ads
ads

Konsep Dasar Komunikasi Pendidikan


Konsep Komunikasi Pendidikan


Istilah komunikasi  berarti "berprestasi", "memberitahukan", menjadi milik bersama" (John Echols dan Hasan, 1998:48). Dengan demikian, secara konseptual arti komunikasi sudah mengandung pengertian-pengertian memberitahukan (menyebarkan) berita, pengetahuan, fikiran-fikiran, nilai-nilai dengan maksud untuk menggugah partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan menjadi milik bersama.
Komunikasi dalam konteks edukatif, berlangsung antara guru dengan peserta didik dalam sebuah kegiatan yang disebut dengan proses belajar mengajar. Guru adalah salah salah satu komponen pendidikan dengan sekumpulan tugas. Dikalangan suku Sunda, kata “guru” itu berarti orang yang layak digugu (=ditaati) dan ditiru (=dicontoh), (Sagala, 2008:14). Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pengertian guru adalah sebagai berikut.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah” (2005:2).
Menurut Sardiman, “guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar menagajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan” (1986:123). Dari beberapa definisi tersebut dapat dipahami bahwa guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Guru harus menguasai seluk beluk pendidikan dan pengajaran serta ilmu-ilmu lainnya yang akan disampaikan kepada peserta didik dengan strategi, pendekatan dan metode tertentu. Adapun peserta didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan (Djamarah, 2000:51).
Berdasarkan penjelasan sebagaimana diuraikan di atas, dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan komunikasi edukatif adalah  penyampaian pesan dari sumber pesan (guru sebagai komunikator) melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan (peserta didik sebagai komunikate) dalam proses belajar mengajar.
Komunikasi edukatif yang efektif antara guru dengan peserta didik adalah komunikasi yang benar, tepat pada sasaran. Efektivitas komunikasi ditentukan oleh beberapa faktor. Antara lain komunkator, komunikate, dan media yang digunakan untuk berkomunikasi. Dan ada beberapa hal yang dapat menghambat efektivitas komunikasi, seperti hambatan psikologis, hambatan kultural, dan hambatan lingkungan. Hambatan-hambatan ini dalam komunikasi dikenal dengan istilah  barriers atau noises.
Secara umum, komunikasi dikatakan efektif apabila ada kesamaan; pesan dari sumber pesan yang disampaikan dengan menggunakan media kepada komunikate, sama dengan pesan yang diterima komunikate dari sumber pesan (komunikator).
Karena guru adalah pusat kehidupan rohani dan sebagai penyebab berkenalannya dengan dunia luar, maka setiap reaksi emosi peserta didik dan pemikirannya dikemudian hari, terpengaruh oleh sikap terhadap gurunya di permulaan hidupnya dahulu. Perasaan peserta didik kepada gurunya sebenarnya sangat kompleks, ia adalah campuran dari bermacam-macam emosi dan dorongan yang selalu melakukan interaksi, pertentangan dan memuncak pada umur-umur tertentu (Zakiyah Daradjat, 1989:38). Peserta didik yang merasakan komunikasi harmonis di lingkungan pendidikannya, ia berkesempatan untuk berpikir logis, dan mengkritik pendapat-pendapat yang tidak masuk akal. Perkembangan peserta didik ke arah berpikir logis juga mempengaruhi pola komunikasi yang dilakukan dalam lingkungan pendidikan.
Secara lebih mendalam tentang komunikasi yang efektif antara guru dengan peserta didik usia peserta didik,  dapat dikaji dari indikator menimbulkan pengertian, menimbulkan kesenangan, menimbulkan pengaruh pada sikap, menimbulkan hubungan yang makin baik, dan menimbulkan tindakan.
a.    Menimbulkan Pengertian
“Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator.” (Jalaludin R., 2006:17). Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa komunikasi yang efektif itu adalah timbulnya pengertian pada komunikate tentang pesan yang disampaikan oleh komunikator melalui media yang digunakan. Kita pahami bahwa tujuan komunikasi itu untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik, dimana hubungan sosial merupakan kebutuhan sosial, dan kebutuhan sosial ini hanya akan terpenuhi jika terjadi komunikasi interpresonal yang efektif, yakni yang menimbulkan pengertian.
Kegagalan pendidikan dalam menciptakan komunikasi yang menimbulkan pengertian tergolong kegagalan primer. Agar tidak terjadi kegagalan dalam komunikasi interpersonal dan supaya tetap survival dalam bermasyarakat, maka setiap individu harus terampil memahami faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi interpersonal, seperti persepsi dan hubungan interpersonal. 
Sebaliknya, komunikasi yang tidak menimbulkan pengertian pada komunikan (komunakator dan komunikate), maka tergolong komunikasi yang tidak efektif). Dalam hubungan pendidikan adakalanya pesan yang disampaikan oleh guru atau pesan yang disampaikan oleh pendidik tidak menimbulkan pengertian pada pihak lain. Misalnya guru menyampaikan kepada peserta didik agar bersikap baik, tidak berbohong, tetapi peserta didik tetap berperilaku tidak baik. Adakalanya juga peserta didik, dengan perilaku-perilakunya menyampaikan pesan kepada guru, tetapi guru tidak respon terhadap perilaku peserta didik tersebut. Dalam keadaan seperti ini maka terjadi komunikasi yang tidak menimbulkan pengertian.
Ditinjau dari sumber ajaran Islam, komunikasi yang menimbulkan pengertian itu adalah komunikasi yang menimbulkan kepatuhan atas hal yang menjadi isi pesan. Hal ini tersirat dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 9 sebagai berikut:
Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka peserta didik-peserta didik yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar (Tim Penerjemah Al-Quran Depag RI, 1989:116).
Lafadz “qaulan sadidaa” mengandung maksud ucapan yang benar, mengandung makna, dapat dimengerti, jelas sasaran, memiliki sumber atau landasan yang kuat, serta dapat dipertangungjawabkan karena mengandung kebenaran, ketegasan dan disampaikan dengan cara-cara yang benar.

