permasalahan/variabel penelitian I (sebab/ variabel bebas/variabel prediktor);
3)      Disiplin kerja : Objek/permasalahan/variabel penelitian II (akibat/variabel tak bebas/bergantung/variabel respons);
4)      Karyawan : subjek/responden penelitian;
5)      Bank BNI Cabang Tasikmalaya: Lokasi/daerah penelitian; dan
6)      Tahun 2004 : Tahun/waktu terjadinya peristiwa.
Jika judul penelitian ditulis singkat, maka seringkali dilakukan penegasan anak judul yang biasanya ditulis di bawah judul singkat.
Misalnya:

Pengaruh SISTEM PENGGAJIAN TERHADAP DISIPLIN
KERJA KARYAWAN
(Penelitian di Bank BNI Cabang Tasikmalaya Tahun 2004)

2. MERUMUSKAN LATAR BELAKANG PENELITIAN
           
            Latar belakang penelitian bertitik tolak dari masalah yang tersirat dalam variabel tak bebas dan dikemukakan secara umum. Pemilihan pokok permasalahan tentu yang aktual dan sedang menjadi pusat perhatian atau hal yang menarik dan peneliti memiliki kemampuan untuk menelitinya.
            Peneliti selanjutnya menjelaskan mengapa masalah yang akan diteliti penting, baik bagi peneliti yang bersangkutan maupun bagi pihak lain. Merumus-kan masalah didasarkan pada gejala-gejala yang telah dipilih dari studi pendahuluan di lapangan. Uraikan keadaan berbagai gejala yang memperlihatkan penyimpangan. Kemukakan argumentasi, sehingga terlihat adanya kesenjangan (tidak sesuainya harapan dan kenyataan) dalam praktek. Ketidaksesuaian antarfakta yang ditunjang oleh gejala yang relevan dengan harapan atau hal yang seharusnya terjadi.
            Gejala dapat dijelaskan dengan dukungan fakta-fakta, contoh kasus, data dalam bentuk tabel, diagram, dan dalam bentuk lainnya.
            Setelah peneliti memilih atau merumuskan masalah seperti dikemukakan dalam variabel tak bebas, selanjutnya berdasarkan fakta di lapangan pula peneliti dapat menduga dan memilih variabel lain yang dianggap paling dominan sebagai penyebab masalah tersebut terjadi yang selanjutnya disebut sebagai variabel bebas. Dugaan tersebut dilandasi oleh beberapa teori dan empiris yang telah dipelajari terlebih dahulu dan sering pula dikatakan sebagai studi kepustakaan atau studi literatur, sehingga kedua variabel teoretis (variabel bebas dan variabel tak bebas) dapat diukur. Pengukurannya adalah teori-teori yang dianggap paling tepat menurut studi pustaka.
            Dengan berpijak pada masalah yang telah dituangkan dalam latar belakang penelitian, selanjutnya dilengkapi dengan gejala atau fakta, peneliti akan mampu mempertahankan dan mempertanggungjawabkannya.

3. MENGIDENTIFIKASI DAN MERUMUSKAN MASALAH


            Secara umum masalah sebenarnya sudah tersirat dan tersurat dalam judul penelitian yang telah disusun secara rasional dan sistematis yang terdiri atas beberapa unsur spesifik. Permasalahan ini dirumuskan baik dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan penelitian.
            Langkah perumusan masalah dimulai dengan menyatakan objek penelitian, yakni hal-hal apa yang menjadi cakupan dalam penelitian. Masalah muncul, karena adanya kesenjangan (gap) atau adanya ketidakseimbangan antara sesuatu yang diharapkan menurut teori/hukum/dalil/dst yang menjadi patokan/tolok ukur/barometer dengan kenyataan/empiris, sehingga menimbulkan tantangan, membingungkan, dan pertanyaan terhadap diri peneliti mengenai hal-hal yang akan dicari jawabannya atau pemecahannya melalui kegiatan penelitian.

          Contoh: Pengaruh Sistem Penggajian terhadap Disiplin Kerja Karyawan Bank BNI Cabang Tasikmalaya

          Berdasarkan judul tersebut, maka permasalahan penelitian adalah:
a.       Bagaimanakah sistem penggajian yang dianut oleh Bank BNI Cabang Tasikmalaya?
b.      Bagaimanakah disiplin kerja karyawan Bank BNI Cabang Tasikmalaya?
c.       Sejauhmanakah pengaruh sistem penggajian terhadap disiplin kerja karyawan Bank BNI Cabang Tasikmalaya?

   Rumusan masalah yang pertama berbunyi bagaimanakah, kata ini dirasakan lebih operasional, yakni bagaimana gambaran/deskripsi mengenai sistem penggajian yang dianut oleh Bank BNI Cabang Tasikmalaya saat ini. Hal ini, baik secara teoretis maupun empiris harus diuraikan oleh peneliti dalam penelitiannya.
      Rumusan masalah yang kedua berbunyi bagaimanakah, yang juga dianggap lebih operasional, yaitu bagaimana gambaran/deskripsi mengenai disiplin kerja karyawan Bank BNI Cabang Tasikmalaya.
      Rumusan masalah yang ketiga berbunyi sejauhmanakah, kata ini menekankan pada ukuran/derajat sesuatu. Dalam hal ini adalah seberapa besar derajat hubungan antara sistem penggajian dengan disiplin kerja karyawan Bank BNI Cabang Tasikmalaya. Rumusan yang ketiga inilah yang sekaligus sebagai pertanyaan penelitian (Research Question). Ketiga rumusan masalah inilah yang selanjutnya akan menjadi dasar bagi peneliti untuk merumuskan tujuan penelitian, metodologi penelitian, dan penarikan kesimpulan penelitian. 

4. MERUMUSKAN MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN

           
            Tujuan adalah segala sesuatu yang ingin diwujudkan melalui tindakan/ kegiatan. Dalam penelitian yang lebih mendalam, tujuan penelitian paling tidak mengungkapkan hal-hal berikut: (1) menemukan objek/variabel penelitian yang diteliti; (2) mengembangkan objek/permasalahan/variabel yang diteliti; dan (3) menerapkan variabel tersebut dalam dunia empiris.
            Berdasarkan judul penelitian di atas, dan sesuai pula dengan rumusan permasalahannya, maka rumusan tujuan penelitian adalah:
a.       Untuk mendeskripsikan/menggambarkan mengenai sistem penggajian yang dianut di Bank BNI Cabang Tasikmalaya;
b.      Untuk memeperoleh gambaran mengenai disiplin kerja karyawan Bank BNI Cabang Tasikmalaya;
c.       Untuk menganalisis hubungan antara sistem penggajian dengan disiplin kerja karyawan Bank BNI Cabang Tasikmalaya.


5. MERUMUSKAN KERANGKA PEMIKIRAN/PENDEKATAN MASALA         

Kerangka pemikiran (longitudinal construct) digunakan apabila penelitian yang akan dilakukan terdiri atas dua variabel atau lebih, baik yang bersifat komparatif maupun korelatif (baik sejajar maupun sebab akibat). Sedangkan bila penelitian yang akan dilakukan bersifat deskriptif (historis, deskriptif, maupun filosofis) cukup menggunakan pendekatan masalah.

            Kerangka pemikiran adalah justifikasi landasan ilmiah yang didukung oleh kemampuan peneliti dalam meramu dan menganalisis teori yang berlaku serta informasi penunjang dari berbagai sumber, dalam rangka menyusun pemikiran baru sebagaimana tercermin dalam hipotesis yang diajukan dalam penelitian. Sedangkan pendekatan masalah adalah narasi/uraian yang rinci mengenai bagaimana permasalahannya didekati secara konseptual dan empiris.
            Dalam menyusun kerangka pemikiran maupun pendekatan masalah, peneliti harus menerapkan cara berpikir induktif maupun deduktif. Cara berpikir induktif adalah cara berpikir yang dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus/spesifik menuju ke hal-hal yang bersifat umum dan selanjutnya ditarik kesimpulan secara umum. Sedangkan cara berpikir deduktif adalah cara berpikir yang dimulai dari hal-hal yang bersifat umum/general menuju ke hal-hal yang bersifat khusus dan kesimpulan diambil secara khusus.

6. MERUMUSKAN HIPOTESIS
            Secara etimologi hipotesis berasal dari dua kata, yaitu hypho yang berarti di bawah/sebelum, sedangkan thesis berari kesimpulan, sehingga arti harfiah hipotesis adalah kesimpulan sementara. Jadi hipotesis adalah kesimpulan sementara yang diyakini kebenarannya oleh peneliti, namun masih memerlukan pembuktian lebih lanjut. Rumusan hipotesis hanya diperuntukkan bagi jenis penelitian komparatif dan penelitian korelatif (sejajar/sebab-akibat), sedangkan untuk penelitian deskriptif tidak perlu hipotesis.
            Fungsi hipotesis dalam penelitian adalah untuk membimbing/menuntun peneliti dalam menggali permasalahan, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pengkajian lebih lanjut, misalnya analisis, pembahasan, dan penarikan kesimpulan. Namun secara rinci kegunaan hipotesis dalam penelitian adalah:
a.       Mengarahkan jangkauan penelitian;
b.      Sebagai alat sederhana dalam memfokuskan fakta yang terpisah ke dalam kesatuan penting dan menyeluruh;
c.       Panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar fakta.

