اْلأَخِلاَّءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلاَّ الْمُتَّقِينَ (الزخرف/67)
“Teman-teman karib pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang bertakwa”. Allah swt memerintahkan kepada kita hendaknya pandai- pandai memilih teman bergaul dalam kehidupan di dunia dimana hidup tak terulang dan hanya sekali, karena pengaruh baik dan buruk tergantung dari teman-teman dan sahabatnya, bahkan tidak jarang kita terbawa dan terpengaruh oleh kebiasaan baik maupun kebiasaan buruk mereka. Memilih teman yang baik bisa menghasilkan syurga tetapi bergaul dengan yang burukmenyeret kita ke Neraka. Lihat sabda Rasulullah
عَنْ أَبِي هُرَيْرَ ةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَـلْيَنْظُرْ أَحَدُ كُمْ مَنْ يُخَالِلُ.
Dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw bersabda:"Seseorangitu (sangat) tergantung dengan agama temannya, maka hendaklah seseorang (diantaramu) melihat siapa yang menjadi temannya.
Dari pembukaan di atas maka adab atau etika bergaul yang benar-benar harus kita perhatikan adalah sebagai berikut :
1. Memilih teman bergaul dan bersahabat harus dengan orang yang baik akhlaknya
2. Hal ini mempertegas pernyataan Rasulullah saw, bahwa kita harus pandai memilih dan memilah teman bergaul untuk kepentingan dunia dan akhirat kita, terkadang adat-istiadat, budaya dan prilaku seseorang itu saling mempengaruhi. Abu Said AlKhudri meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda : "Janganlah kalian berkawan kecuali dengan seorang mukmin, dan jangan sampai memakan makananmu kecuali orang yang bertakwa."
Larangan pertemanan ini mencakup larangan bersahabat dengan pelaku dosa besar dan orang yang suka berbuat dosa, karena mereka melakukan apa yang Allah haramkan. Kepada Allah Isaja dia berani maksiat dan melawan apalagi kepada makhluk. Kepada Allah saja yang memberikan segala kebaikan dan kenikmatan dia ingkar apalagi kepada manusia, Kepada Allah saja tidak amanah apalagi kepada teman-temannya. Berteman dengan mereka akan mendatangkan kemudharatan pada agama kita. Terlebih lagi larangan bersahabat dengan orang-orang kafir dan munafik, maka larangan ini lebih diutamakan. Kita bergaul dengan mereka dalam rangka amar ma’ruf dan nahi munkar itu hal yang diperbolehkan, dan amar ma’ruf serta nahi munkar kita jika mendatangkan kemaslahatan maka lanjutkan, akan tetapi jika tak mendatangkan perubahan apapun pada mereka, meninggalkannya adalah lebih lebih baik lagi. Adapun sabda Rasulullah saw لاَ يَأْ كُلْ طَعَامَكَ إِلاَّ تَقِيٌّ (" jangan sampai memakan makananmu kecuali orang yang bertakwa."). Al Khatabi berkata, “Larangan ini berlaku pada makanan undangan, bukan makanan kebutuhan, karena Allah berfirman : وَ يُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَ يَتِيمًا وَ أَسِيرًا (الإنسان/8) Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan”. Dari firman tersebut membantu manusia yang tertawan oleh kita dari segi makanan pokoknya dan kebutuhan hidup sehari-harinya adalah wajib, tetangga non muslim yang kekurangan bahan pokok demi kemanusiaan harus kita bantu, bahkan harus menunjukkan bahwa kita ini berdakwah ikhlas kepada sesame makhluk dan mencontoh Rasulullah saw sebagai Rahmatan lil ‘alamiin.
Adapun hadits yang lain mempertegas lagi adalah sebagai berikut :
Dari pembukaan di atas maka adab atau etika bergaul yang benar-benar harus kita perhatikan adalah sebagai berikut :
1. Memilih teman bergaul dan bersahabat harus dengan orang yang baik akhlaknya
2. Hal ini mempertegas pernyataan Rasulullah saw, bahwa kita harus pandai memilih dan memilah teman bergaul untuk kepentingan dunia dan akhirat kita, terkadang adat-istiadat, budaya dan prilaku seseorang itu saling mempengaruhi. Abu Said AlKhudri meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda : "Janganlah kalian berkawan kecuali dengan seorang mukmin, dan jangan sampai memakan makananmu kecuali orang yang bertakwa."
