ads
ads

TAREKAT DAN TASAWUF

 TAREKAT DAN TASAWUF


A.    Tarekat

Kata thariqah berarti jalan raya (road) atau jalan kecil (gang, path). Kata thariqah secara bahasa dapat diartikan metode, yaitu cara yang khusus dalam mencapai tujuan. Secata terminologi thariqah adalah jalan yang harus ditempuh seorang sufi dalam mendekatkan diri kepada Allah swt.
Tarekat secara harfiah berarti jalan menngacu keapada suatu sistem latihan meditasi maupun amalan-amalan(muraqabah, zikir, wirid dan sebagainya) yang dihubungkan dengan sederet guru sufi. Tarekat juga berarti organisasi yang tumbuh seputar metode sufi yang khas.
Thariqat menurut bahasa artinya jalan, cara, garis, kedudukan, keyakinan, dan agama. Kamus Modern Dictionary Arabic-English oleh Elias anthon dan Edward Elias, edisi IX, Kairo Tahun 1954 menyatakan bahwa thariqat ialah Way (cara atau jalan), method dan system of belief (metoda dan satu sistem kepercayaan).
Tarikat atau tarekat berasal dari lafazh Arab thoriqoh artinya jalan. Kemudian mereka maksudkan sebagai jalan menuju Tuhan, ilmu batin, tasawuf. Perkataan tarikat (jalan bertasawuf yang bersifat praktis) lebih dikenal ketimbang tasawuf, khususnya dalam kalangan para pengikut awam yang merupakan bagian terbesar.
Dalam buku Dimensi Mistik dalam Islam disebutkan bahwa Tarekat adalah jalan yang ditempuh para sufi.  Menurut Harun Nasution, tarekat berasal dari kata thariqah yang artinya jalan yang harus ditempuh oleh seorang calon sufi agar ia berada sedekat mungkin dengan Allah.  Thariqah kemudian mengandung arti organisasi (tarekat). Setiap thariqah mempunyai syaikh, upacara ritual, dan dzikir tersendiri.
Secara lengkap Zamakhsyari Dhofier menjelaskan bahwa istilah ’tarekat’ berasal dari kata Arab ’thariqah’. Sebagai suatu istilah generik, perkataan tarekat berarti ’jalan’ atau lebih lengkap lagi ’jalan menuju surga’ di mana waktu melakukan amalan-amalan tarekat tersebut si pelaku berusaha mengangkat dirinya melampaui batas-batas kediriannya sebagai manusia dan mendekatkan dirinya ke sisi Allah SWT. Melengkapi pendapat di atas, Samsul Munir Amin, dalam Ilmu Tasawuf mengatakan tarekat (thariqah) mempunyai beberapa arti, antara lain jalan lurus (Islam yang benar, berbeda dari kekufuran dan syirik), tradisi sufi atau jalan spiritual (tasawuf), dan persaudaraan sufi. Pada arti ketiga, tarekat berarti organisasi sufi yang memiliki anggota dan peraturan yang harus ditaati, serta berpusat pada hadirnya seorang mursyid. Dalam tradisi keilmuan Islam, istilah tarekat sama sekali tidak dapat dipisahkan dari apa yang disebut tasawuf. Tentu saja tidak demikian sebaliknya, karena tasawuf bisa saja terpisah tanpa ada hubungan langsung dengan tarekat.
Pada awal mulanya, tarekat belum ada di dalam agama Islam. Akan tetapi untuk memasuki dunia tasawuf, diperlukan satu jalan untuk dapat mencapai tujuan utama yang ingin dicapai oleh seseorang. Dari situ timbullah satu cara untuk mendaki satu maqam  ke maqam lainnya yang disebut tarekat.
 Tasawuf secara umum merupakan usaha mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekat mungkin, melalui penyesuaian rohani dan memperbanyak ibadah. Usaha ini biasanya dilakukan di bawah bimbingan seorang syaikh. Ajaran-ajaran tasawuf ini merupakan hakikat dari tarekat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tasawuf ialah usaha mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan tarekat ialah jalan yang ditempuh untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Gambaran ini menunjukkan bahwa tarekat yang telah berkembang dengan berbagai variasi tertentu, sesuai dengan spesifikasi yang diberikan guru kepada muridnya.
Sejarah perkembangan tarekat dapat disimpulkan dalam tiga fase. Fase pertama adalah tahap khanaqah. Khanaqah dalam istilah sufi/tarekat adalah sebuah tempat atau pusat pertemuan. Seorang Syekh hidup dengan muridnya dalam ikatan peraturan yang tidak terlalu ketat. Syekh menjadi mursyid atau guru. Amalan-amalan/zikir dan metode yang mereka lakukan tidak semuanya bersumber dari ajaran guru. Mereka melakukan kontemplasi kadang-kadang secara individu, kadang-kadang secara bersam-sama. Hal ini terjadi sekitar abad X Masehi.
Kedua adalah fase tarekat. Pada fase ini ajaran-ajaran, metode, peraturan-peraturan sudah mulai terbentuk. Semua amalan yang dilakukan berpusat pada ajaran guru. Guru adalah sosok kharismatik yang wajib dipatuhi. Guru memiliki silsilah tarekatnya sampai kepada Rasulullah SAW. Dalam tahap ini para sufi mencapai kedekatannya kepada Tuhan dengan istilah-istilah tertentu seperti ma’rifat, mahabbah, dan sebagainya. Fase ini berlangsung sekitar abad XIII Masehi.
Tahap ketiga adalah tha’ifiah yang terjadi sekitar abad XV Masehi. Pada masa ini terjadi transisi ajaran dan peraturan kepada pengikut. Pada tahap ini, tarekat memiliki arti lain yaitu organisasi sufi yang bertujuan melestarikan ajaran Syekh. Murid, setelah masa tertentu, tidak lagi harus bersama gurunya. Mereka boleh mendirikan cabang di tempat lain. Bahkan banyak cabang tarekat yang pada akhirnya baerbeda dengan tarekat asalnya.Dalam kaintan inilah muncul dan berkembangnya berbagai organisasi tarekat atau aliran tasawuf hingga saat ini.