Hipotesis yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Menyatakan hubungan;
b.      Sesuai dengan fakta;
c.       Harus berhubungan dengan ilmu pengetahuan serta sesuai dan berkembang sejalan dengan ilmu pengetahuan;
d.      Harus dapat diuji;
e.       Gramatika yang baik, sederhana, dan padat;
f.       Sederhana; dan
g.      Dapat menerangkan fakta/gejala/fenomena.

Secara umum hipotesis dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1.      Hipotesis persamaan dan hipotesis perbedaan
Hipotesis persamaan adalah pernyataan rekaan yang menyatakan  tentang adanya persamaan antara dua variabel atau lebih. CONTOH: Terdapat persamaan kemampuan mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Statistika dan metodologi penelitian.
Hipotesis perbedaan  menyatakan ketidaksamaan antarvariabel tertentu disebabkan oleh adanya pengaruh variabel yang berbeda-beda. CONTOH: Adanya perbedaan respons mahasiswa yang mengikuti mata kuliah statistika dan mata kuliah metodologi penelitian.  Hipotesis persamaan dan perbedaan ini digunakan untuk penelitian KOMPARATIF.

2.      Hipotesis kerja dan hipotesis nol
Hipotesis kerja atau seringkali disebut sebagai hipotesis alternatif biasanya disingkat (Ha) adalah hipotesis yang memiliki rumusan dengan implikasi alternatif di dalamnya. Hipotesis kerja/alternatif biasanya diuji untuk diterima. Hipotesis ini biasanya dirumuskan dengan kata-kata sebagai berikut: Jika/Andaikata ………, maka …………; Terdapat hubungan antara ……. dengan …………; Ada pengaruh ……………… terhadap ……………., dst.

Hipotesis nol atau hipotesis statistik, biasanya disingkat (Ho). Hipotesis ini menyatakan tidak adanya perbedaan atau pengaruh/hubungan antara dua variabel penelitian atau lebih. Hipotesis nol/statistik biasanya diuji untuk ditolak. Hipotesis nol/statistik biasanya dirumuskan sebagai berikut: Tidak ada perbedaan antara ……… dengan …………….; ………….. tidak mempengaruhi………..; Tidak adanya pengaruh …………… terhadap ……………; ……… tidak ditentukan/ dipengaruhi oleh ………..
  
7. MEMILIH TEORI YANG DIGUNAKAN DAN MEMILIH KEPUSTAKAAN
            Teori yang digunakan dalam penelitian hendaknya teori yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti, di samping harus aktual/terbaru. Dalam menyajikan teori hendaknya memilih terlebih dahulu teori yang paling akbar (grand theory), teori ini sifatnya lebih umum yang bersumber secara filosofi atau normatif, misalnya kutipan dari Al Qur’an. Setelah membahas teori akbar selanjutnya peneliti mengarah pada teori tingkat menengah (middle range theory). Teori yang berada di antara filosofi dan implementasi, sehingga keadaanya belum lengkap, misalnya bersumber dari Al Hadits. Selanjutnya peneliti mengaitkannya pada hal-hal yang lebih teknis dengan menggunakan teori aksi/tindakan yang lebih bersifat implementatif, misalnya diambil dari Ijma’ dan Qiyas.


8. MENENTUKAN VARIABEL DAN SKALA PENGUKURANNYA
            Variabel atau variable yang oleh beberapa perguruan tinggi digunakan istilah peubah adalah suatu gejala yang bervariasi dan berubah-ubah. Variabel merupakan masalah yang diteliti atau sering disebut sebagai objek penelitian. Secara umum variabel dibedakan menjadi dua, yaitu (1) variabel kuantitatif (quantitative variable), misalnya berat badan, tinggi badan, banyaknya uang, dan lain-lain dan  (2) variabel kualitatif (qualitative variable), misalnya: pandai, makmur, kaya, senang, cinta, sedih, dan lain lain.

Variabel kuantitatif dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.Variabel diskrit, seringkali disebut sebagai variabel nominal atau kategori, karena nilainya dapat dikategorikan menjadi dua atau lebih. Vaariabel diskrit yang berkategori dua disebut nominal dycothomous, misalnya kaya-miskin; laki-perempuan, siang-malam, baik-buruk, dan lain –lain, serta  yang berkategori lebih dari dua disebut nominal polycothomous, misalnya pekerjaan orang tua: petani - pedagang - pegawai negeri - ABRI – POLRI; tingkat pendidikan SD – SLTP – SLTA – PT, dan lain-lain. Data dari variabel diskrit disebut sebagai data diskrit, berbentuk frekuensi.

b. Variabel kontinum, adalah variabel yang dapat ditentukan nilainya dalam jarak jangkauan tertentu dengan desimal yang tidak terbatas. Variabel kontinu dibagi menjadi tiga macam skala pengukuran, yaitu:
1)      Skala pengukuran ordinal, yakni skala pengukuran yang menunjukkan adanya tingkatan-tingkatan yang berurutan. Misalnya: sangat cantik, cantik, cukup cantik, kurang cantik, dan tidak cantik; selalu, sering, jarang, dan tidak pernah, dan lain-lain.
2)      Skala pengukuran interval, yaitu suatu pemberian angka kepada set dari objek yang mempunyai sifat-sifat ordinal ditambah satu sifat lain. Skala pengukuran interval ini berupa angka-angka atau nilai. Misalnya Jarak Bandung – Suryalaya 105 km, sedangkan Bandung – Tasikmalaya 120 km, maka selisih jarak Suryalaya – Tasikmalaya 15 km. Contoh lain:
Penghasilan orang tua (dalam rupiah):
a.       2.500.000,00 ³
b.      1.500.000,00 – 2.499.999
c.       500.000,00 – 1.499.999
d.      £ 499.999
3)      Skala pengukuran ratio, yaitu skala perbandingan, sehingga seringkali menggunakan kata sekian kali. Misalnya: Berat Gustav 120 kg, sedangkan berat Doyok 40 kg. Maka berat Gustav tiga kali berat Doyok. Contoh lain dalam penggaris, misalnya 4 adalah dua kali lipatnya 2; 8 adalah dua kali lipatnya 4, dst.
Data dari variabel kontinu disebut data kontinu/kontinum, dalam bentuk tingkatan, angka jarak, dan ukuran.


9. MENENTUKAN SUMBERDATA/RESPONDEN PENELITIAN/UNIT

   ANALISIS PENELITIAN

            Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh. Jika peneliti menggunakan angket/kuesioner atau wawancara dalam menggumpulkan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespons atau menjawab pertanyaan penelitian, baik secara lisan maupun tertulis. Kesalahan mahasiswa membuat pertanyaan skala ordinal, tetapi berupa skala sikap. Padahal yang ingin diukur adalah persepsi.
            Jika peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya berupa benda, gerak atau proses sesuatu. Peneliti yang meneliti budi daya ikan di kolam, maka sumber datanya adalah ikan, dan subjeknya adalah pertumbuhan ikan. Jika peneliti menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatan yang menjadi sumber data, sedangkan isi catatan adalah subjek penelitian.
            Guna memperjelas penjelasan tersebut, maka sumber data dapat dikategorikan dalam 3P (person, place, dan paper).
a. Person, yaitu sumber data yang dapat memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara maupun tertulis melalui angket;
 b. Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak. Diam, misalnya: ruangan, wujud benda, warna, dan lain-lain. Bergerak, misalnya aktivitas, kinerja, laju kendaraan, sinetron, proses belajar mengajar, dan lain-lain. Keduanya objek untuk penggunaan metode observasi.
 c. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lainnya. Sehingga paper tidak hanya terbatas pada kertas semata, tetapi juga berupa batu, kayu, tulang, daun lontar, dan lain-lain yang cocok untuk penggunaan metode dokumentasi.  

10. MEMILIH METODE PENELITIAN           
Pilihlah metode yang sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahkan. Jenis metode yang dipilih. Seperti telah dikemukakan terdahulu bahwa jenis metode penelitian dibagi menjadi beberapa jenis.

a.      Metode historis
Metode historis/sejarah adalah penelitian mengenai kondisi atau fakta, perkembangan serta pengalaman masa lampau yang ingin dilukiskan atau direkonstruksikan saat sekarang. Kegunaan penelitian sejarah adalah untuk mengkontruksi masa lampau secara objektif dan sistematis dengan mengumpul-kan, mengevaluasi serta menjelaskan dan mensintesis bukti-bukti untuk mene-gakkan fakta dan menarik kesimpulan secara tepat. Sumberdata penelitian sejarah adalah: Remain atau relics (peninggalan yang tidak disengaja, baik fisik maupun rohani), dokumen, sumber primer, sumber sekunder, materi fisik, materi tulisan, dan lain-lain.