b.    Menimbulkan Kesenangan
Ciri lain dari komunikasi edukatif yang efektif adalah menimbulkan kesenangan pada kedua belah pihak karena adanya kesamaan pengertian dan ketercapaian tujuan. Dalam kenyataannya, tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi dan mempola pengertian. Ada perkataan-perkataan dan perbuatan dalam komunikasi yang hanya bertujuan menyenangkan orang lain, seperti ucapan selamat pagi, dan komunikasi lain yang bersifat fatis, yang dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan. “Komunikasi inilah yang menyebabkan di antara manusia menjadi akrab dan menyenangkan.” (Jalaudin Rakhmat, 2006:15).
Unsur perasaan senang dalam berkomunikasim perlu diwujudkan agar dalam melaksanakan peserta didik tidak merasa terpaksa. Dengan terlebih dahulu menjelaskan hal yang akan diterima/disampaikan atau dipesankan  itu adalah untuk kepentingan peserta didik dan kepentingan pendidikan, maka peserta didik yang telah memahami dan mengerti keadaan tersebut umumnya akan melakukan isi pesan dengan senang hati tanpa ada unsur keterpaksaan, mengerjakan perbuatan dengan penuh kegembiraan. Pada sisi lain, informasi yang diberikan oleh guru juga disarankan berisi informasi yang menggembirakan.
Hal ini secara ekplisit tercermin dalam ayat Al-Quran surat Al-Baqoroh ayat 25 sebagai berikut.
Artinya: Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya. (Tim Penerjemah Al-Quran Depag RI, 1986).

Menjelaskan manfaat-manfaat berbagai hal yang akan dikomunikasikan, tujuan, dan menjelaskan tata-caranya secara benar akan mempermudah pelaku komunikasi menerima isi pesan dengan senang hati. Hal ini dapat terjadi karena ada keterlibatan diri dari setiap secara langsung, baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan, maupun dalam proses penyelesaian suatu masalah.

c.    Menimbulkan Pengaruh pada Sikap
Karakteristik komunikasi edukatif yang efektif dalam lingkungan pendidikan salah satunya adalah menimbulkan pengaruh yang positif pada diri komunikan. Ditinjau dari sumber ajaran Islam, tentang komunikasi yang berpengaruh pada sikap ini erat kaitannya dengan Al-Quran surat An-Nur ayat 51 sebagai berikut:
Artinya: Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan." "Kami mendengar dan kami patuh." Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung (Depag RI., 1989:553).

Perkataan "kami mendengar dan kami patuh" dari orang-orang mukmin itu karena di dalam dirinya telah memiliki pengertian bahwa Allah dan Rosul-Nya adalah benar sehingga apa yang disampaikan ditaati dan dipatuhi, ini adalah wujud komunikasi yang mempengaruhi sikap diawali dari adanya keyakinan bahwa apa-apa yang disampaikan adalah benar dan disampaikan oleh orang yang benar. Jadi dalam konteks ini, guru harus menyampaikan informasi yang benar, tidak meragukan sehingga peserta didik tidak ragu mengikutinya.

d.    Menimbulkan Hubungan Sosial yang Baik
Komunikasi edukatif yang efektif ditandai dengan adanya hubungan yang baik di antara komunikator dengan komunikan, sehingga dapat menimbulkan interaksi yang positif.
Kebutuhan sosial adalah kebutuhan untuk menumbuhkan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan kekuasaan (control), dan cinta kasih sayang (effection). Secara singkat, kita ingin bergabung dengan orang lain, kita ingin mengendalikan dan dikendalikan, ingin dicintai dan ingin mencintai (Jalaludin Rakhmat, 1989:16).

