ads
ads

Tasawuf dan TQN Suryalaya

Tasawuf dan TQN Suryalaya

Banyak para fakar yang memberikan definisi terhadap istilah tasawuf. Definisi satu dengan yang lainnya berbeda-beda tergantung dari sisi mana si fakar tadi meninjaunya. Ada yang melihat dari sisi sejarah kemunculannya, ada yang melihat dari sisi penomena sosial di abad klasik dan pertengahan,  juga ada yang melihat dari sisi substansi ajarannya dan ada juga yang melihat dari sisi tujuannya. 

Dilihat dari  tujuannya tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Tuhan dengan cara mensucikan hati. (tasfiat al-Qalbi). Allah Yang Maha Suci tidak dapat didekati kecuali oleh manusia yang suci. Manusia yang suci bukan hanya bisa dekat dengan Tuhan malah dapat melihat Tuhan (al-Ma’rifah). Bagaimana cara mensucikan hati, di dalam tasawuflah diterangkan teorinya. (takhalli, tahalli dan tajalli). 
Seperti halnya teologi dan fikih ada mazhabnya, demikian juga tasawuf banyak mazhabnya, mazhab dalam tasawuf disebut tarikat. Demikian menurut pandangan Ahmad Tafsir. Berbeda dengan  Ahmad Tafsir, Harun Nasution memandang tariqat dari sisi institusi. Ia beranggapan bahwa  tarikat adalah organisasi para pengamal ajaran seorang Syaikh pendiri Tarikat termaksud.  
Dalam banyak kesempatan  KH. A. Sahibulwafa Tajul’arifin (Abah Anom) menjelaskan bahwa tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Tuhan sedangkan  tarikat adalah metodenya. Rupanya Abah melihat tarikat dari sisi pendekatan proses dan subsatnsi ajarannya. Dengan demikian TQN adalah salah satu metode tasawuf untuk mendekatkan diri kepada Allah guna mendapat keridoan-Nya.  

Sebagai akibat dari banyaknya mazhab dalam tarikat, maka para sufi memberikan kriteria bagi tarikat yang benar dengan istilah tarikat mu’tabarah dan tarikat yang  menyimpang dengan istilah tarikat gair mu’tabarah. Sebuah tarikat dianggap mu’tabarah apabila terpenuhi kriteria sebagai berikut.
1. Substansi ajarannya tidak bertentangan dengan al-Quran dan as-Sunnah, dalam arti bersumber dari al-Quran dan as-Sunnah.
2. Tidak meninggalkan syari’ah  
3. Silsilahnya sampai (ittisal) kepada Rasulullah saw.
4. Ada mursyidnya. 

Tarikat yang tidak memenuhi keriteria seperti tertulis di atas dianggap gair mu’tabarah yakni tidak dibenarkan mengamalkannya apalagi menyebarkannya. TQN sebagai dapat kita saksikan sendiri. Substansi ajarannya bersumber dari al-Quran dan as-Sunnah, pengamalannya tidak melepaskan diri dari syri’ah, silsilahnya bersambung kepada Rasulullah dan tarikat ini mempunyai mursyid yang menjadi panutan dalam segala segi  kehidupannya yakni Asy-Syaikh Ahmad Sahibulwafa Tajul  ‘Arifin.

Berdasar keempat  kriteria di atas jelaslah bahwa TQN bukanlah ajaran yang baru apalagi dianggap ajaran yang tidak berasal dari Rasul, malah sebaliknya ia adalah ajaran yang bersumber dari al-Quran dan sunnah sahihah  dan secara mutawatir  diamalkan oleh setiap generasi dibawah bimbingan  Syaikh Mursyid pada  setiap zamannya. 

0 Komentar untuk "Tasawuf dan TQN Suryalaya"

Back To Top