Langkah pokok penelitian sejarah:
1)      Mendefinisikan masalah;
2)      Merumuskan tujuan penelitian;
3)      Merumuskan hipotesis;
4)      Mengumpulkan data;
5)      Evaluasi data;
6)      Interpretasi dan generalisasi; dan
7)      Menyusun laporan.


b.      Metode Deskriptif
Metode deskriptif adalah metode penelitian yang berupaya untuk mengungkapkan keadaan/kondisi yang terjadi saat sekarang dengan memper-timbangkan keadaan masa lampau. Kegunaan metode deskriptif adalah untuk meneliti status sekelompok manusia, objek, set kondisi, sistem pemikiran atau kelas peristiwa saat sekarang, sehingga dapat diperoleh deskripsi/ gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antarfenomena yang diteliti.


Jenis penelitian deskriptif, yaitu:
1)      Survey method  (metode survei): Untuk memperoleh fakta-fakta dari fenomena yang ada dan mencari keterangan secara faktual, baik mengenai institusi sosial, ekonomi, mau pun politik atas suatu kelompok atau pun suatu daerah.

2)      Continuing descriptive method (metode deskriptif berkesinambung-an): Untuk meneliti secara deskriptif secara terus menerus atas suatu objek penelitian.
a)      Case study (studi kasus): Penelitian mengenai status objek yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas atas keseluruhan individu/ personalitas, sehingga diperoleh gambaran secara rinci tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter yang spesifik atas kasus maupun status individu, yang selanjutnya dari sifat-sifat spesifik tersebut dapat dijadikan suatu hal yang bersifat umum/general.
b)      Comparative study (studi komparatif): Untuk mencari jawaban secara mendasar tentang sebab akibat dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya atau munculnya suatu fenomena tertentu.
c)      Work and activity analysis (analisis kerja dan aktivitas): Untuk meneliti secara rinci mengenai aktivitas dan pekerjaan manusia, dan hasil penelitian tersebut dapat memberikan rekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang.
d)      Time and motion study (studi gerak dan waktu): Untuk menyelidiki efisiensi produksi dengan mengadakan studi yang detail mengenai penggunaan waktu serta perilaku pekerja dalam proses produksi.

Langkah pokok penelitian deskriptif:
Memilih dan merumuskan masalah;
(1)   Menentukan tujuan;
(2)   Memberikan batasan dan ruang lingkupnya;
(3)   Merumuskan kerangka pemikiran;
(4)   Melakukan studi kepustakaan;
(5)   Merumuskan hipotesis;
(6)   Mengumpulkan data;
(7)   Analisis data;
(8)   Interpretasi data;
(9)   Menarik kesimpulan;
(10)           Menyusun laporan.
  

c. Metode eksperimental
Metode eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta danya kontrol. Kegunaan metode eksperimental adalah untuk menyelidiki ada atau tidaknya hubungan sebab akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakukan (treatment) tertentu terhadap beberapa kelompok eksperimen dan menjadikan kontrol untuk perbandingan.


Langkah pokok metode eksperimenal:
(1)   Merumuskan masalah serta pernyataan tentang tujuan percobaan atau penelitian;
(2)   Menggambarkan tentang percobaan yang akan dilakukan, termasuk besarnya percobaan, jumlah dan jenis perlakukan, bahan-bahan yang digunakan, dan lain-lain;
(3)   Kerangka analisis yang akan dikerjakan.


d. Grounded research

Grounded Research adalah metode penelitian yang mendasarkan diri kepada fakta dan menggunakan analisis perbandingan, bertujuan untuk mengadakan generalisasi empiris, menetapkan konsep, membuktikan teori, dan mengembangkan teori, di mana pengumpulan dan analisis data berjalan pada waktu yang bersamaan.
Langkah pokok grounded research:
1)      Menentukan masalah yang akan diteliti;
2)      Mengumpulkan data;
3)      Analisis data dan penjelasan; serta
4)      Menyusun laporan penelitian.


e. Metode penelitian tindakan (action research method)
Penelitian tindakan adalah penelitian yang dilakukan bersama-sama antara peneliti dan decision maker/stakeholders mengenai masalah yang yang hasilnya dapat segera digunakan untuk menentukan kebijakan dan pembangunan.

Langkah pokok penelitian tindakan:
1)      Identifikasi kebutuhan, masalah, dan potensi;
2)      Penyusunan praprogram;
3)      Sosialisasi praprogram;
4)      Survei untuk memantapkan program;
5)      Pengembangan dan implementasi program;
6)      Monitoring dan evaluasi;
7)      Tindak lanjut.

11. MENENTUKAN TEKNIK PENELITIAN

            Teknik penelitian berhubungan dengan cara-cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitiannya. Cara-cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitiannya dilakukan sebagai berikut:


Teknik observasi
Yaitu melakukan pengamatan terhadap gejala/fenomena yang diteliti dengan menggunakan alat tertentu, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun situasi buatan. Teknik observasi ini dibagi dalam dua jenis, yaitu:

1)      Teknik observasi langsung
Peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap fenomena yang diteliti. Peneliti selanjutnya mencatat berbagai fenomena yang diamatinya. Teknik observasi langsung ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
(1)    bebas, yakni peneliti dalam mengamati fenomena dilakukan secara bebas, tanpa bantuan alat bantu tertentu;
(2)   terpimpin, dalam mengamati fenomena yang diteliti, penelitian menggunakan pedoman tertentu, sehingga hal-hal yang akan diamati sudah disusun sede-mikian rupa, sehingga peneliti tinggal melakukan pengatan secara berurutan.

2)      Teknik observasi tak langsung
Peneliti melakukan pengamatan tak langsung terhadap fenomena yang ditelitinya.
Teknik observasi, baik langsung maupun tak langsung dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
(1)   daftar cek;
(2)   skala penilaian;
(3)   pencatatan dengan alat.

2.      Teknik komunikasi
Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan komunikasi dengan subjek penelitian. Terdapat dua jenis teknik komunikasi, yaitu:

a.      Teknik komunikasi langsung
Peneliti melakukan komunikasi secara langsung terhadap subjek penelitian, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun situasi buatan.

b.      Teknik komunikasi tak langsung
Peneliti melakukan komunikasi tidak langsung/menggunakan alat bantu komunikasi dengan subjek penelitian.
Terdapat dua bentuk teknik komunikasi yang sering digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian, yaitu: (1) teknik komunikasi langsung dengan interview/wawancara; dan (2) teknik komunikasi tak langsung dengan angket/kuesioner/daftar pertanyaan.

1)      Interview/wawancara
Wawancara adalah komunikasi langsung antara peneliti dengan subjek penelitian. Dapat dilakukan dengan bebas maupun terpimpin/terkendali.
Langkah-langkah dalam interview adalah:
a)      Menetapkan sampel yang akan diinterview;
b)      Menyusun pedoman interview;
c)      Mencoba melakukan interview;
d)     Menghubungi subjek penelitian yang akan diinterview.

Syarat pertanyaan dalam interview:
a)      Menggunakan kalimat pendek dan tegas;
b)      Pertanyaan harus netral’;
c)      Hindarkan pertanyaan intimidasi;
d)     Dimulai dengan pertanyaan yang menyenangkan;
e)      Mencatat secara sekasama setiap hal, jika pergunakan tape recorder;
f)       Berikan kebebasan subjek penelitian untuk menjawab sendiri, tanpa ditutnun oleh peneliti;
g)      Mintalah saran seperlunya.

2)      Angket/kuesioner
Angket adalah seperangkat pertanyaan/pernyataan tertulis yang diberikan kepada subjek penelitian agar mereka mengisi/mengisi sesuai dengan kata hatinya. Selanjutnya subjek penelitian yang diberikan angket disebut dengan responden.

Jenis-jenis angket:
a)      Angket terbuka
Subjek penelitian/responden diberikan kebebasan untuk mengemukan jawaban secara bebas atas pertanyaan yang diberikan oleh peneliti.

b)      Angket tertutup

Responden diberikan alternatif jawaban, sehingga mereka tinggal memilih alternatif jawaban yang telah disediakan tersebut. Jenis angket tertutup menggunakan skala pengukuran:


(1)         Nominal
            Skala pengukuran nominal adalah ukuran yang paling sederhana karena angka yang diberikan kepada objek memiliki label saja dan tidak menujunkan tingkat  apa-apa. Skala pengukuran nominal ada dua kategori, yakni nominal dycothomous (alternatif jawabannya dua saja) dan nominal polycothomous( alternatifnya lebih dari dua).


(2)         Ordinal
Skala pengukuran ordinal adalah skor yang diberikan merupakan angka-angka yang berbentuk bilangan.

(3)         Interval
Skala pengukuran internal adalah sama dengan skala pengukuran ordinal, cuma jarak tingkatnya sudah pasti. Oleh karena itu skala pengukuran interval sering disebut skala pengukuran ordinal plus.

(4)      Rasio
Skala pengukuran rasio meliputi semua skala pengukuran ditambah satu sifat  lain, yaitu skala pengukuran ini memberikan keterangan tentang nilai absolut dari objek yang diukur. Ukuran rasio mempunyai titik nol, karena itu interval jarak tidak dinyatakan dengan beda angka rataan satu kelompok dibandingkan dengan titik nol di atas.


Contoh 1




Contoh 2








Contoh 3












Contoh 4







Contoh  5
: Skalla pengukuran nominal dycothomous:
               Sebutkan jenis kelamin Saudara
a.       Laki-laki;
b.      Perempuan.

