ads
ads

ZIARAH

ZIARAH
Ziarah menurut bahasa  berasal dari akar kata zaara –yazuuru, ziyaaratan artnya berkunjung atau mengunungi. Menurut istilah ziarah adalah mengunjungi  tempat-tempat suci, atau berkunjung kepada  orang-orang salih, para nabi, para wali, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dengan niat  karena Allah.  
Pada awal-awal Islam memang ziarah kepada yang sudah meninggal pernah dilarang oleh Rasulullah denagan alasan kehawatiran beliau terhadap kemungkinan terjadinya pemusyrikan dalam praktek ziarah karena masih dekatnya tradisi kaum muslimin dengan kehidupan masyarakat jahiliyyah. Tetapi ketika Rasulullah melihat bahwa prilaku sahabat-sahabat tidak akan menyipang secara teologis  dengan berziarah maka beliau membolehkan bahkan menganjurkan kepada sahabat untuk melakukan ziarah. Beliau sendiri setiap seminggu sekali suka berziarah ke maqam keluarganya yang ada di Baqi’ dekat masjid Nabwi di Madinah. Beliu menduakan mereka serta bertfakkur dan mengambil I’itibar dari keadaan mereka.
Rasulullah bersabda:
كنت نهيتكم عن زيارة القبور الا فزوروها فانها تذكر الموت
    Aku melarang kamu berziarah ke kubur, tetapi sekarang berziarahlah, karena ziarah itu dapat mengingatkan kamu pada kematian.
    Tradisi ziarah di lingkungan Pondok Pesantren Suryalaya berlangsung sejak zaman Abah Sepuh, Abah Anom hingga sekarang. Selain berziarah ke tanah suci (Makah) untuk menunaikan ibadah haji, baik Abah Sepuh maupun Abah Anom biasamelakukan ziarah ke tempat-tempat suci bersejarah lainnya baik yang di luar negri maupun yang ada di dalam negri. Ziarah kepada para wali songo (yang semuanya berada di wilayah Jawa) misalnya, dilakaukan oleh Abah Anom setiap tahun dan tradisi ini diteruskan oleh murid-murid Abah sendiri (para ikhwan) hingga sekarang.

Tujuan Ziarah, antara lain:

a)   Mengingatkan kita akan kematian
Orang yang ingat akan kematian tentu akan banyak beribadah, karena ibadahlah  yang akan menjadi bekal untuk hidup di alam keabadian (akhirat). Dunia ini fana sedangkan akhirat itu baqa. Orang yang berziarah sadar bahwa mempersiapkan hidup di alam yang abadi harus diutamakan ketimbang hanya mempersiapkan hidup di alam yang fana ini. Dunia yang fana ini harus dimanpaatkan  untuk berjuang agar dapat memperoleh kebahagiaan  kelak di akhirat.
b) Mengambil pelajaran (‘ibrah) dari kehidupan manusia-manusia salih  (salihin).
Para nabi, para ulama, demikian juga para wali kemanfaatan hidupnya  bukan hanya ketika masih hidup, bahkan tatkala mereka sudah meninggalpun masih memberi manfaat dan barokah bagi manusia yang masih hidup. Kemanfaatan yang mereka berikan  kuncinya adalah ketakwaan mereka ketika masih hidup. Orang yang beriman  dan bertakwa dijamin oleh Allah bahwa tempat kembalinya adalah surga aden. Ketakwaan adalah sesuatu yang dapat dilakukan oleh semua orang yang beriman. Kalau para wali bisa melakukannnya, mengapa kita tidak mengikuti jejak mereka.

c) Mendo’akan kepada arwah mukminin yang sudah meninggal mendahului kita
Mendo’akan kepada orang-orang yang sudah wafat  adalah tanda kesalihan. Orang yang salih suka berdo’a  untuk ibu bapaknya, keluarganya,  dan untuk orang-orang yang telah berjasa  dalam hidupnya. Secara ruhaniyah, orang-orang yang paling berjasa dalam hidup kita adalah para Nabi, khusunya Nabi  Muhammad saw., para ulama, para wali dan terutama guru ruhani kita. Berbuat baik kepada  mereka  yang sudah meninggal  bukan dengan materi ataupun dengan memberi tanda jasa, karena mereka tidak membutuhkannya, tetapi dengan mendo’akan mereka.  Berdo’a adalah  inti ibadah.  Dengan berdo’a  kita berbuat kebaikan  kepada orang-orang tertentu  dan kitapun mendapat  pahala karenanya.
d)  Attabarruk
Attabarruk biasa dilakukan oleh para sahabat kepada Rasululullah saw. Ada sahabat yang bertabarruk  dengan membaca salawat kepada Nabi, ada yang  bertabarruk  dengan rambut Nabi, pedang Nabi, pakaian Nabi,  sorban Nabi, termasuk bertabarruk dengan mengunjungi kuburan Nabi (ziarah).
Rasulullah bersabda:

من زارني بعد مماتي فكانما زارانى فى حياتي (الحديث)

    “Berziarah kepadaku ketika aku sudah wafat nilainya sama dengan berziarah kepadaku  ketika aku masih hidup” (al-hadis)

Dalam tradisi tarekat bertabarruk bukan hanya dengan hal-hal yang  berhubungan dengan Rasulullah, tetapi juga bertabarruk dengan kesalihan para wali, dan para ulama yang amilin. Ziarah adalah salah satu bentuk bertabarruk dengan kesalihan para salihin.
    Disi lain, ziarah merupakan salah satu cara suluk safar bi al-badan dalam bentuk lain. Oleh karena bagian dari suluk maka syarat bagi pelaku ziarah juga adalah syarat bagi pelaku suluk bi al-badan. Syarat- syarat bagi seorang salik yang hendak melakukan ziarah atau suluk bi al-badan ialah sebagai berikut:
a)    Menyelesaikan utang piutang dan memberi nafkah kepada keluarga yang ditinggal secukupnya.
b)    Tidak boleh bepergian seorang diri.
c)    Berdo’a waktu berpisah dengan seseorang atau orang banyak.
d)    Usahakan jangan sampai meninggalkan salat istikharah
e)    Membaca do’a tawakkal. Do’a tersebut adalah sebagai berikut:

بسم الله توكلت على الله ولاحول ولاقوة الا بالله رب اعوذ بك  ا ن اضل اة اضل او ازل اوازل او اظلم او اظلم او اجهل او يجهل علي
 “Dengan nama Allah aku serahkan diri (bertawakkal) kepada-Mu, ya Allah. Tiada daya upaya melainkan  dengan Allah semata. Ya Tuhanku! Aku berlindung kepadamu dari sikap akan menyesatkan  atau disesatkan, dari sikap aku menjerumuskan atau dijerumuskan, aku menzhalimi atau dizhalimi. Aku akan membodohi orang  atau aku dibodohi orang”

f)    Meninggalkan tempat tinggal pada waktu pagi hari dan hari kamis.
g)    Hendaknya melakukan perjalanan di malam hari.
h)    Menjaga diri, teman dan barang-barang dalam safar.
i)    Memelihara binatang yang dijadikan kendaraan.
j)    Membaca takbir pada setiap  dataran yang tinggi.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah senantiasa membaca takbir sebanyak tiga kali setiap kali beliau berada di  dataran tinggi. Selanjutnya beliau membaca do’a ini:

لااله الا الله وحده لاشريك له له الملك وله الحمد وهو علىكل شئ قديرايبوعابدون ساجدون لربنا حامدون صدق الله وعده ونصر عبده وهزم الاحزاب وحده
0 Komentar untuk "ZIARAH"

Back To Top