Larangan pertemanan ini mencakup larangan bersahabat dengan pelaku dosa besar dan orang yang suka berbuat dosa, karena mereka melakukan apa yang Allah haramkan. Kepada Allah Isaja dia berani maksiat dan melawan apalagi kepada makhluk. Kepada Allah saja yang memberikan segala kebaikan dan kenikmatan dia ingkar apalagi kepada manusia, Kepada Allah saja tidak amanah apalagi kepada teman-temannya. Berteman dengan mereka akan mendatangkan kemudharatan pada agama kita. Terlebih lagi larangan bersahabat dengan orang-orang kafir dan munafik, maka larangan ini lebih diutamakan. Kita bergaul dengan mereka dalam rangka amar ma’ruf dan nahi munkar itu hal yang diperbolehkan, dan amar ma’ruf serta nahi munkar kita jika mendatangkan kemaslahatan maka lanjutkan, akan tetapi jika tak mendatangkan perubahan apapun pada mereka, meninggalkannya adalah lebih lebih baik lagi. Adapun sabda Rasulullah saw لاَ يَأْ كُلْ طَعَامَكَ إِلاَّ تَقِيٌّ (" jangan sampai memakan makananmu kecuali orang yang bertakwa."). Al Khatabi berkata, “Larangan ini berlaku pada makanan undangan, bukan makanan kebutuhan, karena Allah berfirman : وَ يُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَ يَتِيمًا وَ أَسِيرًا (الإنسان/8) Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan”. Dari firman tersebut membantu manusia yang tertawan oleh kita dari segi makanan pokoknya dan kebutuhan hidup sehari-harinya adalah wajib, tetangga non muslim yang kekurangan bahan pokok demi kemanusiaan harus kita bantu, bahkan harus menunjukkan bahwa kita ini berdakwah ikhlas kepada sesame makhluk dan mencontoh Rasulullah saw sebagai Rahmatan lil ‘alamiin.
Adapun hadits yang lain mempertegas lagi adalah sebagai berikut :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ )مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَ الْجَلِيسِ السَّوْ ءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ وَ كِيرِ الْحَدَّادِ لاَ يَعْدَ مُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ وَ كِيرُ الْحَدَّاد ِ يُحْرِقُ بَدَ نَكَ أَوْ ثَوْ بَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
Nabi bersabda: “Perumpamaan teman yang shalih dengan teman yang buruk bagaikan penjual minyak wangi dengan pandai besi, bisa jadi penjual minyak wangi itu akan menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu akan mendapatkan bau wanginya, sedangkan pandai besi hanya akan membakar bajumu atau kamu akan mendapatkan bau tidak sedapnya”.
Jelaslah kehati-hatian kita memilih sebuah komunitas pergaulan sangat diperlukan bukan hanya mengatakan saya fleksibel bergaul dengan siapa saja, tetapi berlaku cerdaslah untuk kepentingan diri kita sendiri agar dunia dan akhirat berhas il.
Bahkan faktor memilih pasangan pun sangat tergantung dari teman yang menjadi teman pergaulannya, karena biasanya sifat mereka tak jauh berbeda dengan teman-temannya.
قال النبي: إِ يَاكُمْ وَخَضْرَ اءَ الدِّمَنِ، قِيْلَ: يا رسولَ اللهِ وَمَا خَضْرَ اءُ الدِّمَنِ؟ قَالَ: اَلْمَرْأَةُ اْلحَسَنَاءُ فيِ اْلمَنْبَتِ الـسُوْءِ. (رواه الدارقطني)
"Jauhilah olehmu si cantik yang beracun!".Lalu seorang sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, siapakah si cantik yang beracun itu?". Rasulullah saw menjawab : "Perempuan yang cantik, tetapi hidup dan bergaul dengan temannya dalam lingkungan yang jahat ".
Dari hadits tersebut bisa kita simpulkan bahwa lingkungan yang tidak baik, besar kemungkinan dipenuhi oleh kebiasaan, tradisi, danperilaku yang bertentangan dengan syariat Islam. Lingkungan masyarakat yang mempunyai tradisi berjudi, membuka praktik pelacuran, gemar minuman keras, dan melakukan maksiat-maksiat lainnya, merupakan contoh lingkungan yang tidak baik.
0 Komentar untuk "Adab Bergaul dengan Saudara dan Teman "