: Skala pengukuran nominal polycothomous:
              Sebutkan pekerjaan orang tua Saudara:
a.       Pegawai Negeri Sipil;
b.      ABRI;
c.       POLRI
d.      Wirausaha;
e.       Petani;
f.       Pensiunan.

: Skala pengukuran ordinal:
              Bagaimanakah menurut penilaian Saudara mengenai
              Kecantikan Mariana Renata?
a.       Sangat cantik;
b.      Cantik;
c.       Cukup cantik;
d.      Kurang cantik;
e.       Tidak cantik. (berdasarkan pengalaman penelitian penulis bahwa option  ganjil cenderung untuk dipilih yang tengah. Oleh karena itu penulis sering menganjurkan kepada mahasiswa untuk membuat option genap).

: Skala pengukuran dari Rennis Likert (khusus untuk khusus
   mengukur sikap):
             Dian Sastrowardoyo adalah artis yang sangat cantik.
a.       Sangat setuju;
b.      Setuju;
c.       Kurang setuju;
d.      Tidak setuju.

: Skala pengukuran interval:
            Seberapa besarkah penghasilan Saudara setiap bulan?
a.       Di atas Rp 5.000.000,00
b.      Rp 3.500.000,00  -  Rp 4.999.999,00
c.       Rp 2.000.000,00  -  Rp 3.499.999,00
d.      Di bawah Rp 1.999.999,00

Contoh 6
: Skala pengukuran rasio:
          Berapakah besarnya perbandingan dari gambar berikut:
                  A                    B             C           D

          0      1         2          3             4           5   
               


12. MEMILIH POPULASI DAN SAMPEL

            Sehubungan dengan wilayah data yang dijadikan sebagai subjek penelitian, maka terdapat tiga jenis penelitian, yaitu:
a.       Penelitian populasi;
b.      Penelitian sampel;
c.       Penelitian kasus.



1.      Populasi
Populasi adalah nilai totalitas/keseluruhan subjek penelitian. Jika meneliti seluruh subjek penelitian, maka disebut dengan penelitian populasi atau sensus. Contoh: menghitung jumlah penduduk di suatu wilayah disebut dengan sensus. Meneliti seluruh penduduk di Desa Tanjungkerta disebut penelitian populasi.
Dilihat dari jenisnya populasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu: (1) Populasi terhingga, yaitu populasi yang jumlahnya dapat dihitung; dan (2) Populasi tak hingga, yaitu populasi yang jumlahnya tak dapat dihitung/bila dilakukan penghitungan memerlukan waktu, biaya, dan tenaga yang cukup besar. Contoh: jumlah air di Situ Lengkong Panjalu; Jumlah ikan di laut Pangandaran, dan sebagainya. Penelitian populasi dianjurkan untuk jumlahnya yang terhingga dan relatif kecil.

2.      Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi. Penelitian sampel dilakukan, bila peneliti mengambil sebagian dari subjek penelitian. Syarat sampel yang baik haruslah representatif, yakni bahwa sampel yang dipilih mencermin-kan seluruh karakteristik/ciri-ciri khusus dari populasi.
            Contoh: Subjek penelitian adalah pengusaha bata merah di Desa Sukadana, tetapi peneliti hanya meneliti pengusaha bata merah yang bahan bakarnya dari suluh. Jadi pengusaha bata merah yang membakar dengan merang tidak diteliti.
            Penjelasan mengenai populasi dan sampel dapat dijelaskan melalui gambar sebagai berikut:
            
                                                                                                            
3.      Sampling
Sampling adalah cara/teknik untuk mengambil sampel dari populasi/ mengambil sebagian dari keseluruhan subjek penelitian. Cara pengambilan sebagian dari populasi ini selanjutnya disebut dengan sampling. Teknik pengambilan sampling dapat dilakukan sebagai berikut:

a.      Sampling acak (random sampling)
Yaitu pengambilan sampel yang besarnya n diambil dari sebuah populasi  terhingga N, sedemikan rupa, sehingga setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih. Sampel acak/random digunakan bila:
1)      Keterangan atau nama semua unsur telah diketahui;
2)      Teknik lain yang lebih efisien tidak diketemukan.


Cara menarik sampel random/acak:
a)      Cara undian.  Persis dilakukan seperti kita memilih pemenang dalam arisan. Misalnya: Ukuran populasi 100 orang, kita akan memilih 5 orang sampel. Maka cara yang dilakukan adalah menulus keseratus nama tersebut dalam seratus kertas kecil untuk selanjutnya masing-masing kertas ditulis nama dan seterusnya digulung kecil-kecil. Setelah digulung, maka kita masukkan ke dalam kotak kecil atau tabung yang diberi lubang sebesar gulungan kertas tersebut. Selanjutnya kita kocok agar ada lima gulungan kertas yang keluar. Kelima gulungan kertas tersebut sebagai sampel acak/random yang kita pilih.

b)      Menggunakan bilangan random. Misalnya: Ukuran populasi 100 orang, kita akan menentukan besarnya sampel sebanyak 10 orang. Maka teknik yang dilakukan adalah membuat tabel untuk dituliskan nama dari seratus orang tersebut. Untuk selanjutnya dari seratus nama yang telah disusun ke dalam tabel tersebut, kita memilihnya sebesar 10 orang dengan cara, misalnya menjatuhkan pensil ke dalam seratus nama tersebut sebanyak 10 kali. Jatuhnya pensil pertama dicatat sebagai sampel 1, jatuhnya pensil kedua dicatat sebagai sampel 2, dan seterusnya sampai dengan sepuluh.

c)      Cara ordinal/bertingkat. Misalkan: Ukuran populasi 500 orang, sampel yang akan kita ambil sebanyak 50 orang, maka cara yang dilakukan adalah:
(1)    Mula-mula kita hitung 500 : 50 = 10;
(2)    Buat gulungan kertas sebanyak 10 buah untuk diberi nomor:1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10;
(3)    Masukkan ke dalam kotak/tabung untuk selanjutnya kocok dan keluarkan satu gulungan kertas;
(4)    Buka gulungan kertas tersebut, baca nomor yang tertera di dalamnya. Bila nomor yang tertera 1, maka penentuan sampel dimulai angka 1 dan meloncak ke nomor 11, 22, 32, 42, dan seterusnya. Bila nomor yang kita ambil adalah 9, maka nomor sampelnya adalah: 9, 19, 29, 39, dan sterusnya. Jika sampai nomor populasi kita belum selesai, maka kita mulia lagi dari awal.


b.      Sampling berstrata (Stratified sampling)
Jika populasi penelitian berada dalam strata/tingkatan, maka pengambilan sampel tidak dapat dilakukan dengan cara acak/random. Adanya strata tidak boleh diabaikan, sehingga setiap strata/tingkatan harus ada perwakilannya sebagai sampel. Misalkan kita akan meneliti seluruh karyawan perusahaan Dodol Panjalu, maka setiap tingkatan karus ada wakilnya, yaitu: Top Manager, Middle Manager, Lower manager, dan karyawan biasa.
c.       Sampling wilayah (area probability sampling)
Yaitu pemilihan sampel yang didasarkan atas wilayah. Hal ini dilakukan karena setiap wilayah memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga menuntut keterwakilannya dalam sampel.



d.      0Sampling proporsi (proportional sampling)
Yaitu pengambilan sampel didasarkan atas proporsi masing-masing anggota populasi. Misalkan: A. Karyawan yang masa kerjanya lebih dari sepuluh tahun 200 orang; B. Masa kerja lima sampai dengan sepuluh tahun 100; dan C. Masa kerja kurang dari lima tahun 50 orang. Maka proporsi sampelnya adalah: 4: 2: 1. Jadi anggota sampel untuk A adalah 2 kali B, dan 4 kali C.
 
e.       Sampling bertujuan (purposive sampling)
Yaitu pengambilan sampel yang bukan didasarkan atas strata, random, kelas, maupun daerah, akan tetapi didasarkan atas tujuan tertentu. Teknik ini biasanya didasarkan atas beberapa pertimbangan, misalkan keterbatasan waktu, tenaga, biaya, dan lain-lain, sehingga tidak mungkin mengambil sampel yang besar dan jauh. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan sampel adalah:
1)      Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat, atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri pokok populasi;
2)      Subjek yang dimabil harus merupakan subjek yang karakteristiknya paling banyak dibandingkan dengan yang lainnya;
3)      Pemilihan kararkteristik populasi dilakukan dengan cermat dalam studi pendahuluan.
Misalkan: Peneliti ingin meneliti disiplin kerja karyawan. Dengan melihat judul tersebut, maka populasi penelitian adalah seluruh karyawan dalam suatu perusahaan. Namun dengan berbagai pertimbangan, maka peneliti hanya memilih sampel pada karyawan yang masa kerjanya lima tahun lebih saja.

f.        Sampling kuota (quota sampling)
Yaitu memilih sampel didasarkan pada jumlah yang sudah ditetapkan.

g.      Sampling kelompok (cluster sampling)
Yaitu pemilihan sampel yang didasarkan pada kelompok tertentu, tetapi bukan kelas atau strata. Misalkan: buruh, pegawai negeri, pengusaha, petani, maka peneliti memilih salah satu dari kelompoik sekolah tersebut.