Hubungan sosial yang baik sebagai hasil komunikasi yang efektif antara lain terwujud dalam tata pergaulan bermasyarakat yang saling menolong antara satu sama lain, menghargai pendapat, serta toleran terhadap perbedaan.

e.    Menimbulkan Tindakan Positif
Persuasi sebagai salah satu tujuan komunikasi edukatif tidak lain dari upaya mempengaruhi orang lain agar bertindak sesuai dengan yang dikehendaki. Mempengaruhi orang lain untuk bertindak memang sangat sulit, tetapi efektivitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang dilakukan komunikate. Indikator ini dikategorikan paling sulit, tetapi paling penting.
Untuk menimbulkan tindakan, komunikator harus berhasil menanamkan pengertian, mempola dan mengubah sikap, serta menimbulkan hubungan yang baik, barulah akan terlaksana tindakan-tindakan sesuai dengan yang diharapkan. Jadi tindakan adalah hasil kumulatif seluruh proses komunikasi. Tindakan sebagai hasil komunikasi, bias saja mengarah kepada tindakan positif maupun negative. Dalam hal komunikasi edukatif, tindakan yang dihasilkan senantiasa mengarah kepada tindakan positif.
Bila ditinjau dari konsep tanbih yang dikembangkan di Pondok Pesantren Suryalaya, sebagai amanat pendiri Pondok Pesantren tersebut, komunikasi edukatif yang efektif itu akan terpola dengan melaksanakan isi tanbih pada nomor satu sampai dengan nomor empat, yaitu:
1)    Terhadap orang yang lebih tinggi daripada kita, baik dohir maupun batin, harus kita hormati, begitulah seharusnya hidup rukun, saling harga menghargai.
2)    Terhadap sesama yang sederajat dengan kita dalam segala-galanya, jangan sampai terjadi persengketaan, sebaliknya harus bersikap rendah hati, bergotong royong dalam melaksanakan perintah Agama maupun Negara, jangan sampai terjadi perselisihan dan persengketaan, kalau-kalau kita terkena firman-Nya "adzabun alim", yang berarti duka nestapa selama-lamanya dari dunia sampai akhirat (badan payah hati susah).
3)    Terhadap orang-orang yang keadaannya di bawah kita, janganlah hendak menghinakannya atau berbuat tidak senonoh, bersikap angkuh, sebaliknya harus belas kasihan dengan kesadaran, agar mereka merasa senang dan gembira hatinya, jangan sampai merasa takut dan liar, bagaikan tersayat hatinya, sebaliknya harus dituntun dibimbing dengan nasihat yang lemah lembut yang akan memberikan keinsyafan dalam menempuh jalan kebajikan.
4)    Terhadap fakir miskin, kita harus kasih sayang, ramah tamah serta bermanis budi, bersikap murah tangan, mencerminkan bahwa kita sadar. Coba rasakan diri kita pribadi, betapa pedihnya jika dalam keadaan kekurangan, oleh karena itu jangan acuh tak acuh, hanya sendirilah yang senang, karena jadi fakir miskin itu bukan kehendaknya sendiri, namun itulah kudrat Tuhan (Harun Nasution, dkk, 1991: 355-356).
Konsep ini dapat diterapkan baik dalam komunikasi edukatif di sekolah, dalam rumah tangga maupun dalam komunikasi sosial bermasyarakat. Efektivitas dari komunikasi semacam ini dapat dirasakan sehingga akan memola tindakan-tindakan positif, memola kesadaran diri, dan memola hubungan yang baik dengan sesama manusia.
3.    Konsep Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan
Dengan memperhatikan konsep tekonologi informasi dan konsep komunikasi pendidikan, maka dapat dipahami bahwa teknologi informasi dan komunikasi pendidikan adalah studi dan praktek etis dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara menciptakan, menggunakan/memanfaatkan, mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang tepat. Juga mengandung makna menyampaikan pesan dari sumber pesan (guru sebagai komunikator) melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan (peserta didik sebagai komunikate) dalam proses pembelajaran. Tujuan utamanya untuk memfasilitasi pembelajaran agar efektif, efisien, menarik, joyfull dan meningkatkan kinerja.
Teknologi informasi dan komunikasi pendidikan menjadi salah satu bagian penting yang perlu dikuasai oleh setiap guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Tidak hanya penguasaan pada tataran teoretis tetapi juga pada tataran praktis. Guru dituntut mampu menciptakan, mengembangkan dan menggunakan, berbagai hasil teknologi dalam pembelajaran baik berupa teknologi informasi dan komunikasi konvenasional maupun yang modern seperti internet.

0 Komentar untuk "Konsep Dasar Komunikasi Pendidikan "

Back To Top