ads
ads

contoh Proposal Sekripsi PENGARUH KEMAMPUAN MENEJERIAL KEPALA SEKOLAH DALAM KOORDINASI INTERNAL TERHADAP KINERJA GURU


PENGARUH KEMAMPUAN MENEJERIAL KEPALA SEKOLAH  DALAM KOORDINASI INTERNAL TERHADAP KINERJA GURU



A.    PENDAHULUAN
Lembaga pendidikan harus memiliki orientasi yang jelas ibarat kendaraan, orientasi itu seperti trayek, yaitu jalur yang harus dilalui untuk mencapai tujuan. Dengan pengertian lain, orientasi itu layaknya sasaran yang mengantarkan pada tujuan. Oleh karenanya, orientasi dapat membuat gerak pendidikan lebih terarah, teratur, dan terencana. Untuk merumuskan orientasi tersebut perlu mempertimbangkan fenomena - fenomena yang terjadi terkait dengan pendidikan. Fadjar menyarankan, "Sekurang-kurangnya ada empat hal yang harus dilihat dalam gerak pendidikan, yaitu pertumbuhan (growth), perubahan (change), pembaruan (development), dan keberlanjutan (sustainability). Fenomena-fenomena ini akan berkembang secara dinamik sehingga menuntut kepekaan para manajer dalam merespons munculnya gejala - gejala tersebut, melalui serangkaian penataan strategi baru yang kondusif dalam memajukan lembaga pendidikan.
Kepala sekolah atau madrasah berperan dalam sekolah sebagai pemimpin lembaga pendidikan yang disamping itu memiliki peran yang kompleks yaitu sebagai manajer, koordinator, motivator, dan sebagainya. Di dalam lembaga pendidikan Islam, pemimpin benar-benar harus dipersiapkan dan dipilih secara selektif, mengingat peran yang dimainkan pemimpin dapat memengaruhi kondisi keseluruhan organisasi.
Seperti dalam ayat Al-Quran , Surat Ash-Shaff ayat 4 :
¨
“ Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. ( Tim Penerjemah Al- Qur’an Kemenag RI, 1971 : 654 ).”