h.      Sampling kembar (double sampling)
  Yaitu dua sampel yang sekaligus diambil oleh peneliti dengan tujuan untuk melengkapi jumlah, jika terdapat data yang tidak masuk dari sampel pertama, atau untuk pengecekan terhadap validitas sampel tersebut.
4.      Penentuan ukuran sampel
a. Rumus yang digunakan
Untuk menentukan ukuran sampel (banyaknya data yang diambil) ditentukan dengan analisis yang digunakan. Apabila penelitian yang dilakukan korelasi, maka ukuran sampel dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Meskipun demikian ukuran sampel sebenarnya sudah ditabelkan oleh Machin & Campbel (1987) dengan  perkiraan peneliti mengenai hubung-an antara peubah yang paling kecil 0,25;  a = 0,1; dan  b = 0,05 untuk tes satu sisi (one-sided), maka ukuran sampel adalah 134 (Lampiran 1).

b. Menentukan alokasi proporsional ukuran sampel
Selanjutnya pemilihan  sampel ditetapkan sesuai dengan proporsi kebutuhan. Agar setiap anggota sampel memiliki peluang yang sama, maka penentuan besarnya ukuran sampel yang berasal dari populasi ditentukan menurut alokasi proporsional, yaitu:


 
              Keterangan:
ni

Ni
N
n

:  Banyaknya sampel  yang berasal dari masing-masing
   kelompok;
: Jumlah populasi dari masing-masing kelompok;
: Jumlah populasi  dari seluruh kelompok;
: Jumlah sampel yang ditetapkan.

Berdasarkan rumus tersebut, maka distribusi secara proporsional dihi-tung dari jumlah murid dari masing-masing perusahaan sebagai berikut:


Tabel 1: Distribusi anggota sampel secara proporsional

NO
NAMA PERUSAHAAN
JUMLAH
KARYW.
UKURAN SAMPEL
1



2



3

PERUSAHAAN  I



PERUSAHAAN  II



PERUSAHAAN  III

455



324



215
455
       x 134  = 61,34
994                        »  61

324
          x 134 = 43,68
994                             » 44

215
          x 134  = 28,98
994               » 29


UKURAN SAMPEL
994         
134


5.      Penelitian kasus
Yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, rinci, dan mendalam terhadap organisasi, lembaga, individu, maupun gejala tertentu. Misalkan dalam sebuah perusahaan ada seorang pekerja yang selalu berpenampilan lain daripada yang lain, akan tetapi disiplin dan prestasi kerja pekerja yang bersangkutan jauh lebih baik dari pekerja lainnya, maka seorang mahasiswa tertarik untuk menelitinya mengenai berbagai aspek terhadap pekerja tersebut. Penelitian yang demikian disebut sebagai penelitian kasus.

13. Operasionalisasi VARIABEL


KONSEP/VARIABEL
SUB KONSEP/ SUBVARIABEL
INDIKATOR
SKALA PENG-UKURAN
1. Pendidikan
a. Kognitif
a.       Hafalan;
b.      Pemahaman;
c.       Aplikasi;
d.      Analisis;
e.       Sintesis;
f.       Evaluasi.
Skala Peng-ukuran Ordinasl

b. Afektif
a. Receiving;
b. Responding;
c. Valuing;
d.      Organizing;
e.       Internalisasi Nilai.
Skala Peng-kuran Ordinasl

c. Psikomotorik
a. Gerakan Refleks;
 b. Kemampuan
     Perektual;
c. Gerakan Skill;
d. Dan seterusnya.

Skala Peng- ukuran Ordinal
2. Manajemen
a. Perencanaan
a. Tujuan;
b. Langkah-langkah
    menggapai tuju-
     an
Skala Peng- ukuran Ordinal

b. Pengorganisasian
a. Job Desription;
b. Job Spesification
Skala Peng- ukuran Ordinal

c. Penggerakan
a. Motivation;
b. Koordinasi;
c. Sinkronisasi;
d. Kerja sama.
Skala Peng- ukuran Ordinal

d. Pengendalian
a. Evaluasi;
b. Penilaian;
c. Tindak Perbaikan
Skala Peng- ukuran Ordinal

 

14. MENGANALISIS DATA DAN MELAKUKAN PEMBAHASAN

             
  METODE ANALISIS STATISTIKA

1.      Penelitian dengan skala pengukuran interval.
Oleh karena permasalahan  penelitian tidak hanya mencari hubungan saja, tetapi juga mendeskripsikan masing-masing variabel, maka langkah kerja analisisnya adalah:
a.       Menentukan rentang (DB – DK);
b.      Menentukan banyak kelas interval (BK = 1 + (3,3) log n);
c.       Menentukan panjang kelas ® P = R/BK;
d.      Membuat distribusi frekuensi;
e.       Menghitung rataan/ Mean ;
f.       Mengitung Standar deviasi (SD/ s);
g.      Membuat klasifikasi penafsiran masing-masing variabel dengan bantuan harga Mean dan SD;



h. Uji normalitas distribusi


Uji normalitas juga dapat menggunakan Lilliefors dan Kolmogorof Smirnov Test.
Uji normalitas dengan Lilliefors digunakan rumus sebagai berikut:


 

Sedangkan uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov digunakan rumus sebagai berikut:



 


i. Menghitung hubungan fungsional antarkedua variabel (X dan Y)




j.        Menguji kelinearan dan keberartian regresi dengan menggunakan ANALISIS VARIANS (ANAVA) atau Analysis Of  Varians (ANOVA).




k. Menghitung korelasi antara variabel (X) dengan variabel (Y) dengan rumus:


Selanjutnya dibuat klasifikasi penafsiran atas nilai r (r)

l. Menghitung derajat determinasi yang menggunakan rumus sebagai berikut:


 
r2 x 100%








Text Box: dk (n-2)
a = 0,-05



l. Uji hipotesis dengan rumus:




Ketentuan :
2.      Penelitian yang skala pengukurannya dengan menggunakan skala pengukuran ordinal, terutama masalah-masalah sosial. Misalkan penelitian yang berjudul “PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP DISIPLIN KERJA”.
Berdasarkan judul penelitian ini, maka kepemimpinan sebagai variabel bebas (X) dan Disiplin kerja sebagai variabel terikat (Y). Kedua variabel ini datanya dihimpun melalui angket dengan skala pengukuran ordinal. Analisis korelasi yang digunakan adalah dengan Statistika Nonparametrik, khususnya Koefisien Korelasi Rank (peringkat) Spearman (rs). Setelah angket terkumpul, maka dilakukan scoring untuk masing-masing responden. Oleh karena permasalahan penelitian tidak hanya mencari hubungan korelasi, tetapi juga mendeskripsikan masing-masing variabel, maka langkah kerja yang ditempuh adalah:
a.       Menentukan rentang (DB – DK);
b.      Menentukan banyak kelas interval (BK = 1 + (3,3) log n);
c.       Menentukan panjang kelas ® P = R/BK;
d.      Membuat distribusi frekuensi kumulatif;
e.       Menghitung Median (Me) dengan rumus:






f. Menghitung Standar deviasi (SD/ s) dengan rumus:

g. Membuat klasifikasi penafsiran masing-masing variabel dengan bantuan harga  h. Median dan Standar Deviasi(Me dan SDMe).
i. Menentukan peringkat (rangking) variabel (X) dan varibel (Y) sekaligus menghitung kuadrat selisih peringkat (Sdi2)
a.      



Menghitung korelasi antara variabel (X) dengan variabel (Y) dengan rumus:

k. Selanjutnya dibuat klasifikasi penafsiran atas nilai rs



l. Menghitung derajat determinasi dengan rumus:










Text Box: dk (n-2)
a = 0,05



m. Melakukan uji signifikansi/ uji hipotesis dengan rumus:

Dengan ketentuan:



Berdasarkan skala pengukuran ordinal tersebut, untuk mengetahui koefisien korelasinya juga dapat digunakan Koefisien Korelasi Rank (Peringkat) Kendall (T). Langkah kerja sehubungan dengan uji ini adalah:
a.       Langkah a sampai g sama dengan dalam analisis Rank Spearman;
b.      Membuat ranking antara variabel X dan variabel Y dari 1 hingga n;
c.       Menyusun Ranking secara berurutan tanpa melepaskan pasangannya;
d.      Menghitung harga S;
e.       Menghitung kadar koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y. Rumus yang digunakan adalah:


 
Tx = ½
Ty = ½

     Berdasarkan harga Tx dan Ty, dan n, maka dengan menggunakan rumus berikut dapat dilakukan perhitungan lebih lanjut.


 
                       




 
f. Derajat determinasi dihitung                       t2x 100%

g. Uji siginikansi/uji hipotesis dilakukan dengan rumus:

                       

Selanjutnya dilakukan pembahasan.

3.      Penelitian kualitatif, analisis datanya tetap menggunakan bantuan format-format analisis tertentu, agar pembahasannya lebih terfokus. Format yang digunakan, misalkan:

Variabel Penelitian:………………………………………..

No
Data/ Indikator
Sumber data
Deskripsi data
Teori/ dalil/ hukum
Interpretasi








Selanjutnya dilakukan pembahasan.
Jadi dalam penelitian kualitatif dimungkinkan variabel penelitian lebih dari satu. Hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti bahwa meskipun penelitian kualitatif, tetapi tetap memerlukan dukungan data-data kuantitatif, misalkan dalam bentuk angka, tabel, diagram, dan lain-lain.


