Surat an-Naas merupakan salah satu surat disebut dengan al-mu’awwidzatain yaitu dua surat yang mengandung perlindungan. Surat lainnya yaitu al-Falaq. Perlindungan yang dimaksud di sini adalah yang utama adalah memohon perlindungan dari iblis dan bala tentaranya yaitu setan manusia dan setan jin yang senantiasa mengintai manusia dengan tanpa putus asa dan berbagai cara. Al Imam Ibnu Katsir di dalam kitab tafsirnya ketika membawakan penafsiran dari Sa’id bin Jubair dan Ibnu ‘Abbas, yaitu: “Syaithan bercokol di dalam hati manusia, apabila dia lalai atau lupa maka syaithan menghembuskan was-was padanya, dan ketika dia mengingat Allah subhanahu wata’ala maka syaithan lari darinya.
Dalam sebuah hadis yang riwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanadnya dari Abu Tamimah yang meriwayatkan dari seseorang yang pernah membonceng Nabi SAW katanya:
“Keledai Nabi SAW terjatuh, lalu aku mengatakan “calakalah setan” lalu Nabi berdabda. ‘janganlah kamu katakana ‘celakalah setan’ sebab ia akan semakin besar tubuhnya dan mengatakan ‘dengan kekuatanku aku akan mengalahkannya.’ Namun apabila kamu mengatakan bismillah maka ia akan mengecil sehingga menjadi sekecil lalat. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad namun sanadnya bagus.)
Sebuah pendidikan Rabbani, bahwa semua yang makhluk Allah subhanahu wata’ala adalah hamba yang lemah, butuh akan pertolongan-Nya subhanahu wata’ala. Termasuk Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau adalah manusia biasa yang butuh akan pertolongan-Nya. Sehingga beliau adalah hamba yang tidak boleh disembah, bukan tempat untuk meminta pertolongan dan perlindungan, dan bukan tempat bergantung.
Ajaran tauhid juga jelas tersirat dalam isi kandungan surat an-Naas ini, mengingat penghambaan manusia yang dalam kepada Allah sebagaimana dijelaskan pada ayat 3 akan mengantarkan rasa ketidakberdayaannya dan menyandarkan hanya kepada Allah SWT dari semua kejahatan yang dibisikkan syaitan.
Maka sudah sepantasnya bagi kita selalu memohon pertolongan dan perlindungan hanya kepada Allah subhanahu wata’ala semata. Mengakui bahwa sesungguhnya seluruh makhluk berada di bawah pengaturan dan kekuasaan-Nya subhanahu wata’ala. Semua kejadian ini terjadi atas kehendak-Nya subhanahu wata’ala. Dan tiada yang bisa memberikan pertolongan dan menolak mudharat kecuali atas kehendak-Nya subhanahu wata’ala pula.
Semoga Allah subhanahu wata’ala menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang senantiasa meminta pertolongan, perlindungan dan mengikhlaskan seluruh peribadahan hanya kepada-Nya.
Dalam sebuah hadis yang riwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanadnya dari Abu Tamimah yang meriwayatkan dari seseorang yang pernah membonceng Nabi SAW katanya:
عثر بالنبي صلى الله عليه وسلم حماره فقلت تعس الشيطان. فقال النبي صلى الله عليه وسلم لا تقل تعس الشيطان إذا قلت تعس الشيطان تعاطم وقال بقوتى صرعته وإذا قلت باسم الله تصاغر حتى يصير مثل الذباب
“Keledai Nabi SAW terjatuh, lalu aku mengatakan “calakalah setan” lalu Nabi berdabda. ‘janganlah kamu katakana ‘celakalah setan’ sebab ia akan semakin besar tubuhnya dan mengatakan ‘dengan kekuatanku aku akan mengalahkannya.’ Namun apabila kamu mengatakan bismillah maka ia akan mengecil sehingga menjadi sekecil lalat. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad namun sanadnya bagus.)
Sebuah pendidikan Rabbani, bahwa semua yang makhluk Allah subhanahu wata’ala adalah hamba yang lemah, butuh akan pertolongan-Nya subhanahu wata’ala. Termasuk Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau adalah manusia biasa yang butuh akan pertolongan-Nya. Sehingga beliau adalah hamba yang tidak boleh disembah, bukan tempat untuk meminta pertolongan dan perlindungan, dan bukan tempat bergantung.
Ajaran tauhid juga jelas tersirat dalam isi kandungan surat an-Naas ini, mengingat penghambaan manusia yang dalam kepada Allah sebagaimana dijelaskan pada ayat 3 akan mengantarkan rasa ketidakberdayaannya dan menyandarkan hanya kepada Allah SWT dari semua kejahatan yang dibisikkan syaitan.
Maka sudah sepantasnya bagi kita selalu memohon pertolongan dan perlindungan hanya kepada Allah subhanahu wata’ala semata. Mengakui bahwa sesungguhnya seluruh makhluk berada di bawah pengaturan dan kekuasaan-Nya subhanahu wata’ala. Semua kejadian ini terjadi atas kehendak-Nya subhanahu wata’ala. Dan tiada yang bisa memberikan pertolongan dan menolak mudharat kecuali atas kehendak-Nya subhanahu wata’ala pula.
Semoga Allah subhanahu wata’ala menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang senantiasa meminta pertolongan, perlindungan dan mengikhlaskan seluruh peribadahan hanya kepada-Nya.
0 Komentar untuk "Kandungan Surat An-Naas"