B.    Tasawuf

Banyak para pakar yang memberikan definisi terhadap istilah tasawuf. Definisi satu dengan yang lainnya berbeda, tergantung dari sisi mana pakar meninjaunya. Ada yang melihat dari sisi sejarah kemunculannya, ada yang melihat dari sisi fenomena sosial di abad klasik dan pertengahan, dan ada yang melihat dari sisi subtansi ajarannya. Bahkan ada yang melihat dari sisi tujuannya.
Teori pertama  , menyatakan bahwa secara etimologis tasawuf di ambil dari kata “Suffah” yaitu sebuah tempat di mesjid Rasululloh SAW (mesjid Nabawi) yang dihuni oleh sekelompok sahabat yang hidup zuhud dan konsentrasi ibadah kepada Allah sambil menimba ilmu dari Rasululloh. Mereka disebut ahl assuffah.
Teori kedua, menyatakan bahwa tasawuf diambil dari kata “sifat” dengan alasan bahwa para sufi suka membahas sifat-sifat Allah sekaligus mengaplikasikan sifat-sifat Allah tersebut dalam perilaku mereka sehari-hari, sehingga sifat-sifat itu menjadi kepribadiannya.
Teori ketiga, berpendapat bahwa kata tasawuf diambil dari akar kata “sufah” artinya selembar bulu, sebab para sufi dihadapan Tuhannya merasa bagaikan selembar bulu yang terpisah dari kesatuannya yang tidak mempunyai nilai apa-apa.
Teori keempat, menyatakan bahwa tasawuf diambil dari kata “ Shofia” yang artinya al-hikmah (bijaksana) sebab para sufi selalu mencari hikmah ilahiyyah dalam kehidupannya.
Teori kelima, sebagaimana dikatakan oleh al-Busti seorang pakar tasawuf dari al-Azhar Mesir, menyatakan bahwa tasawuf berasal dari kata “ as-Safa" yang artinya bersih, suci, dan murni, karena para sufi membersihkan jiwanya hingga berada dalam kondisi suci dan bersih.
Ada teori lain yang menyatakan bahwa tasawuf berasal dari kata “ Suf” yang artinya bulu domba (wool) , dengan argumentasi bahwa dimasa silam para sufi selalu memakai pakaian wool kasar yang terbuat dari bulu binatang sebagai tanda kesederhanaan hidup mereka.
Para ahli pun berbeda pendapat dalam merumuskan pengertian tasawuf secara terminologi. Mahrus eL-Mawa mengutip pernyataan Annemarie Schimmel dalam buku Dimensi Mistik dalam Islam dimana dikatakan bahwa istilah tasawuf selaras dengan sufisme, nama lain dari mistik Islam.
Beberapa pendapat orang-orang sejaman Junayd  bahwa tasawuf adalah suatu pemutusan hubungan sepenuhnya dengan apa yang dikatakan sebagai dunia dan egotisme, Tasawuf berarti tak memiliki apapun dan tak dimiliki apapun.  Tasawuf adalah kebebasan dan kedermawanan dan tiadanya paksaan diri. Secara universal, menurut Abu al-Wafa’ al-Ganimi al-Taftazani dalam Madkhal ila al-Tasawuuf al-Islam, tasawuf adalah falsafah hidup dan metode tertentu dalam suluk yang dilakukan manusia untuk merealisasikan kesempurnaan akhlak, pemahaman tentang hakekatnya, dan kebahagiaan ruhaninya.
