Lima Pemberian Allah SWT.
Ada
5 pemberian Allooh Swt. pada umat Nabi Muhammad yang tidak Allooh berikan pada
umat sebelumnya. Dalam sebuah hadits Rosulullooh shollalloohu ‘alaihi wasallam
bersabda:
أُعْطِيَتْ أُمَّتِيْ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ خَمْسًا
لَمْ يُعْطَهُنَّ نَبِيٌ قَبْلِي: أَمَّا وَاحِدَةٌ، فَإِنَّهُ اِذَا كَانَ أَوَّلُ
لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ يَنْظُرُ اللهُ إِلَيْهِمْ، وَمَنْ نَظَرَ اللهُ إِلَيْهِ
لَمْ يُعَذِّبْهُ أَبَدًا. وَأَمَّا الثَّانِيَةُ: فَإِنَّ خُلُوْفَ أَفْوَاهِهِمْ
حِيْنَ يَمْسُوْنَ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ. وَأَمَّا الثَّالِثَةُ:
فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَسْتَغْفِرُ لَهُمْ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ. وَأَمَّا
الرَّابِعَةُ: فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَأْمُرُ جَنَّتَهُ فَيَقُوْلُ لَهَا اِسْتَعِدِّيْ
وَتَزَيِّنِي لِعِبَادِيْ أَوْشَكَ أَنْ يَسْتَرِحُوْا مِنْ تَعْبِ الدُّنْيَا إِلَى
دَارِيْ وَكَرَامَتِي. وَأَمَّا الخَامِسَةُ: فَإِذَا كاَنَ آخِرُ لَيْلَةٍ غَفَرَ
اللهُ لَهُمْ جَمِيْعًا. فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ: هِيَ لَيْلَةُ الْقَدْرِ يَا
رَسُوْلَ الله؟ قَالَ: «لَا، أَلَمْ
تَرَ إِلَى الْعُمَّالِ إِذَا فَرَغُوْا مِنْ أَعْمَالِهِمْ وَفُّوُا أُجُوْرَهُمْ».
“Telah
diberikan kepada umatku di bulan Romadhan, lima pemberian yang belum pernah
diberikan kepada nabi sebelumku yaitu: pertama, pada awal bulan Romadhan,
Allooh subhanahu wata’ala melihat umatku. Siapa yang dilihat oleh Allooh, maka
dia tidak akan disiksa untuk selama-lamanya. Kedua, bau mulut orang yang
berpuasa, di sisi Allooh lebih baik dari bau minyak misik (kasturi). Ketiga,
para Malaikat memohon ampunan untuk umatku siang dan malam. Keempat, Allooh
subhanahu wata’ala memerintahkan (penjaga) surga-Nya, Allooh berkata kepadanya
‘Bersiap-siaplah dan berhiaslah kamu untuk hamba-hamba-Ku, mereka akan
beristirahat dari kesulitan hidup di dunia menuju tempat-Ku dan kemuliaan-Ku’.
Kelima, pada akhir malam bulan Romadhan Allooh mengampuni dosa-dosa mereka
semuanya.”
Seorang
sahabat bertanya: “Apakah itu lailatul qadr wahai Rosulullooh?” Nabi menjawab,
“Tidak, tidakkah kamu mengetahui bahwa para pekerja, apabila mereka selesai
dari pekerjaannya, niscaya akan dibayar upahnya.” (HR. Imam al-Baihaqi).
Syekh
Abil Fadl al-Ghumari memberikan penjelasan lebih lanjut dalam kitab Ghayatul
Ihsan fi Fadli Syahri Ramadhan terkait hadits di atas. Beliau menjelaskan, yang
dimaksud pada pemberian pertama adalah, Allooh melihat umat Nabi Muhammad
dengan pendangan penuh perhatian dan rahmat, sehingga orang yang dilihat oleh
Allooh dengan pandangan tersebut tidak akan disiksa selamanya disebabkan rahmat
Allooh kepadanya.
Yang dimaksud “mulut orang berpuasa lebih baik dari bau minyak misik” ialah, dengan puasa oleh Allooh akan diberikan pahala, sehingga dengan pahala tersebut bau orang berpuasa akan melebihi harumnya minyak misik. Atau bisa juga diartikan bahwa orang berpuasa akan mendapatkan pahala melebihi orang yang menggunakan minyak misik.