METODE ANALISIS FINANSIAL
Metode analisis finansial/keuangan dikenal adanya lima jenis, yaitu analisis neraca dan rugi/laba; analisis rasio keuangan; tingkat pengembalian investasi; analisis kembali pokok; dan analisis reliabilitas.

1.      Analisis neraca dan rugi/laba (balance sheets and profit/loss statement analysis)
Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan dengan jalan membandingkan antara periode yang sedang berjalan dengan periode sebelumnya. Apakah hal ini menyangkut aktiva, hutang, modal maupun tingkat keuntungan/kerugian yang diderita oleh perusahaan.

2.      Alisis rasio keuangan (financial ratio analysis)

Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui keragaan (performance) suatu perusahaan dalam satu tahun/periode akuntansi dan memprediksi kondisi keuangan di masa yang akan datang. Jenis analisis rasio keuangan adalah:


a. Rasio likuiditas (liquidity ratio)

            Digunakan untuki menganalisis kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio likuditas ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1)      Rasio lancar (current ratio), yaitu rasio antara aktiva lancar (current assets) dengan hutang lancar (current liabilities), sehingga rumus yang digunakan adalah:


 
                            Total  Current Assets
      Current Ratio =                                     X 100%      
                                 Total Current Liabilities 

           
            Digunakan untuk menganalisis sampai sejauhmana perusahaan dapat melunasi hutang jangka pendek. Semakin besar rasio yang diperoleh, semakin lancar hutang pembayaran jangka pendeknya.


2)      Rasio persediaan modal kerja (inventory to Working Capital ratio), yaitu rasio persediaan dibagi dengan harta lancar (current assets) dikurangi hutang lancar (current liabilities).
       
                                                             Total Inventories
Inventory to Working =                                                                
Capital                         Total Current Assets–Total Current Liabilities

           
            Perusahaan yang memiliki rasio rendah mempunyai sedikit risiko kehilangan likuiditas.

3)      Hutang lancar untuk persediaan (current debt to inventory), yaitu rasio antara hutang lancar (current liabilities) dengan persediaan (inventory).


 
                                           Total Current Liabilities
Current Debt to Inventory  = 
                                                     Total Inventories


            Rasio hutang lancar yang lebih kecil dibandingkan dengan persediaan menunjukkan perusahaan memiliki kemampuan yang cukup besar untuk memenuhi hutangnya dengan menggunakan sisa persediaan.
           
4)      Rasio lancar (quick ratio) atau(acid test ratio), yaitu rasio harta lancar (current assets) dikurangi persediaan (inventory) dibagi dengan hutang lancar (current liabilities).


 
                               Total Quick Assets
       Quick Ratio   =                                     X 100%
                               Total Current Liabilities

            Qick ratio yang lebih besar dari  satu di atas, menunjukkan harta lancar setelah dikurangi persediaan dapat menutup hutang lncarnya. Rasio keuangan ini lebih akurat dibandingkan harta lancar (current assets) karena quick ratio telah mempertimbangkan persdiaan (inventory) dalam perhitungannya.

b. Rasio solvabilitas (solvability ratio)
            Bertujuan untuk menganalisis seberapa besar aktivitas opersional perusahaan dibiayai oleh modal pinjaman. Termasuk rasio solvabilitas adalah:

1)      Total Debt to tangible net worth, yaitu rasio tatal hutang (hutang lancar (current liabilities) dan hutang jangka panjang (long term liabilities) dibagi dengan tangible net worth , yaitu total aktiva dikurangi dengan hutang.


 
                                         Total Current Liabilities + Total Long Term Liabilities
Total Debt to              = 
Tangible Net Worth         Total Liabilities and Equity  +  Total Liabilities


            Rasio ini membandingkan equity yang dimiliki penilik dengan dengan dana yang disediakan oleh kreditor. Tangible net worth adalah equity pemilik (assets dikurang liabilities) dikurang intangible assets. Apabila nilai rasio cukup besar, maka kreditor harus berhati-hati.


2)      Current debt to tangible net worth, yaitu rasio antara hutang lancar (current debt) dengan tangible net worth. Rumus yang digunakan adalah:


 
                                                           Total Current Liabilities
    Current Debt to          =  
    Tangible Net Worth          Total Liabilities and Equity  +  Total Liabilities



            Rasio ini membandingkan hutang jangka pendek dengan dana yang disediakan oleh penilik. Apabila nilai rasio ini besar, maka kreditor harus berhati-hati agar perusahaan dapat mengembangkan potensi kekuatan inovatifnya.

3)      Fixed assets to tangible net worth, yaitu rasio aktiva tetap (fixed assets)  dengan tangible net worth. Rumus yang digunakan adalah:
 
                                                                 Total Fixed Assets
Fixed Asset to Tangible Net Worth  =
                                                             Total Stockholders Equity


            Rasio ini membandingkan equity yang dimiliki dengan aktivas yang perputarannya rendah. Jika rasio ini relatif rendah, aktivas selanjutnya harus dibiayai oleh stock issue. 


4)      Time interest earned, yaitu rasio antara keuntungan sebelum pajak (before taxs) ditambah bunga (interest) dibangi bungan. Rumus yang digunakan adalah:


 
                                                     Net Income Before Tax + Total Interest
             Time Interest Earned     =  
                                                                      Total Interest
            Rasio ini dapat mengukur risiko yang akan dihadapi perusahaan, jika perusahaan tidak dapat memenuhi pembayaran bunga.
c. Rasio aktivitas (activity ratio)
            Bertujuan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktivitas perusahaan dalam menggunakan dananya secara efisien dan efektif. Rasio ini dapat mengukur tingkat efisiensi opersional perusahaan karena rasio ini didasarkan pada perbandingan antara pendapat dengan pengeluaran pada peride waktu tertentu.
1)      Perputaran persediaan (inventory turnover), tujuan adalah untuk menghitung perputaran persediaan pada perusahaan dagang adalah:


 
                                                      Cost of Goods Sold
Merchandise Turnover   =                                                 = …….  kali
                                               Average Merchandise  Inventories


            Pada perusahaan industri yang menggunakan proses produksi dari bahan baku menjadi bahan jadi, maka terdapat tiga jenis persediaan:
a)      Persediaan bahan baku (raw material inventory);
b)      Persediaan barang dalam proses (goods in process inventory);
c)      Persediaan barang jadi (finished goods inventory).

            Perputaran dari masing-masing persediaan dapat diketahui dengan dengan cara:
a)      Perputaran bahan baku (raw material turnover), yaitu jumlah seluruh bahan yang digunakan dalam suatu periode, dibagi dengan rataan persediaan bahan selama periode tersebut. Hasilnya dinyatakan dalam frekuensi.
b)      Perputaran barang dalam proses (goods in process turnover), yaitu jumlah pekerjaan dalam proses yang ditransfer menjadi produk jadi, dibagi dengan rataan pekerjaan dalam poses persediaan selama peiode tersebut. Hasilnya dinyatakan dalam frekuensi.
c)      Perputaran barang jadi (finished goods turnover), yaitu seluruh biaya produk yang dijual, dibagi rataan biaya persediaan barang jadi. Hasilnya dinyatakan dalam frekuensi.



 
                                                         Net Sales
               Inventories Turnover =
                                                     Total Inventory
                                                
2)      Periode pengumpulan pihutang (collection period), yaitu rasio yang menunjukkan perputaran pihutang dibagai menjualan harian.


 
                                                 Total Account Receivables X 365
            Total Collection Period = 
                                                         Total Net  Sales

3)      Perputaran harta tetap (fixed assets turnover), yaitu rasio antara penjualan (net sales) dengan harta tetap (fixed assets).


 
                                           Total Inventories
Fixed Asset Turnover  =
                                          Total Fixed Assets


4)      Perputaran seluruh modal kerja (working capital turnover), yaitu rasio untuk mengukur perputaran modal kerja perusahaan, yang dihitung dengan cara membagi penjualan (net sales)  dengan harta lancar dikurangi dengan hutang lancar.


 
                                                                       Total Inventories
      Working Capital Turnover =
                                                     Total Current Assests - Total Current Liabilities


d. Rasio keuntungan (profitability ratio)       
            Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh efektivitas manajemen dalam mengelolaan perusahaan. Analisis rasio keuntungan dapat memberikan gambaran keuntungan yang diperoleh perusahaan. Terdapat empat jenis analisis rasio keuntungan:

1)      Keuntungan atas modal sendiri (return on net worth), yang sering disebut dengan ROE (return on equity), rasi ini bertujuan untuk mengukur tingkat keuntungan dari investasi pemilik modal dan dihitung  menurut pembagian antara laba bersih (keuntungan netto sesudah pajak), dengan modal sendiri. Rumus yang digunakan adalah:


 
                                         Net Income After Tax
       Return On Equity =
                                  Total Assets - Total Liabilities



2)      Profit Margin atau Sales Margin, yaitu rasio antara laba bersih setelah pajak dibagi dengan penjualan
 
                                      Net Income After Tax
Profit Margin     =       
                                      Total Inventories

3)      Produktivitas assets, adalah rasio antara pendapatan bruto dikurangi dengan pajak, dibagi dengan total aset.