Dari ayat ini dijelaskan bahwa di dalam suatu organisasi sangat penting untuk memperhatikan perihal menejemen sehingga tersusun dengan baik dan saling menguatkan satu sama lain karena akan lebih efektif  sehingga akan tercapai tujuan yang di inginkan.
Maju mundurnya lembaga pendidikan lebih ditentukan oleh faktor pemimpin daripada faktor - faktor lainnya. Memang ada keterlibatan faktor - faktor lain dalam memberikan kontribusi kemajuan lembaga atau kemunduran suatu lembaga, tetapi posisi pemimpin masih merupakan faktor yang paling kuat dan paling menentukan nasib ke depan dari suatu lembaga pendidikan.
Keberhasilan suatu sekolah tidak lepas dari cara pengelolaan yang tepat yang sesuai dengan kondisi dan situasi sekolah dengan segala peran dan fungsi sekolah. Personil-personil sekolah yang langsung dengan pengelolaan ini adalah kepala sekolah, guru dan tata usaha apalagi kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah tersebut harus dapat menunaikan tugasnya sesuai porsinya masing-masing menurut aturan dan norma yang ada, serta sesuai dengan undang - undang yang berlaku. Demikian juga guru atau staf pengajar harus dapat memberikan masukan kepada kepala sekolah, sehingga terjadi koordinasi kedua pihak yang seimbang di antaranya yang dapat menyebabkan adanya warna yang khas dari sekolah tersebut, dan terciptanya iklim sekolah yang selaras dan harmonis demi tercapainya visi dan misi dari sekolah tersebut.
Kepala sekolah sebagai pemimpin suatu organisasi yang unik dan kompleks, memiliki tugas dan fungsi yang lebih berat dibanding dengan pemimpin organisasi lainya. Salah satu tanggung jawab adalah mendorong stafnya, yaitu guru dan karyawan lainnya untuk lebih dapat meningkatkan kinerjanya serta mendorong siswanya untuk lebih memperhatikan kepentingan belajarnya. Hal ini sejalan dengan tugas dan fungsi kepala sekolah sebagai pendidik, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator, motivator dan koordinator (Wahyudi, 2008: 75).
Dengan memperhatikan sederet tugas dan fungsi kepala sekolah tadi, maka kepala sekolah harus dapat menempatkan dirinya sesuai dengan tugas dan fungsinya itu, bertindak luwes dan bijaksana tetapi masih memiliki ketegasan sebagai pembatasan agar kebijaksanaan dan keluwesan itu tidak dimungkinkan untuk disalahgunakan oleh orang lain. Lebih jauh lagi, sebagai koordinator kepala sekoklah harus dapat mengusahakan optimalitas kepuasan kerja guru dengan berbagai pendekatan, strategi dan program nyata yang pada gilirannya guru dapat meningkatkan kinerjanya, terutama dalam pengelolaan pembelajaran dan mutu pelayanan bagi siswa.
Madrasah Tsanawiyah Negeri Kawali Ciamis merupakan suatu institusi pendidikan tingkat menengah dalam naungan Kementrian Agama yang memiliki variatif kemajuan di samping merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang  merupakan bagian dari sekian banyak Madrasah Tsanawiyah Negeri  di Kabupaten Ciamis, telah meraih beberapa kemajuan.
Saat penulis melakukan observasi awal di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kawali Ciamis, penulis menemukan permasalahan yang cukup menarik untuk diteliti. Permasalahan tersebut sangat erat kaitannya dengan permasalahan prosedur kerja, pengaturan kelompok, kedisiplinan tenaga kependidikan, serta adanya beberapa guru yang kerap menjalankan tugas yang belum maksimal dalam arti belum memberikan kinerja terbaik, padahal kepala sekolah sudah berperan dengan baik dengan senantiasa menginformasikan sesuatu dengan cepat dan menyeluruh, serta mengadakan rapat kerja dengan seluruh staf untuk membahas upaya-upaya peningkatan kualitas pendidikan
Dalam hal upaya untuk mengintegrasikan dan mensinkronkan pelaksanaan tugas-tugas tiap guru dengan stakeholders pendidikan perlu ditingkatkan agar terwujud suatu pencapaian tujuan bersama dengan sumber daya yang terbatas secara efektif dan efisien
Penulis berasumsi bahwa masalah tersebut erat kaitannya dengan tarap kepuasan yang diperoleh guru dalam memenuhi hak dan kewajibannya serta berkaitan dengan pola koordinasi yang perlu dibenahi antara kepala sekolah dengan staf pengajar serta adanya keragaman yang dimiliki guru dalam hal kinerja yang di miliki mereka. Atas dasar permasalahan yang ada tersebut penulis melakukan penelitian ini dengan mengambil judul : “Pengaruh Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dalam Koordinasi Internal terhadap Kinerja Guru   ( Penelitian di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kawali Ciamis).