Dengan
dua penjelasan di atas, Imam asy-Syafi’i menghukumi makruh melakukan siwak
setelah tergelincirnya matahari (dhuhur), karena siwak bisa menghilangkan bau
mulut orang berpuasa, sementara bau mulut orang puasa lebih baik dari minyak
misik.
Yang
dimaksud “para malaikat memohon ampunan” ialah sebagaimana ganti atas
kekeliruan malaikat. Kekeliruan itu disebabkan sanggahan malaikat kepada Allooh
ketika hendak menciptakan manusia. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman:
قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا
وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ
“Mereka
(malaikat) berkata, apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan
menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan
nama-Mu?” (QS al-Baqarah: 30).
Dengan
kejadian tersebut, Allooh memerintah para malaikat untuk memohon ampunan untuk
menutupi kekeliruan tersebut. Namun, yang terpenting adalah bahwa para malaikat
memohon ampunan untuk Nabi Muhammad merupakan sebuah kenikmatan luar bisa yang
tidak Allooh berikan pada selain umat Nabi Muhammad.
Yang
dimaksud pemberian Allooh keempat ialah, surga sudah mempersiapkan dirinya
dengan penuh kenyamanan dan kenikmatan selama bulan puasa untuk orang-orang
yang berpuasa.
Sedangkan
yang dimaksud “Allooh mengampuni dosa umat Islam pada malam akhir Ramadhan”
ialah Allooh akan mengampuni dosa umat Nabi Muhammad ketika selesai
melakukannya pada akhir bulan Ramadhan, dan sama-sama melakukan takbir kepada
Allooh atas nikmat yang Allooh berikan berupa nikmat bisa melakukan puasa dan
ibadah lainnya. Dalam sebuah keterangan juga disebutkan, bahwa pada malam
tersebut dikenal dengan istilah malam kebolehan (lailatul jaizah), karena
keesokan harinya, Allooh memberikan kebebasan perihal makanan untuk umat Nabi
Muhammad, serta Allooh berikan ampunan dan ridha-Nya kepada umat Nabi Muhammad.
Pada
akhir penjelasan dalam kitab Ghayatul Ihsan fi Fadli Syahri Ramadhan, menurut
Syekh Abil Fadl al-Ghumari pemberian Allooh subhanahu wata’ala kepada umat Nabi
Muhammad secara khusus tidak hanya 5 pemberian di atas, karena masih banyak
pemberian Allooh selain yang telah disebutkan, juga hanya diberikan kepada umat
Nabi Muhammad. Di antaranya adalah pertama, menyelamatkan manusia dari neraka setiap
buka puasa. Pemberian ini sebagaimana yang disampaikan oleh Rosulullooh dalam
sebuah haditsnya :
لِلّٰهِ عِنْدَ كُلِّ فِطْرٍ عِتْقَاءُ
“Bagi Allooh dalam setiap buka puasa terdapat
penyelamatan (dari api neraka)” (HR.
al-Baihaqi).
Hanya saja, ada syarat yang harus dipenuhi bagi orang puasa agar bisa mendapatkan jaminan kebebasan dari api neraka ketika buka puasa, yaitu tidak boleh buka puasa dengan sesuatu yang haram, karena orang yang buka puasa dengan makanan haram tidak akan mendapatkan jaminan selamat dari neraka.
Kedua,
dibukanya pintu-pintu surga dan ditutupnya pintu-pintu neraka, serta
dibelenggunya setan. Ketiga, diterimanya doa. Pemberian ini sebagaimana yang
disampaikan oleh Rosulullooh Saw. :
إنَّ للصائِمِ عندَ فِطرِهِ لَدعوةٌ لا تُرَدُّ
Artinya,
“Sesungguhnya orang berpuasa memiliki doa yang tidak ditolak ketika buka puasa”
(HR. Imam al-Baihaqi).
Penjelasan
di atas sebagaimana yang disampaikan oleh Syekh Abil Fadl al-Ghumari dalam
kitab Ghayatul Ihsan fi Fadli Syahri Ramadhan, halaman 23-24.
0 Komentar untuk "Lima Pemberian Allah SWT."