Menurut Ibnu Kaldun Tasawuf adalah bagian dari ajaran Islam yang bertujuan agar seseorang tekun beribadah dan memutus hubungan dengan selain Allah, hanya menghadap Allah semata, menolak hiasan-hiasan duniawi, serta membenci sesuatu yang memperdaya manusia, kenikmatan harta benda dan kemewahannya, dan menyendiri menuju Allah dalam Khalwat dan ibadah.
 Menurut Syekh Ibn Ajiba (1809), sufisme adalah pengetahuan yang dipelajari seseorang agar dapat berlaku sesuai kehendak Allah melalui penjernihan hati dan membuatnya riang terhadap perbuatan-perbuatan yang baik.
 Ma’ruf Al-Karkhi (w. 200 H) mengatakan, tasawuf menekankan hal-hal yang hakiki dan mengabaikan segala apa yang ada pada makhluk. Barangsiapa yang belum bersungguh-sungguh dengan kefakiran, berarti belum bersungguh-sungguh dalam bertasawuf.
Dhunnun al-Misri , seorang sufi yang terkemuka, mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tasawuf adalah pembebasan dari ragu dan putus asa, kemudian tegak berdiri secara yakin dan iman.
  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tasawuf adalah proses aktualisasi diri untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Menurut Muhammad bin Ali Al-Qasab, guru Imam Junaidi al-Bagdadi, tasawuf adalah akhlak mulia yang nampak di zaman yang mulia dari seorang manusia mulia bersama kaum yang mulia.
Sedangkan menurut al-Junaidi al-Bagdadi , menyatakan :
الثصوف هو ان ثكون مع الله بلا علاقة
“Tasawuf adalah engkau ada bersama Allah tanpa ‘laqah (tanpa Perantara)”.
Dalam statemen yang agak lengkap ia mengatakan “ tasawuf adalah Allah mematikanmu, Allah menghidupkanmu dan kamu ada bersama Allah tanpa perantara”.
Syekh Samun al-Muhib berpendapat, tasawuf adalah :
الا ثملك شيئا ولايملكك شيئ
"Engkau tidak memiliki sesuatu dan engkau tidak dimiliki oleh sesuatu”.
 Usman al-Maliki menyatakan bahwa tasawuf adalah “ keadaan dimana seorang hamba setiap waktu melakukan sesuatu perbuatan (amal) yang lebih baik dari waktu yang sebelumnya”.
Sirri as-Saqati berkata:
"Tasawuf adalah suatu nama bagi tiga makna: yakni (1) nur makrifat nya tidak memadamkan cahaya kewaraannya, (2) tidak berbicara tentang ilmu batin yang bertentangan dengan makna zahir al-Kitab atau sunnah, dan (3) tidak terbawa oleh karamahanya untuk melanggar larangan Allah."