B.     KAJIAN PUSTAKA
1.      Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dalam Koordinasi
               Koordinasi menurut Chung & Megginson (dalam Husaini Usman, 2008:408) dapat didefinisikan sebagai proses motivasi, memimpin, dan mengomunikasikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi. Sutisna (2007) mendefinisikan koordinasi ialah proses mempersatukan sumbangan-sumbangan dari orang-orang, bahan, dan sumber-sumber lain ke arah tercapainya maksud-maksud yang telah ditetapkan. Koordinasi ialah suatu sistem dan proses interaksi untuk mewujudkan keterpaduan, keserasian, dan kesederhanaan berbagai kegiatan inter dan antar institusi-institusi di masyarakat melalui komunikasi dan dialog-dialog antarberbagai individu dengan menggunakan sistem informasi manajemen dan teknologi informasi.
Berdasarkan pendapat para pakar dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan koordinasi ialah proses mengintegrasikan (memadukan), menyinkronisasikan, dan menyederhanakan pelaksanaan tugas yang terpisah-pisah secara terus-menerus untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Tanpa adanya koordinasi, individu - individu dan bagian-bagian tidak akan dapat melihat peran mereka dalam suatu organisasi. Mereka akan terbawa untuk mengikuti kepentingan- kepentingan sendiri (ego sektoral) dan bahkan sampai mengorbankan sasaran-sasaran organisasi yang lebih luas.
Prinsip-prinsip koordinasi yang harus diwujudkan oleh kepala sekolah selaku  koordinator dengan pihak bawahannya meliputi :
a.    Tanggung jawab dalam kerja sama
Dinamika kelompok dalam suatu organisasi merupakan indikator adanya progresifitas perilaku organisasi. Sekolah sebagai satuan organisasi yang dibangun atas dasar kerangka formal struktural dalam jaring-jaring sistem pendidikan nasional. Kekuatan dan dinamika organisasi sekolah tersebut terletak pada tanggung jawab kepala sekolah selaku pemimpin serta kemampuan melakukan kerja sama baik dengan pihak bawahan khususnya staf pengajar maupun dengan pihak lainnya sebagai atasan atau stakeholder pendidikan.
Tanggung jawab kepala sekolah meliputi seluruh kewenangan yang dimiliki olehnya serta mempertanggungjawabkan keseluruhan program aktivitas pendidikan di lingkungan sekolah yang dipimpinnya yang melingkupi tanggung jawab moral, struktural, formal, maupun yuridis. Kerja sama dapat dilakukan melalui adanya komunikasi yang efektif serta adanya rasa tanggung jawab dan kekompakan antara atasan dan bawahan serta memandang antara pimpinan dan bawahan sebagai rekan kerja.  
b.    Kesinambungan dalam program kerja
Kesinambungan dalam prgram aktivitas merupakan indikator adanya dinamika sistem jika dan hanya jika adanya keselarasan misi dan strategi yang ditopang dengan segenap sumber daya yang memadai dan kelengakapan komponen. Sebagai salah satu prinsip koordinasi, kesinambungan dalam program kerja salah satu kewajiban kepala sekolah sebagai koordinator selama ia memimpin sekolah tersebut kendatipun  dengan tidak melihat masa jabatan yang dijalani. Kesinambungan dalam program kerja ini merupakan suatu wujud estafeta proses pendidikan dalam mewujudkan visi, misi  dan tujuan pendidikan. Prinsip ini dilakukan untuk menepis terjadinya stagnasi dan kemunduran dinamika sistem bahkan untuk menghidari kehancuran atau diskontinu  kemajuan pendidikan.
c.     Pengaturan yang teratur dalam kelompok
Keteraturan kelompok akan melahirkan homogenitas kerja serta terhindar dari kesimpangsiuran. Sebagai seorang koordinator, kepala sekolah hendaknya dapat menciptakan situasi kerja yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing serta dilakukan dengan jelas agenda kegiatannya. Bentuk keteraturan dapat diciptakan dengan penjadwalan, pelimpahan serta disesuaikan dengan kesiapan dan skala prioritas kebutuhan atau target yang harus dicapai.