 
                                            Gross Income  -  Tax
            Productivitas Assets  =
                                                Total Inventories


15. MENARIK KESIMPULAN DAN SARAN
            Kesimpulan adalah sebagai keputusan akhir setelah data dianalisis dan dibahas. Dalam penulisan skripsi kesimpulan dan saran biasanya disediakan dalam satu bab tersendiri. Kesimpulan penelitian mengacu pada analisis dan pembahasan. Jadi kesimpulan adalah perwujudan dari tujuan penelitian dan tujuan penelitian itu sendiri merupakan perwujudan atas masalah yang sudah dipecahkan. Bila masalahnya ada tiga, maka tujuan penelitian juga ada tiga, analisis dan pembahasan pun dilakukan terhadap ketiga masalah yang telah dirumuskan oleh peneliti.
            Sedangkan saran terdiri atas saran konseptual dan saran implementatif yang dapat dilakukan oleh berbagai pihak.

16. MENULIS DAFTAR KEPUSTAKAAN

            Dalam penulisan karya ilmiah, termasuk di dalamnya skripsi didasarkan pada gramatika dan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Contoh penulisan daftar kepustakaan menurut kaidah bahasa Indonesia yang benar:

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta.

Badudu, JS. 1992. Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Pustaka Prima.

Borg, Walter R. and Gall, Meredith D. 1989. Educational Research (An Introductional). Fifth Edition. New York: Longman.

Siswanto Sastrohadiwiryo B. 2002. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia (Pende-katan Administratif dan Operasional). Jakarta: Bumi Aksara.



















BAGIAN DUA
ADMINISTRASI PENELITIAN

A.    Bahan yang digunakan

Pada umumnya semua ukuran kertas dapat digunakan, namun yang layak untuk penulisan karya ilmiah adalah:
1.      Ukuran kertas HVS 80 gram ukuran kuarto (21,5 cm x 28 cm) warna putih;
2.      Untuk sampul luar (kulit luar) ditetapkan sampul kertas (hard cover). Bahan yang digunakan adalah karton buffalo atau linen, dengan warna dasar Hijau muda (untuk fakultas Tarbiyah) dan warna kuning emas (untuk STIELM);
3.      Tiap bab diberi pembatas dengan kertas dorslag (doorslag), dengan warna hijau muda (untuk fakultas Tarbiyah) dan warna kuning emas (untuk STIELM), sesuai dengan warna sampul luar dan di tengahnya dicetak logo masing-masing perguruan tinggi.

B. Pengetikan

Lay-out kertas, untuk pengetikan naskah skripsi dengan menggunakan komputer sebagai berikut:
1.      Pinggir atas            :    4 cm dari tepi kertas
2.      Pinggir kiri             :    4 cm dari tepi kertas
3.      Pinggir bawah        :    4 cm dari tepi kertas
4.      Pinggir kanan         :    3 cm dari tepi kertas

Cara Pengetikan

Cara pengetikan dengan komputer berbeda dengan cara pengetikan dengan mesin ketik. Apabila mesin ketik mengenal garis bawah, maka komputer tidak mengenal garis bawah, sebagai gantinya ditulis miring. Ketentuan pengetikan karya ilmiah dengan komputer sebagai berikut:
1. Pengetikan hanya dilakukan pada satu muka kertas, tidak bolak balik;
2. Jenis huruf yang digunakan adalah Arial atau huruf lain yang setara;
3. Ukuran huruf yang digunakan harus standar yaitu 12 untuk komputer;
4. Pita atau tinta pada komputer yang digunakan berwarna hitam;
5. Perbanyak hasil ketikan, atau printout komputer dilakukan dengan foto copy sejumlah yang ditetapkan oleh perguruan tinggi.

Spasi

Pengaturan spasi dilakukan sebagai berikut:
1. Jarak antara baris yang satu dengan baris berikutnya adalah 2 (dua) spasi;
2. Jarak antara petunjuk bab (BAB I) dengan tajuk bab (PENDAHULUAN) adalah 2 (dua) spasi;
3.      Jarak antara tajuk bab (judul bab) dengan teks pertama yang ditulis, atau antara tajuk bab dengan tajuk anak bab adalah 4 (empat) spasi;
4.      Jarak antara tajuk anak bab dengan baris pertama teks adalah 2 (dua) spasi, dan alinea teks diketik menjorok ke dalam 5 (lima) ketukan;
5.      Jarak antara baris akhir teks dengan tajuk anak bab berikutnya adalah 3 (tiga) spasi;
6.      Jarak antara teks dengan tabel, gambar, grafik, diagram, atau judulnya adalah 3 (tiga) spasi;
7.      Alinea baru diketik menjorok ke dalam lima ketukan dari margin kiri teks, sedangkan jarak antara alinea yang satu dengan alinea yang lain adalah 2 (dua) spasi;
8.      Petunjuk bab dan tajuk bab selalu dimulai dengan halaman baru.

Kutipan

Kutipan, baik langsung maupun tidak langsung ditulis sebagai berikut:
1. Kutipan langsung (bisa dari bahasa aslinya atau terjemahannya) yang terdiri atas tidak lebih dari 3 (tiga) baris dimasukkan ke dalam teks dengan jarak spasi 2 (dua) dengan menggunakan tanda kutip (“), diikuti dengan nama penulis, tahun, dan halaman.
2. Kutipan langsung (bisa dari bahasa aslinya atau terjemahannya) yang terdiri 4 (empat) baris atau lebih diketik terpisah dari teks dengan jarak spasi 1 (satu) dan menjorok masuk 5 (lima) ketukan dari margin kiri teks dengan menggunakan tanda kutip (“), diikuti dengan nama penulis, tahun, dan halaman.
3. Jarak antarbaris teks dengan kutipan langsung tersebut pada butir (1) di atas, dan jarak antara baris kutipan langsung itu dengan baris awal teks berikutnya adalah 2 (dua) spasi.

Tajuk

Penulisan tajuk diatur sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, yaitu:
1. Tiap tajuk diketik di halaman baru dengan huruf kapital ditempatkan di tengah dan tidak diberi garis bawah.
 2.Tajuk yang dimaksud adalah:
a. COVER SAMPUL LUAR;
      b. ABSTRAK;
c. SARAT PERNYATAAN;
d. COVER SAMPUL DALAM;
e. LEMBAR PENGESAHAN;
f. RIWAYAT HIDUP;
g. KATA PENGANTAR;
h. DAFTAR ISI;
i. DAFTAR TABEL;
j. DAFTAR GAMBAR;
k. DAFTAR GRAFIK;
l. DAFTAR DIAGRAM;
m. DAFTAR LAMPIRAN;
  1. BAB I   : PENDAHULUAN;
  2. BAB II  : METODOLOGI PENELITIAN;
  3. BAB III : TINJAUAN PUSTAKA;
  4. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN;
  5. BAB V  : KESIMPULAN DAN SARAN;
  1. DAFTAR PUSTAKA;
  2. LAMPIRAN.


Abstrak

            Abstrak adalah ringkasan suatu pokok persoalan yang sudah dibahas. Pengetikan abstrak biasanya mengikuti tata bahasa sebagai berikut:
1.  Jarak spasi dalam pengetikan abstrak adalah 1 (satu) spasi;
2. Jarak antara judul ABSTRAK dengan teks pertama abstrak adalah 2 (dua) spasi;
3. Judul penelitian ditulis dengan huruf tebal dengan spasi 1 (satu) spasi dan di bawah judul ditulis nama dan pembimbing (tanpa menyebutkan pembimbing I dan pembimbing II), misalnya Andry dibimbing oleh Dr. H. B. Siswanto, M.Si. dan Drs. H. Suhrowardi, M.Ag;
4. Jarak antaralinea yang satu dengan alinea yang lain adalah 1 (satu) spasi;
5. Alinea baru diketik menjorok ke dalam 5 (lima) ketukan dari margin kiri teks.

Panjang dan isi abstrak skripsi ditetapkan kurang lebih 150 – 200 kata. berisi hal- hal sebagai berikut:
1. Masalah yang diteliti, kalau mungkin dalam satu kalimat;
2. Subjek/objek penelitian, disertai karakteristik khususnya, misalnya jumlah, tipe, usia, jenis kelamin, atau karakteristik lainnya;
3. Metode yang digunakan, termasuk peralatan/instrumen, prosedur peng-umpulan data;
4. Hasil penelitian, termasuk taraf signifikansi statistika;
5. Kesimpulan dan implikasi terapan atau rekomendasi.

G. Penomoran Bab, SUB Bab, dan Paragraf
            Penomoran bab, sub bab, dan paragraf diatur menurut kaidah tata bahasa sebagai berikut:
1. Penomoran bab pada penunjuk bab (BAB) menggunakan angka romawi kapital, sedangkan pengetikannya diletakkan di tengah-tengah;


2. Penomoran sub bab menggunakan sistematika sebagai berikut:
A







1.







a.







1)







a)







(1)

dst ...
 





