Perkara Air Kencing
Air Kencing Itu Najis,
Air kencing manusia termasuk najis mutawassithoh, maka badan,
pakaian, atau tempat yang terkena air kencing harus dibersihkan. Jika
tidak dibersihkan, maka itu bisa menjadi penyebab siksa kubur.
عَنْ أَنَسٍ
, قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ : تَنَزَّهُوا مِنَ الْبَوْلِ فَإِنَّ عَامَّةَ عَذَابِ الْقَبْرِ مِنْهُ
Dari Sahabat Anas Rodhiyalloohu anhu, dia berkata, Rosûlullooh
Shollalloohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bersihkanlah diri dari air
kencing. Karena sesungguhnya kebanyakan siksa kubur berasal darinya.” [HR. Imam
Ad-Dȃruquthnȋ dalam Sunannya, no. 459. Dan hadits ini dinilai shahȋh oleh
Syaikh al-Albani dalam Irwȃul Ghalȋl, no. 280]
Dari Sahabat Abdullooh bin
’Abbâs Rodhiyalloohu anhuma, dia berkata:
مَرَّ النَّبِيُّ
صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَبْرَيْنِ
فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا
فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ
ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ
وَاحِدَةً قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ
عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا
Nabi Shollalloohu ‘alaihi wa sallam melewati dua kuburan, lalu
Beliau bersabda: “Sesungguhnya keduanya ini disiksa, dan tidaklah keduanya
disiksa dalam perkara yang berat (untuk ditinggalkan). Yang pertama, dia dahulu
tidak menutupi dari buang air kecil. Adapun yang lain, dia dahulu berjalan
melakukan namimah (adu domba)”.
Kemudian Beliau Shollalloohu
‘alaihi wa sallam mengambil sebuah pelepah kurma yang basah, lalu membaginya
menjadi dua, kemudian Beliau Shollalloohu ‘alaihi wa sallam menancapkan satu
pelepah pada setiap kubur itu. Para sahabat bertanya: “Wahai Rosûlullooh,
kenapa anda melakukannya”. Beliau Shollalloohu ‘alaihi wa sallam menjawab:
“Semoga Allooh meringankan siksa keduanya selama (pelepah kurma ini) belum
kering”. [HR. Ima Bukhari, no. 218; dan Imam Muslim, no. 292]
Hadits di atas juga memberikan faedah agar menutupi diri ketika
buang air, baik dengan masuk kamar kecil, atau jika berada di tempat terbuka
dengan menjauh dari pandangan orang. Itu adalah sunnah Nabi Shollalloohu
‘alaihi wa sallam sebagaimana diterangkan di dalam hadits berikut ini,
عَنْ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي قُرَادٍ قَالَ: خَرَجْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى الله
عَلَيهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْخَلَاءِ، وَكَانَ إِذَا أَرَادَ الْحَاجَةَ أَبْعَدَ
Dari Abdurrahman bin Abi Quraad Rodhiyalloohu anhu, dia berkata,
“Aku pernah keluar bersama Rosûlullooh Shollalloohu ‘alaihi wa sallam menuju
tempat buang air, dan kebiasaan beliau jika menginginkan buang hajat beliau
pergi ke tempat yang jauh.” [HR. Umam Nasai, no. 16; dishahihkan
oleh Syaikh Al-Albani. Lihat Silsilah Ash-Shahȋhah, no. 1159]
Maka termasuk perbuatan kurang adab ketika sebagian orang, baik
orang tua atau anak-anak, laki-laki atau perempuan, buang air di pinggir jalan.
Bau kencing tersebut juga akan mengganggu orang lain, sehingga menyebabkan
cacian kepada pelakunya.
عَنْ مُعَاذِ
بْنِ جَبَلٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ : اتَّقُوا الْمَلَاعِنَ الثَّلَاثَةَ:
الْبَرَازَ فِي الْمَوَارِدِ، وَقَارِعَةِ الطَّرِيقِ، وَالظِّلِّ
Dari Sahabat Mu’adz bin Jabal Rodhiyalloohu anhu, dia berkata:
Rosûlullooh Shollalloohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jagalah dirimu dari tiga
tempat yang membawa laknat: buang hajat di tempat-tempat berkumpulnya air, di
jalan raya, dan di tempat bernaung”. [HR. Imam Abu Dawud, no. 26;
dihasankan oleh Syaikh Al-Albani]
0 Komentar untuk "Perkara Air Kencing"