d.    Mewujudkan konsep kesatuan tindakan
Terwujudnya kesatuan tindakan merupakan ciri suatu dinamika kelompok yang integratif dan memiliki sentral komando. Selaku koordinator, seorang kepala sekolah harus mampu mengkoordinasi bawahannya berdasarkan kesatuan tindakan yang terfokus pada satu tujuan yakni tujuan penyelenggaraan pendidikan itu sendiri, kendatipun dalam segmentasi program aktivitas memiliki keragaman sebagai pendivisian kerja. Kesatuan tindakan akan memberikan makna persatuan dan terhindar dari persaingan dan perpecahan yang hal tersebut dapat melemahkan integritas sistem yang ada.
e.    Memelihara terwujudnya pencapaian tujuan
Pemeliharaan dalam pencapaian tujuan menjadi beban tanggung jawab utama kepala sekolah sebagai koordinator melalui sikap dan perbuatan yang terkendali dengan melibatkan kegiatan evaluasi, pelaporan, motivasi dan perbaikan. Pencapaian tujuan merupakan harapan seluruh anggota atau personal yang berada dalam organisasi sekolah tanpa kecuali. Pencapaian tujuan merupakan harapan dan nilai kepuasan yang dapat dirasakan bersama tanpa ada satu pihak pun yang dirugikan atau diterlantarkan  yang dengan hal tersebut teredam kemungkinan terjadinya komplik internal.
f.     Menerapkan kedisiplinan kerja
Kedisiplinan adalah sikap dan perilaku sadar dalam mentaati peraturan dan  melakukan seluruh aktivitas sebagai tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan prosedur dan tatakerja yang disusun berdasarkan ketaatan dan kepatuhan. Kedisiplinan sebagai modal terpeliharanya stabilitas dan efektivitas dinamika organisasi. Dalam mewujudkan kedisiplinan, kepala sekolah sebagai koordinator harus terlebih dahulu memberikan contoh terbaik  atau suri tauladan untuk dapat ditiru dan dijadikan pedoman nyata bagi seluruh bawahannya. Sikap asal-asalan, keterpaksaan, malas, dan saling melempar tanggung jawab sebagai kebalikan dari kedisiplinan.
g.    Penyusunan prosedur kerja dan tata kerja
Prosedur dan tata kerja dalam suatu organisasi perusahaan dan non perusahaan berfungsi untuk mengikat seluruh anggotanya terlibat dalam organisasi tersebut untuk mampu menempatkan dirinya sebagai pihak yang berarti dan sebagai sumber daya yang memiliki hak dan kewajiban yang sama serta mampu melakukan seluruh tugas dan tanggung jawabnya tanpa saling melempar kepada yang lain. Kepala sekolah, guru, tata usaha akan dapat melakukan tugas kewajibannya secara efektif dan mampu menuntaskan segala kewajibannya sesuai target tatkala berpegang pada prosedur dan tata kerja. Selaku koordinator, kepala sekolah harus menjadi orang yang profesional dalam menetapkan prosedur dan tata kerja secara jelas dan adil sehingga seluruh bawahannya tidak bekerja di luar format pendidikan.
h.    Membuat program kerja dan evaluasi kerja
Evaluasi adalah tindakan penilaian/perbaikan terhadap bawahan untuk menjamin agar pelaksanaannya sesuai dengan rencana. Jadi penilaiannya apakah hasil pelaksanaanya tidak bertentangan dengan sasaran (goals) dan rencana (plans). Bila terlihat adanya penyimpangan-penyimpangan, perlu segera diadakan tindakan perbaikan. Pembetulan penyimpangan-penyimpangan tersebut akan dapat membantu dan menjamin penyelesaian daripada rencana itu. Sekalipun perencanaan seharusnya didahului dengan pengawasan, tetapi perencanaan sendiri tidak dapat melakukannya, karena perencanaan merupakan pedoman bagi pimpinan untuk menggunakan sumber-sumber yang dipergunakan secara tepat dalam penyelesaian tujuan tertentu, kemudian kegiatan ini dimonitoring untuk menentukan apakah dalam kegiatan pelaksanaan kegiatan itu sesuai dengan yang direncanakan. Koordinator pendidikan dalam evaluasi pendidikan mutlak harus berperan sebagai pihak pengevaluasi pertama dan utama sehingga mampu mengendalikan ke arah yang lebih baik atas kemajuan dan kemunduran lembaga pendidikan yang dipimpinnya.

2.      Kinerja Guru
Menurut Madyo Ekosusilo (2009:132) yang dimaksud dengan guru atau pendidik adalah seorang yang bertanggung jawab untuk memberikan bimbingan secara sadar terhadap perkembangan kepribadian dan kemampuan peserta didik baik itu dari aspek jasmani maupun rohaninya agar ia mampu hidup mandiri dan dapat memenuhi tugasnya sebagai makhluk tuhan sebagai individu dan juga sebagai makhluk sosiai.
Guru adalah seseorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan pemimpin yang dapat menciptakan iklim belajar menarik, aman, nyaman dan kondusif di kelas, keberadaannya di tengah - tengah siswa dapat mencairkan suasana kebekuan, kekakuan, dan kejenuhan belajar yang terasa berat diterima oleh para siswa. (Yamin Martinis, 2009 : 95).
Di dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Bab IV Pasal 29 ayat 1 disebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, memiliki hasil pembelajaran melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama pada pendidik di Perguruan Tinggi.
Kinerja adalah wujud perilaku atau kegiatan yang dilaksanakan dan sesuai dengan harapan dan kebutuhan atau tujuan yang hendak dicapai secara efektif dan efisien. Untuk mencapai hal tersebut, sering kali kinerja guru dihadapkan pada berbagai hambatan / kendala sehingga pada akhirnya dapat menimbulkan bentuk kinerja yang kurang efektif. Dengan kata lain, standar kinerja dapat dijadikan patokan dalam mengadakan pertanggungjawaban terhadap apa yang telah dilaksanakan.
Kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non profit oriented yang dihasilkan selama satu periode waktu. Secara lebih tegas Amstron dan Baron mengatakan Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi (Amstrong dan Baron, 1998:15). Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan / program / kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi. (Irfan Fahmi, 2012: 2).
Ukuran- ukuran keberhasilan yang sering digunakan dalam pekerjaan ialah ciri kepribadian dalam bentuk sifat (prakarsa, kemampuan dalam bekerjasama, dan hasil / prestasi kerja). Faktor - faktor yang mempengaruhi kinerja personal sekolah yang perlu dipertimbangkan dan diperhatikan adalah (a) human performance yang menggambarkan kemampuan (ability yang didukung oleh motivasi yang kuat; (b) kemampuan (ability) yang menggambarkan pengetahuan (knowledge) didukung oleh ketrampilan (skill); dan (c) motivasi (motivation) yang menggambarkan sikap didukung oleh situasi yang kondusif untuk itu.
Proses yang akan dilalui dalam penilaian kinerja adalah prosedur kerja dan langkah-langkah kerja sejak proses pemahaman terhadap kinerja dimulai dari menyusun instrumen dan mengujicobakan, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menyusun laporan. Agar pentahapan langkah dapat diketahui dengan jelas oleh penilai (evaluator) dan pemberi tugas, uraian tentang langkah ini seyogyanya dilengkapi dengan rencana operasi kegiatan (plan of operation atau plan-of) atau rencana kegiatan secara operasional. Dalam tampilan rencana operasi ini tercantum langkah-langkah kegiatan yang ditunjukkan langsung oleh jangka waktu dan saatnya dengan mempertimbangkan durasi waktu penilaian apakah dalam penggalan mingguan atau bulanan tergantung pada kebutuhan penilaian kinerja yang ditetapkan.
Kinerja memiliki dimensi-dimensi yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Sehingga dalam proses pengukuran kinerja sebaiknya semua dimensi yang ada itu diukur dan diperlakukan sama. Tentu saja dimensi dari suatu pekerjaan akan berbeda dengan dimensi pekerjaan yang lainnya.Menurut pendapat T.R. Mitchel dalam Mangkunegara (2000: 69), kinerja memiliki 5 dimensi yaitu:
a.    Quality of work
b.    Promptness
c.    Initiative
d.   Capability, dan
e.    Communication