(a)



H. Penomoran Halaman
            Penomoran halaman diatur sebagai berikut:
1. Halaman Bagian Awal
a. Penomoran halaman bagian awal skripsi/tulisan ilmiah lainnya mulai dari halaman “judul bagian dalam” sampai dengan halaman daftar lampiran menggunakan angka romawi kecil;
b. Halaman “judul bagian dalam dan halaman “persetujuan pembimbing” tidak diberi nomor urut halaman tetapi diperhitungkan sebagai halaman romawi kecil (i) dan nomor halaman tersebut tidak diketik;
c. Halaman abstrak sampai dengan halaman daftar lampiran diberi nomor dengan angka romawi kecil yang merupakan kelanjutan dari halaman “judul bagian dalam” dan halaman “persetujuan pembimbing”;
d. Nomor halaman diletakkan pada pias (lajur) bawah persis di tengah-tengah ;
e. Pada tiap halaman yang bertajuk, mulai dari abstrak sampai dengan daftar lampiran, nomor halaman diletakkan pada pias bawah persis di tengah-tengah;

2. Bagian Inti
Pemberian nomor pada bagian inti skripsi ditetapkan sebagai berikut:
    a. Penomoran bagian inti skripsi, mulai dari BAB I : PENDAHULUAN sampai dengan BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN, menggunakan angka latin;
     b. Nomor halaman mulai dari Bab I : PENDAHULUAN sampai dengan BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN, diletakkan pada pias bawah persis di tengah-tengah.

3. Bagian Akhir
Pemberian nomor pada bagian akhir skripsi dilakukan sebagai berikut:
    a. Penomoran bagian akhir skripsi, mulai dari DAFTAR KEPUSTAKAAN sampai dengan LAMPIRAN menggunakan angka latin;
     b. Nomor halaman mulai dari DAFTAR KEPUSTAKAAN sampai dengan LAMPIRAN, nomor halaman diletakkan pada pias bawah persis di tengah-tengah.


I. Sampul Luar/Kulit Luar
Penulisan dan penempatan judul skripsi, anak judul (kalau ada), tulisan SKRIPSI, nama dan NPM mahasiswa, logo perguruan tinggi, nama perguruan tinggi, kota, dan tahun penyusunan skripsi, pada sampul luar dan sampul dalam, mengikuti ketentuan sebagai berikut:
1. Judul dan Anak Judul
Penulisan judul dan anak judul diatur sebagai berikut:
   a. Judul skripsi ditulis di baris paling atas, dengan huruf kapital semua dengan menggunakan ukuran huruf 14, dengan jarak dari tepi atas kertas sekurang-kurangnya 4 (empat) cm;
   b. Judul yang panjang ditulis menjadi dua baris atau lebih dengan pemotongan judul yang logis sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia, yakni makin ke bawah semakin pendek. Jarak antara kedua baris judul 1 spasi;
   c.  Anak judul (kalau ada) ditulis di bawah judul dengan huruf latin semua yang lebih kecil dari huruf judul jenis huruf sedapat mungkin sama dengan menggunakan ukuran huruf 12.
   d. Anak judul yang panjang ditulis menjadi dua baris atau lebih dengan pemotongan judul yang logis sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia, yakni semakin ke bawah semakin pendek. Jarak antara kedua baris judul 1 spasi.
   e. Judul maupun anak judul dicetak tebal dan tidak diakhiri dengan tanda titik (.).
Contoh: (besar huruf dan jarak spasi disesuaikan dengan ketentuan)


PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KYAI TERHADAP
PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN
(Studi Kasus Di Pondok Pesantren Suryalaya)


2. Tulisan SKRIPSI
a. Tulisan SKRIPSI ditulis dengan huruf kapital semua, diletakkan di tengah dengan jenis dan besar huruf yang sama dengan anak judul;
b. Letak tulisan SKRIPSI sekitar dua setengah cm di bawah anak judul kalau ada. Kalau tidak ada anak judul letak tulisan SKRIPSI sekitar lima cm dari baris judul yang paling bawah;
c. Di bawah tulisan SKRIPSI, dengan jarak sekitar satu cm dicantumkan kalimat penjelasan sebagai berikut:
Diajukan sebagai salah satu syarat
dalam menempuh Ujian Sarjana……………
………………………………..

3. Nama dan NPM Mahasiswa
a. Sebelum nama ditulis disusun oleh (tanpa diberi titik dua);
b. Nama mahasiswa ditulis menggunakan huruf kapital semua, diletakkan di tengah, dengan jenis dan besar huruf ukuran 12;
c. Letak tulisan nama mahasiswa sekitar dua setengah cm di bawah tulisan Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sarjana …………..;
d. NPM mahasiswa ditulis dengan huruf kapital semua, diletakkan di tengah, di bawah nama mahasiswa, dengan jenis dan besar huruf sama dengan anak judul. Baris NPM dengan baris nama mahasiswa adalah satu spasi.


4. Logo Perguruan Tinggi
Logo perguruan tinggi bergaris tengah sekitar tiga setengah cm. Titik tengahnya terletak kira-kira di tengah-tengah antara baris NPM mahasiswa dengan baris nama perguruan tinggi.


5. Nama Perguruan Tinggi, Kota, dan Tahun Penyusunan
   a.Tulisan perguruan tinggi, kota, dan tahun penyusunan skripsi ditulis dengan huruf kapital semua, dengan ukuran huruf 12;
   b. Tahun penyusunan skripsi yang ditulis paling bawah, diletakkan sekitar tiga setengah cm dari tepi bawah kertas;
   c. Berturut-turut ke atas seperti pada contoh berikut:
Contoh: (besar huruf dan jarak spasi disesuaikan dengan ketentuan)


INSTITUT AGAMA ISLAM LATIFAH MUBAROKIYAH
SURYALAYA – TASIKMALAYA
2004
Penempatan tulisan pada sampul luar (yang sama dengan halaman judul) harus memperhatikan keseimbangan jarak margin atas, bawah kiri, dan kanan.


6. Judul Bagian Dalam
Judul bagian dalam sama dengan sampul luar/kulit luar, hanya dicetak pada kertas HVS 80 gram ukuran kuarto.

7. Halaman Persetujuan Pembimbing

a. Judul skripsi diketik dengan jarak 4 cm dari tepi kertas bagian atas. Seluruh kalimat judul diketik dengan huruf kapital, dengan jarak 1 spasi;
b. Anak judul (kalau ada) ditulis di bawah judul dengan huruf kapital semua, dengan jarak 1 spasi;
c. Disusun oleh ditulis tanpa titik dua;
d. Nama mahasiswa diketik di bawah anak judul;
e. NPM mahasiswa ditulis dengan huruf kapital semua
f. Waktu skripsi disidangkan ditulis tanggal, bulan, dan tahunnya, diketik di bawah NPM mahasiswa;
g. Lay-out “Menyetujui”, “Pembimbing I”, dan Pembimbing II”, diatur dengan memperhatikan keseimbangan pada halaman ini. Nama pembimbing dicetak tebal tanpa menggunakan garis bawah.
h. Lay-out “Mengetahui”, “Ketua Jurusan……..”  diketik di bawah nama pembimbing dan diletakkan di tengah-tengah. Nama ketua jurusan dicetak tebal dengan menggunakan garis bawah. Di bawah nama ketua jurusan diketik NIP.
i. Lay-out  Tanggung jawab ilmiah dan yuridis”, diketik di bawah nama NIP ketua jurusan dan diletakkan di tengah-tengah. Nama penanggung jawab ilmiah dan yuridis dicetak tebal tanpa menggunakan garis bawah. Di bawah nama penanggung jawab ilmiah dan yuridis diketik NPM. 


J. Daftar KEPustakaAN
Pengetikan buku, jurnal, dan artikel yang digunakan sebagai bahan referensi, dilakukan sebagai berikut:
  1. Jarak spasi yang digunakan untuk pengetikan daftar pustaka adalah 1 spasi;
  2. Baris kedua tiap buku (jurnal, artikel lain) referensi diketik menjorok ke dalam 7 (tujuh) ketukan spasi;
  3. Judul buku diketik miring (italic);
  4. Jarak spasi baris akhir suatu buku (jurnal, artikel lain) dengan baris pertama buku (jurnal, artikel lain) berikutnya adalah satu setengah spasi;
   5. Bila nama pengarang sama, maka yang ditulis terlebih dahulu didasarkan tahun penerbitan. Untuk yang kedua cukup diberi garis sepanjang 5 (lima) spasi;
  6. Urutan pengetikannya adalah:
      a. Nama penulis, baik penulis Indonesia maupun bukan Indonesia, dimulai dengan nama belakang (diketik lengkap), diikuti nama depan dan diakhiri dengan tanda titik (.);
      b. Tahun terbit diakhiri dengan tanda titik (.);
      c. Judul buku diketik dengan huruf miring (italic), semua diketik dengan huruf kecil kecuali huruf pertama judul dan sub judul, diakhiri dengan tanda titik (.);
      d. Kota tempat penerbit atau negara bagian tempat penerbit (yang didahului dengan kota tempat penerbit), diakhiri dengan tanda titik (.);
      e. Nama penerbit diakhiri dengan tanda titik (.);
      f. Urutan penulisan daftar pustaka disesuaikan dengan alphabetic.

0 Komentar untuk "MENULIS ILMIAH SEBUAH KAJIAN DAN TANTANGAN "

Back To Top