Sementara Bisr Ibn al-Haris al-Hafi menyatakan :

الصوفي من صفالله قلبه
"Orang sufi adalah orang yang telah suci bersih hatinya hanya bagi  Allah”
Syekh Abdul Qadir al-Jilani berpendapat bahwa tasawuf adalah mensucikan hati dan melepaskan nafsu dari pangkalnya dengan khalwat, riyadah  dan terus-terus berdzikir dengan dilandasi iman yang benar, mahabbah, taubah dan ikhlas. Jika seorang mukmin duduk dalam khalwat dengan taubat dan talqin  dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan, maka Allah memurnika amalnya, menyinari hatinya, menghaluskan kulitnya, mensucikan lisannya, memadukan anggota badannya lahir batin, mengangkat amalnya ke haribaan-Nya dan Allah mendengar permohonannya. Sedang ilmu tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui keadaan jiwa manusia, terpuji atau tercela, bagaimana cara-cara mensuvikan jiwa dari berbagai sifat yang tercela dan menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji dan bagaimana cara mencapai jalan menuju Allah”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Tasawuf adalah proses aktualisasi dan untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui pembersihan hati dan mensucikan jiwa dari sifat-sifat yang tidak baik/kotoran-kotoran, penyakit hati.
Sedangkan ilmu Tasawuf adalah ilmu yang akan mempelajari bagaimana seorang hamba dapat membersihkan hati dan mensucikan jiwanya agar dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Objek Ilmu Tasawuf

Objek ilmu tasawuf adalah perbuatan hati dan panca indera ditinjau dari segi cara penyuciannya. Penyucian hati manusia menjadi amat penting keberadaannya karena tanpa tasfiat al-qalb, manusia tidak bisa dekat dengan zat Yang Maha Suci.

Buah Ilmu Tasawuf

Buah tasawuf adalah terdidiknya hati sehingga memperoleh makrifat terhadap ilmu gaib secara rohani, selamat di dunia dan bahagia di akhirat, dengan mendapatkan keridhaan Allah, memperoleh kebahagiaan abadi, hati bersinar dan suci, yang karenanya terbukalah kepada sufi tersebut perkara-perkara yang gaib, dan ia dapat menyaksikan keadaan-keadaan yang menakjubkan. Manusia yang terdidik hatinya disebut al-‘arif al-waasil ilallah. Indikator model sufi serupa ini adalah terwujudnya akhlak al-karimah dalam dirinya. Akhlak al-Karimah adalah kepribadian seimbang seseorang manusia dalam kedudukannya sebagai hamba Allah dan khalifah Allah.

Keutamaan Ilmu Tasawuf

Ilmu tasawuf adalah ilmu yang paling mulia karena berkaitan dengan makrifat kepada Allah dan mahabbah kepadaNya. Ilmu tasawuf adalah ilmu yang paling utama secara mutlak, karena objeknya adalah hati manusia hubungannya dengan Allah SWT.

Hubungan Ilmu Tasawuf dengan Ilmu yang Lainnya

Karena ilmu tasawuf merupakan ilmu yang pokok dan syarat utama bagi disiplin ilmu yang lain, sebab tidak akan ada ilmu dan amal kecuali dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah. Jadi nisbah ilmu tasawuf terhadap ilmu yang lain bagaikan nisbah ruh bagi jasad. Ilmu tasawuf adalah ruh sementara ilmu yang lain adalah jasad. Jasad tidaklah dapat hidup tanpa ruh, sebaliknya ruh bisa hidup tanpa jasad.

Pencipta Ilmu Tasawuf

Pencipta ilmu tasawuf adalah Allah SWT. Allah mewahyukan ilmu ini kepada Rasululloh SAW dan para Nabi yang sebelumnya. Tasawuf adalah ruh syari’at dan ruh bagi agama-agama yang diturunkan Allah seluruhnya.