Hasibuan (2008:137), menemukakan tidak kurang dari 11 dimensi kinerja biasa yang dinilai, yaitu:
a.    Kesetiaan : Mencerminkan kesediaan tenaga kerja menjaga dan membela organisasi didalam maupun di luar pekerjaan
b.    Prestasi kerja : Merupakan hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat dihasilkan tenaga pengajar tersebut dari uraian pekerjaanya
c.    Kejujuran : Kejujuran dalam melaksanakan tugas tugas memenuhi perjajian baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain
d.   Kedisiplinan : Mencerminkan kepatuhan tenaga kerja dalam mematuhi peraturan-peraturan yang ada dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan intruksi yang di berikan 
e.    Kreativitas : Kemampuan tenaga kerja dalam mengembangkan kreativitasnya untui menyelesaikan pekerjaannya , sehingga lebih efektif dan efisien
f.     Kerjasama : Kesediaan tenaga berprestasi dan bekerja sama dengan karyawan lainya secara vertical maupun horizontal didalam maupun diluar pekerjaannya 
g.    Kepemimpinan : Merupakan kemampuan untuk memimpin, berpengaruh , mempunyai pribadi yang kuat , dihormati,berwibawa, dan dapat memotivasi orang lain atau bawahanya untuk bekerja secara efektif
h.    Kepribadian : Sikap prilaku, kesopanan,periang, memberikan kesan yang menyenangkan ,memperlihatkan sikap yang baik ,serta berpenampilan simpatik dan wajar
i.      Prakarsa : Kemampuan berfikiran yang orginal dan berdasarkan inisiatif sendiri untuk menganalisis,menilai, menciptakan,memberikan alasan,dan mendapatkan kesimpulan penyelesaian masalah yang dihadapinya
j.      Kecakapan : Merupakan kecakapan tenaga kerja dalam menyatukan dan menyelaraskan bermacam-macam elemen yang semuanya terlibat didalam penususnan kebijaksanaan dan didalam situasi manajemen
k.    Tanggung jawab : kesediaan karyawan dalam mempertanggung jawabkan kebijakaannya, dan hasil kerja nya sarana dan prasarana yang digunakannya dan perilaku kerjanya

