BUDAYA NUSANTARA BUBUR SURO
Muharam menjadi berbeda karena hari ke-sepuluh dalam bulan ini dipadati
dengan nilai yang sarat dengan sejarah, yang lebih dikenal dengan hari ‘asyura’
atau hari kesepuluh pada bulan Muharam. Karena pada hari ‘asyura’ itulah
(seperti yang termaktub dalam I’anatut Thalibin) Allah untuk pertama kali
menciptakan dunia, dan pada hari yang sama pula Allah akan mengakhiri kehidupan
di dunia (qiyamat). Pada hari ‘asyura’ pula Allah mencipta Lauh Mahfudh dan
Qalam, menurunkan hujan untuk pertama kalinya, menurunkan rahmat di atas bumi.
Dan pada hari ‘asyura’ itu Allah mengangkat Nabi Isa as. ke atas langit. Dan pada hari ‘asyura’
itulah Nabi Nuh as. turun dari kapal
setelah berlayar karena banjir bandang. Sesampainya di daratan Nabi Nuh as. bertanya kepada pada umatnya “masihkah
ada bekal pelayaran yang tersisa untuk dimakan?” kemudian mereka menjawab
“masih ya Nabi ” Kemudian Nabi Nuh
memerintahkan untuk mengaduk sisa-sisa makanan itu menjadi adonan bubur, dan
disedekahkan ke semua orang. Karena itulah kita mengenal bubur suro. Yaitu
bubur yang dibikin untuk menghormati hari Asyura ’ yang diterjemahkan dalam
bahasa kita menjadi bubur untuk selametan.
Bubur suro merupakan salah satu rasa syukur manusia atas
keselamatan yang Selama ini diberikan oleh Allah swt. Namun dibalik itu bubur
suro (jawa) selain simbol dari keselamatan juga pengabadian atas kemenangan Nabi
Musa as, dan hancurnya bala Fir’aun yang
terjadi pada hari Asyura juga. Oleh
karena itu barang siapa berpuasa dihari ‘asyura’ seperti berpuasa selama satu
tahun penuh, karena puasa di hari ‘asyura’ seperti puasanya para Nabi . Intinya
hari ‘syura’ adalah hari istimewa. Banyak keistimewaan yang diberikan oleh Allah
pada hari ini diantaranya adalah pelipat gandaan pahala bagi yang melaksanakan
ibadah pada hari itu. Hari ini adalah hari kasih sayang, dianjurkan oleh semua
muslim untuk melaksanakan kebaikan, menambah pundi-pundi pahala dengan
bersilaturrahim, beribadah, dan banyak sedekah terutama bersedekah kepada anak
yatim-piatu.
Berbagai metode perawatan sejarah ini terdapat dalam
berbagai tradisi. Di Jawa misalnya kita mengenal bubur abang dan bubur putih
yang dibagikan dan disajikan pada hari ‘asyura tidak lain untuk merawat ingatan
sejarah tersebut secara perlambang. Bubur putih bermakna rasa syukur akan
panjngnya umur hingga mendapatkan tahun baru kembali, semoga kehidupan tambah
makmur. Seperti rasa syukunya Nabi Nuh
setelah berlayar dari banjir bandang, seperti syukurnya Nabi Musa setelah mengalahkan Fir’aun. Di samping
itu Bubur Putih merupakan lambing kebenaran dan kesucian hati yang selalu
menang dalam catatan sejarah yang panjang.
0 Komentar untuk "BUDAYA NUSANTARA BUBUR SURO "