ads
ads

E-learning (Sebagai Cara Pembelajaran yang Efektif)


Cara Pembelajaran dengan E-learning


Pada dasarnya cara pemberian pembelajaran e-learning dapat digolongan menjadi dua, yaitu one way communication (komunikasi satu arah) dan two way commu
nication (komunikasi dua arah). Komunikasi atau interaksi antara guru dan murid memang sebaiknya melalui sistem dua arah. Dalam e-learning, sistem dua arah ini juga bisa diklasifikasikan menjadi dua yaitu, di-laksanakan melalui cara langsung (synchronous) artinya pada saat guru mem-berikan pelajaran, siswa dapat langsung mendengarkan dan dilaksanakan me-lalui cara tidak langsung (a- synchronous) misalnya pesan dari guru direkam dahulu sebelum digunakan.
Adapun karakteristik e-learning antara lain yaitu: (1) memanfaatkan jasa teknologi elektronik yaitu guru dan siswa, sesama siswa atau guru dan sesa-ma guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler; (2) memanfaatkan keunggulan komputer digital media dan computer networks; (3) menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan memerlu-kannya; dan (4) memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kema-juan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.

Faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Memanfaatkan E-learning
Ahli-ahli pendidikan menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum seseorang memilih internet untuk kegiatan pembelajaran (Bullen, 2001; Hartanto dan Purbo, 2002; Soekartawi et.al, 1999; Yusup Hashim dan Razmah, 2001) antara lain:
Faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Memanfaatkan E-learning
Ahli-ahli pendidikan menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum seseorang memilih internet untuk kegiatan pembelajaran (Bullen, 2001; Hartanto dan Purbo, 2002; Soekartawi et.al, 1999; Yusup Hashim dan Razmah, 2001) antara lain:

1.    Analisis Kebutuhan (Need Analysis )
Dalam tahap awal, satu hal yang perlu dipertimbangkan adalah apakah memang memerlukan e-learning. Apabila analisis ini telah dilaksanakan dan jawabannya adalah memerlukan e-learning, maka tahap berikutnya adalah membuat studi kelayakan (Soekartawi, 1995) yang komponen penilaiannya adalah:
a.    Apakah secara teknis dapat dilaksanakan (technically feasible) misalnya jaringan internet bisa dipasang, apakah infrastruktur pendukungnya seper-ti telepon, listrik, komputer tersedia, apakah tenaga teknis yang bisa meng-operasikannya tersedia, dan lain sebagainya.
b.    Apakah secara ekonomis menguntungkan (economically profitable) misal-nya dengan adanya e-learning dapat memberikan keuntungan.
c.    Apakah secara sosial penggunaan e-learning tersebut diterima oleh ma-syarakat (socially acceptable)

2.    Rancangan Instruksional
Aspek-aspek yang dipertimbangkan dalam menentukan rancangan ins-truksional (Soekartawi, et al, 1999; Yusup Hashim and Razmah, 2001) yaitu:
a.    Course Content and Learning Unit Analysis seperti isi pelajaran, cakupan dan topik yang relevan.
b.    Learner Analysis, seperti latar belakang pendidikan siswa, usia, seks, status pekerjaan, dan sebagainya.
c.    Learning Context Analysis, seperti kompetisi pembelajaran yaitu menge-nai apa yang diinginkan hendaknya dibahas secara mendalam pada bagian ini.
d.    State Instructional Objectives. Tujuan instruksional ini dapat disusun berdasarkan hasil dari analisis instruksional.
e.    Construct Criterion Test Items. Penyusunan tes ini dapat didasarkan dari tujuan instruksional yang telah ditetapkan
f.    Select Instructional Strategy. Strategi instruksional dapat ditetapkan berdasarkan fasilitas yang ada.

3.    Tahap Pengembangan
Pengembangan e-learning dapat dilakukan mengikuti perkembangan fa-silitas ICT yang tersedia. Hal ini terjadi karena kadang-kadang fasilitas ICT tidak dilengkapi dalam waktu yang bersamaan, begitu pula dengan bahan ajar dan rancangan instruksional yang akan dipergunakan hendaknya dikembang-kan dan dievaluasi secara terus menerus.

4.    Tahap Pelaksanaan
Prototype yang lengkap bisa dipindahkan ke komputer (LAN) dengan menggunakan format tertentu misalnya format Hyper Text Markup Language (HTML) dan uji prototype hendaknya terus menerus dilakukan.

5.    Tahap Evaluasi
Sebelum program dimulai, ada baiknya diujicobakan dengan mengambil beberapa sampel orang yang dimintai tolong untuk ikut mengevaluasi.
Proses dari kelima tahapan di atas diperlukan waktu yang relatif lama, karena prototype perlu dievaluasi secara terus menerus. Masukan dari orang lain atau dari siswa perlu diperhatikan secara serius. Proses dari tahapan satu sampai lima dapat dilakukan berulang kali, karena prosesnya terjadi terus me-nerus.
Masalah-masalah yang sering dihadapi dalam e-learning.
1)    Masalah akses untuk bisa melaksanakan e-learning seperti ketersediaan jaringan internet, listrik, telepon dan infrastruktur yang lain.
d.    Masalah ketersediaan software (piranti lunak). Bagaimana mengusahakan piranti lunak yang tidak mahal.
e.    Masalah dampaknya terhadap kurikulum yang ada.
f.    Masalah skill dan knowledge.
g.    Attitude (perilaku) terhadap ICT.
Karena itu perlu diciptakan bagaimana semuanya mempunyai sikap yang
positif terhadap ICT, bagaimana semuanya bisa mengerti potensi ICT dan dampaknya ke siswa sehingga penggunaan teknologi baru bisa mempercepat pembangunan.
0 Komentar untuk " E-learning (Sebagai Cara Pembelajaran yang Efektif)"

Back To Top