Dimensi-dimensi ini dapat dijadikan pedoman dalam melakukan pengukuran kinerja, dimana pengukuran ini menempati posisi yang paling penting dalam kinerja. Kinerja yang tidak diukur / dinilai atau kinerja yang diukur/dinilai secara tidak adil, deskriminatif ataupun secara tertutup akan menyebabkan melemahnya semangat kerja dan kualitas kinerja ini juga dapat dipengaruhi oleh problem yang dihadapi seseorang pada saat itu. Henry P. Smith (Piet A. Sahertian, 2002: 62), mengatakan bahwa semangat kerja dan kinerja pada umumnya dipengaruhi oleh problem - problem sebagai berikut:
a.    Penampilan hidup di masyarakat
b.    Bekerja sama dan berhubungan dengan teman sejawat
c.    Bekerja bersama-sama dengan kepala sekolah
d.   Bekerja dengan siswa, baik di dalam kelas maupun di luar kelas
e.    Menciptakan dan memelihara hidup yang normal di dalam keluarga
f.     Memperbaiki status sebagai profesi

C.    METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interprestasi tentang arti dan data yang diperoleh. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasikan objek sesuai dengan apa adanya.

D.    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pengaruh kemampuan menejerial kepala sekolah dalam kordinasi internal terhadap kinerja guru MTsN Kawali tergolong tinggi.  Hal ini berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan kepada 45 responden dengan menggunakan angket, kemudian dihitung skala penafsirannya dengan memperoleh rata-rata sebesar 44 berada pada variabel diantara  43,85 - 47-8 dengan kalifikasi baik.  Klasifikasi ini didapat kerena baru beberapa indikator saja yang terpenuhi yaitu Tanggung jawab dalam kerja sama contoh rasa tanggung jawab guru dalam menajalankan tugas melalui terciptanya pola kerja sama  yang sinergis  Sedangkan untuk indikator kinerja guru Adalah kedisiplinan, kesetiaan, prestasi kerja. 
Kemampuan kepala sekolah dalam koordinasi internal tergolong baik, hal ini berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan kepada 45 responden dengan menggunakan Angket, kemudian dihitung skala penafsirannya dengan memperoleh rata-rata sebesar 44 berada pada interval diantara 43,85 — 47,8 dengan klasifikasi baik .Hal ini dapat disimpulkan, bahwa kemampuan kepala sekolah dalam koordinasi internal tergolong baik.
Kinerja Guru di MTsN Kawali  tergolong baik, hal ini berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan kepada 45 responden dengan menggunakan Angket, kemudian dihitung skala penafsirannya dengan memperoleh rata-rata sebesar 44,60 berada diatas angka penafsiran 44,48 dengan klasifikasi sangat  baik.Hal ini dapat disimpulkan, bahwa kinerja guru MTsN Kawali  sangat baik.
Kemampuan kepala sekolah dalam koordinasi internal memberikan pengaruh positif terhadap kinerja guru . Hal ini berdasarkan perhitungan korelasi antara variabel (X) dengan variabel (Y) yang menggunakan rumus rank spearman (rs), dengan harga rs sebesar 0,70. Angka korelasi rank spearman tersebut berada pada interval 0,61 – 0,80 dengan kualifikasi tinggi. Artinya terdapat pengaruh yang tinggi antara kemampuan kepala sekolah dalam koordinasi internal tersebut. Melalui uji hipotesis diketahui bahwa angka korelasi tersebut signifikan. Sebab terbukti thitung 6 lebih besar daripada ttabel1,681,. dengan demikian disimpulkan bahwa hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan adanya pengaruh positif antara kedua variabel tersebut diterima.
E.     Simpulan
Berdasarkan kajian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.    Kemampuan kepala sekolah dalam koordinasi internal tergolong baik,Hal ini berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan kepada 45 responden dengan menggunakan angket, kemudian dihitung skala penafsirannya dengan memperoleh rata-rata sebesar 44 berada pada interval diantara 43,85 — 47,8 dengan klasifikasi baik. Hal ini dapat disimpulkan, bahwa kemampuan kepala sekolah dalam koordinasi internal tergolong baik.
2.    Kinerja Guru di MTsN Kawali  tergolong sangat baik, hal ini berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan kepada 45 responden dengan menggunakan Angket, kemudian dihitung skala penafsirannya dengan memperoleh rata-rata sebesar 44,60 berada diatas angka penafsiran 44,48 dengan klasifikasi sangat  baik.Hal ini dapat disimpulkan, bahwa kinerja guru MTsN Kawali sangat baik.
3.    Pengaruh kemampuan menejerial kepala sekolah dalam koordinasi internal memberikan pengaruh positif terhadap kinerja guru. Hal ini berdasarkan perhitungan korelasi antara variabel (X) dengan variabel (Y) yang menggunakan rumus rank spearman (rs), dengan harga rs sebesar 0,70. Angka korelasi rank spearman tersebut berada pada interval 0,61 – 0,80 dengan kualifikasi tinggi. Artinya terdapat pengaruh yang tinggi antara kemampuan menejerial kepala sekolah dalam koordinasi internal terhadap kinerja guru MTsN Kawali,. Melalui uji hipotesis diketahui bahwa angka korelasi tersebut signifikan. karena terbukti thitung 6 lebih besar daripada ttabel 1,681. dengan demikian disimpulkan bahwa hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan adanya pengaruh positif antara kedua variabel tersebut diterima.

