Rasa diperhatikan dan berarti sebagai hikmah Sholat Berjamaah
Seseorang yang merasa tidak diperhatikan atau diacuhkan oleh keluarganya,
masyarakat atau lingkungan dimana ia berada sering mengalami gangguan atau
goncangan jiwa. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang stress, depresi dan
berakhir dengan bunuh diri. Pada shalat berjamaah ada unsur-unsur rasa
diperhatikan dan rasa berarti bagi diri seseorang. Beberapa aspek pada dimensi
ini antara lain:
1. Memilih
dan menempati shaf. Dalam shalat sipa saja datang terlebih dahulu “berhak”
untuk menempati shaf atau barisan pertama atau terdepan. Dalam agama shaf
terdepan dan sebelah kanan merupakan shaf yang utama, seperti hadist nabi:
“Sesungguhnya
Allah dan para malaikat-Nya bershalawat atas shaf pertama dan shaf-shaf yang
pertama (HR. Abu Daud, An Nasai dari Al-Bara)”
“Sesungguhnya
Allah dan para malaikat-Nya bershalawat atas shaf-shaf sebelah kanan (HR.
Abu Daud dan Ibnu Majah dari ‘Aisyah)”
Hal ini tentunya sangat berati bagi seseorang yang dilingkunganya tidak
memperoleh peran, ia selalu diremehkan, tidak pernah dapat menjadi sebab dari
suatu akibat. Perasaan-perasaan seperti ini tidak mengherankan sebagai salah
satu motifasi anak remaja masuk ke gang atau berbuat negatif atau
menyalahgunakan narkotika.
2. Setelah
duduk maka para jamaah mempunyai kebiasaan untuk bersalaman dengan jamaah yang
berada di kanan dan kiri bahkan tidak jarang dengan sebelah depan dan sebelah
belakang. Hal ini menunjukkan bahwa ia mempunyai kedudukan yang sama dan berhak
untuk menyapa lingkungannya, sedang itu mungkin tidak ia temui dilingkungnnya.
3. Pada
saat mengisi shaf dan meluruskan shaf, apabila shalat akan di mulai, maka imam
akan memeriksa barisan kemudian akan “memerintahkan” pada makmum untuk mengisi
shaf yang kosong dan merapatkan barisan. Hal ini juga tidak memperdulikan
“siapa itu makmum”,kalau ada shaf yang kosong harus segera di isi dan juga
kalau kurang rapat harus di rapatkan.Karena lurus dan rapatnya shaf merupakan
faktor pendukung kesempurnaan shalat.
4. Pada
saat membaca “Al Fatihah” maka para makmum mengucapkan “ Amin
(kabulkanlah doa kami)” secara serempak, bersama-sama,dan juga dalam
mengikuti gerakan iman. Tidak boleh saling mendahului karena mungkin merasa mempunyai
kedudukan atau atribut lain yang lebih dari imam.Bahkan dalam sebuah hadist
sangat tegas bahwa mereka yang mendahului imam nanti di akhirat kepalanya akan
di ganti dengan kepala keledai!
5. Demikian
pula saat akan mengakhiri shalat mereka mengucapkn salam ke kanan ke kiri serta
dengan saling bersalaman lagi, dan (mungkin)ada wirit dan doa bersama.
Semua ini sangat penting
atau sangat dibutuhkan pada saat kemajuan ilmu dan teknologi yang begitu pesat,
sehingga ada kecenderungan manusia sangat individualis, permisif, dan
materialistis. Kecenderungan ini menyebabkan seseorang merasa asing dalam
lingkungan yang begitu ramai. Semua urusan diukur dengan materi, pertolongan,
urusan, jasa dan tindakan-tindakan sekecil apapun sering dihargai dengan materi
atau fulus. Sehingga ada pepatah “Ada fulus urusan mulus, tiada fulus
lu mampus”. Dan ada pula yang membuat pelesetan “KUHP (kasih uang habis
perkara); UUD (ujung-ujungnya duit atau uang); Maju Tak Gentar Membela Yang
Bayar”. Shalat berjamaah akan menambah “kebermaknaan” seseorang dan sangat
penting dalam menumbuhkan kesehatan mental
0 Komentar untuk " hikmah Sholat Berjamaah "