Nama Ilmu Tasawuf

Ilmu tasawuf mempunyai beberapa nama, antara lain :
1.    Ilmu Batin
2.    Ilmu al-Qalbi
3.    Ilmu Laduni
4.    Ilmu Mukasyafah
5.    Ilmu Asra
6.    Ilmu Maknun
7.    Ilmu Hakikat
8.    Ilmu Tasfiat al-Qalb
9.    Ilmu Tazkiyat an-Nafs

Pilar Ilmu Tasawuf

Pilar ilmu tasawuf ada lima perkara :
1.    Taqwallah (bertaqwa kepada Allah) baik sewaktu sirr (rahasia) maupun ‘alaniyah (terbuka)
2.    Mengikuti sunnah baik qauli maupun fi’li serta mengaktualisasikannya dalam penjagaan diri dan akhlak yang baik
3.    Berpaling dari makhluk yang diwujudkan dalam sikap sabar dan tawakal
4.    Ridha terhadap ketentuan Allah yang diwujudkan dengan sikap qanaah dan menerima (tafwid)
5.    Kembali kepada Allah baik dikala senang maupun diwaktu susah.

Sumber Ilmu Tasawuf

Ilmu tasawuf diambil dari al-Quran dan sunnah Rasululloh saw juga dari atsar assabitah (tradisi Yang sudah baku dan mapan) dari umat-umat pilihan di masa lalu.

Hukum Mempelajari Ilmu Tasawuf

Hukum mempelajari ilmu tasawuf adalah wajib ain, artinya kewajiban yang mengikat kepada setiap individu muslim, sebab setiap orang tidak akan lepas dari kekurangan-kekurangan, dan kemungkinan terkena penyakit hati kecuali para Nabi.
Oleh karena itu sebagian ulama ahli makrifat berkata : Barangsiapa yang tidak memiliki ilmu ini sedikitpun (ilmu batin), aku khawatir dengan su’ul khatimah. Sikap yang benar, paling tidak seorang mukmin harus membenarkan eksistensi ilmu ini dan menyerahkan ilmu ini kepada ahlinya. Lebih jauh Syekh As-Syazili menyatakan : “ Barangsiapa yang tidak mau tenggelam dalam ilmu kami ini, maka ia mati dalam keadaan berdosa besar tapi ia tidak merasa kalu ia berdosa”.

Masalah-masalah yang Dibahas dalam Ilmu Tasawuf

Masalah inti yang dibahas dalam ilmu tasawuf adalah karakteristik jiwa manusia, cara-cara mensucikan jiwa dari sifat dan karakter yang buruk, penjelasan istilah-istilah yang khas dalam disiplin ilmu tasawuf ; misalnya maqamat: taubat,  zuhud,  wara’ , al-muhabbah, fana, baqa,  dan yang lainnya. Masalah ahwal : seperti al-khauf wa arraja, al-uns, ar-rida, al-hub (al-muhabbah), an-naqa, dan lain-lain. Al-Walanya, karomat,  adab murid li al-mursyid,  suluk, mukasyafah,  dan sathahat termasuk juga dalam bahasan ilmu tasawuf.

Rukun Tasawuf

Al-Kalabadzi dengan mengutip pendapat Abu al-Hasan Muhammad bin Ahmad al-Farisi menerangkan bahwa rukun tasawuf ada 10 macam, yaitu :
1.    Tajrid at-Tauhid (memurnikan tauhid)
2.    Memahami informasi. Maksudnya mendengar bahasa tingkah laku bukan hanya mendengar ilmu saja
3.    Baik dalam pergaulan dan bergaul dengan orang-orang yang baik.
4.    Meninggalkan banyak pilihan
5.    Mengutamakan kepentingan orang banyak ketimbang kepentingan diri sendiri
6.    Ada keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan lahir dan batin, jasmani dan rohani
7.    Membuka jiwa terhadap intuisi (ilham)
8.    Banyak melakukan bepergian (intisar) untuk menyaksikan keagungan alam ciptaan Tuhan sekaligus mengambil pelajaran (ibrah) dari fenomena alam yang ia saksikan dalam perjalanannya.
9.    Meninggalkan iktisab untuk menumbuhkan tawakal
10.    Meninggalkan iddikhar (banyak simpanan) dalam keadaan tertentu kecuali dalam rangka mencari ilmu.
0 Komentar untuk "TAREKAT DAN TASAWUF"

Back To Top