F.     DAFTAR PUSTAKA
 Abdul Aziz Wahab. 2008. Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan, Bandung: Alfabeta.

Dian Wijayanto, 2014Pengantar Manajemen,. Jakarta PT Gramedia.

Fahmi, Irfan. 2011. Manajemen Kinerja Bandung . Alfabeta.

Gibson, Ivancevich dan Donnell. 2009. Organisasi Manajemen Kinerja Teori dan Aplikasi.dan Manajemen: Prilaku Struktur. Jakarta: Erlangga

Hasan, Iqbal. 2007. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Handayaningrat, Soewarno. 2010. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen. Jakarta. PT Toko Gunung Agung.

Hasibuan, Malayu S.P. 2012. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara.

Herabudin. 2011. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung. Pustaka Setia.

Malayu, Hasibuan S.P. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. Bumi Aksara.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Minarti, Sri. 2012. Manajemen Sekolah; Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri. Jogjakarta. Ar.Ruzz Media.

Muhaimin. 2004. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Muhaimin. 2010. Manajemen Pendidikan Aplikasinya Dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah / Madrasah. Jakarta. Kencana Media Group.

Pidarta, Made. 2011. Landasan Kependidikan. Jakarta. Rineka Cipta.

Qomar, Mujamil. 2011. Manajemen Pendidikan Islam. Surabaya. Erlangga.

Riduan. 2012. Rumus Dan Data Dalam Analisis Statistika Untuk Penelitian. Bandung Alfabeta.
Rivai Veithzal. 2011. Education Management, Analisis Teori Dan Praktik. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Rohiat. 2008. Manajemen Sekolah Teori Dasar dan Praktik. Bandung. Refika Aditama.

Rusman. 2011. Manajemen Kurikulum. Bandung. Raja Grafindo Persada.

Sagala, Syaiful. 2012. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung. Alfabeta.

Sedarmayanti. 2014. Membangun dan Mengembangkan Kepemimpinan Serta Meningkatkan Kinerja untuk Meraih Keberhasilan. Bandung: Refika Aditama.

Sugiyono.2010. Metode Penelitian kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung. Alfabeta.

Sugiyono.2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung. Alfabeta.

Suwatno & Donni J. P. 2012. Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Syafaruddin, 2010. Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Syukran, Ahmadi Nafis. 2010. Pendidikan Madrasah Dimensi Profesional dan Kekinian. Yogyakarta. Laksbang Pressindo.

Usman, Husaini. 2011. Manajemen. Teori, Praktek & Riset Pendidikan.Jakarta.  Buni Aksara.

Usman, Husaini & Akbar, Purnomo Setiadi. 2011. Pengantar Statistika. Jakarta. Bumi Aksara.

Yamin, Martinis. 2011. Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP. Jakarta. Gaung Persada Press.

Yamin, Martinis. 2009. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta. Gaung Persada Press.

Yamin, Martinis. 2012. Manajemen Pembelajaran Kelas. Jakarta. Gaung Persada Press.

Wahyudi. 2011. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar. Bandung. Alfabeta.
Wahyudi. 2011. Kemampuan Pemimpin dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi Pembelajar (Learning Organization). Bandung Alfabeta

Wawan, 2015. Pengelolaan Lembaga Pendidikan, Suryalaya : Latifah Press.

0 Komentar untuk "contoh Proposal Sekripsi PENGARUH KEMAMPUAN MENEJERIAL KEPALA SEKOLAH DALAM KOORDINASI INTERNAL TERHADAP KINERJA GURU"

Back To Top