Sejarah Puasa Asyura, Tasu’a, Fadhilahnya, Peristiwa
Terkait 10 Muharam, dan Bubur Suro Tasu’a berasal dari bahasa arab tis’a artinya sembilan,
sementara ‘asyura berasal dari ‘asyara
artinya sepuluh. Puasa Tasu’a dan ‘Asyura dikerjakan pada tanggal 9
dan 10 Muharam pada Kalender Hijriyah. Hukum puasa ini adalah sunnah;
dianjurkan untuk dikerjakan namun tidak berdosa bagi yang tidak melakukannya.
Dari Abu Hurairah r.a.
berkata; Rasulullah saw pernah ditanya
mengenai puasa pada hari ‘Asyura`, baginda menjawab: “Ia akan menghapus
dosa-dosa sepanjang tahun yang telah berlalu.” (Hadits Riwayat Muslim)
Puasa ‘Asyura sudah dilakukan oleh masyarakat Quraisy
Makkah pada masa jahiliyyah. Rasulullah SAW juga melakukannya ketika masih berada di
Makkah maupun seteleh berada di Madinah.
Diriwayatkan oleh Imam
Muslim bahwa Rasulullah sempat
diprotes oleh umat Islam di Madinah: “Ya RasulAllah,
hari itu (’Asyura) diagungkan oleh Yahudi.”
Maksudnya, kenapa umat Islam mengerjakan seseatu persis seperti yang dilakukan
oleh umat Yahudi? Beliau lalu bersabda: “Di tahun
depan insya Allah kita akan berpuasa pada tanggal 9.”
Setelah itu, tidak hanya disunnahkan puasa pada tanggal 10 tapi juga tanggal 9 Muharam.
Sayang, sebelum datang tahun berikutnya Rasulullah telah wafat.
Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan keinginan beliau untuk
berpuasa pada tanggal 9 dimaksudkan agar tidak persis seperti yang dilakukan
oleh umat pada masa Nabi sebelumya,
yakni Yahudi dan Nashrani. (Fathul Bari 4: 245)
Soal kemiripan dengan puasa umat yahudi ini diriwayatkan
bahwa ketika tiba di Madinah
“ Dari Ibnu Abbas ra. Berkata : Rasulullah saw mendatangi kota Madinah, lalu didapatinya
orang-orang Yahudi berpuasa di hari ‘Asyura. Maka baginda pun bertanya kepada
mereka, “Hari apakah ini, hingga kalian berpuasa?” mereka menjawab, “Hari ini
adalah hari yang agung, hari ketika Allah memenangkan Musa dan Kaumnya, dan
menenggelamkan Fir’aun serta kaumnya. Kerana itu, Musa puasa setiap hari itu
untuk menyatakan syukur, maka kami pun melakukannya.” Maka Rasulullah saw bersabda, “Kami lebih berhak dan lebih
pantas untuk memuliakan Musa daripada kalian.” kemudian baginda pun berpuasa
dan memerintahkan kaum puasa di hari itu.” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim )
Tentang keutamaan puasa
‘Asyura Ibnu Abbas menyatakan: “Saya tidak pernah melihat Rasulullah
berpuasa pada suatu hari karena ingin
mengejar keutamaannya selain hari ini (‘Asyura) dan tidak pada suatu bulan
selain bulan ini (maksudnya: bulan Ramadhan).”
(HR. Al-Bukhari.)
Puasa ‘Asyura dibandingkan dengan puasa Ramadhan. Rasulullah SAW juga bersabda: Puasa
yang paling utama setelah Ramadhan adalah (puasa) di bulan Allah Muharam. Dan
shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam. (HR Muslim)
Keutamaan yang didambakan dari puasa ‘Asyura
adalah dapat menggugurkan dosa-dosa setahun yang lalu. Imam Abu Daud
meriwayatkan dari Abu Qatadah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Puasa di
hari ‘Asyura, sungguh saya mengharap kepada Allah bisa menggugurkan dosa
setahun yang lalu. (HR Abu Daud)
Abul-Laits Asssamarqandi meriwayatkan dengan sanadnya
dari Ibnu Abbas r.a berkata: “Nabi SAW
bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa pada hari Asyura (yakni 10 Muharam),
maka Allah SWT akan memberikan kepadanya pahala 10,000 malaikat; dan
barangsiapa yang puasa pada hari Asyura, maka akan diberikan pahala 10,000
orang Haji dan Umrah, dan 10,000 orang mati syahid; dan siapa yang mengusap
kepala anak yatim pada hari Asyura, maka Allah SWT akan menaikkan dengan rambut
satu darajat. Dan barangsiapa yang memberi buka puasa orang mukmin yang
berpuasa pada hari Asyura, maka seolah-olah memberi buka puasa semua umat
Muhammad SAW dan mengenyangkan perut mereka.”
Dalam
hadits yang lain Rosululloh SAW. Bersabda :
Dari Abu Qatadah Al Anshari ra. bahwasanya Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa hari Arafah, lalu
beliau menjawab : la dapat menghapus dosa-dosa tahun lalu dan
tahun mendatang. Beliau ditanya tentang puasa hari Asyuro, lalu
beliau menjawab : la dapat menghapus dosa-dosa tahun lalu. Beliau ditanya tentang
puasa hari Senin, beliau menjawab : Pada hari itu saya dilahirkan, saya diutus, dan
Alquran diturunkan kepada saya. (HR.Muslim).
0 Komentar untuk "SEJARAH PUASA ‘ASYURA DAN TASU’A "