ads
ads

Sejarah Abah Anom yang ditulis oleh Dr.H. Asep Salahudin, M.Ag

Sejarah Abah Anom yang ditulis oleh Dr.H. Asep Salahudin, M.Ag


Menurut Asep Salahudin dalam buku Abah Anom Wali Fenomenal abad 21 dan Ajarannya menyebutkan bahwa sejak kecil Abah Anom dikenal cerdas, warak, zuhud, dan menunjukkan semangat besar untuk menuntut ilmu. Abah Anom lahir pada 1 Januari 1915 di Kampung Godebag, Suryalaya, Desa Tanjungkerta, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Pada usia delapan tahun, Abah Anom masuk Sekolah Dasar Zaman Belanda "Vervoleg School" di Ciamis dari 1923 hingga 1931, kernudian masuk Madrasah Tsanawiyah ai Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya (1929-1931) Pada 1931 Abah Anom memulai perjalanan menuntut ilmu agama Islam secara lebih khusus. Ia pergi.dari kampung halamannya, Suryalaya Tasikmalaya ke Pesantren Cicariang Cianjur untuk belajar figih dan seorang kiai terkenal. Kemudian, untuk mempelajari ilmu nahwu, sharaf, dan balaghah ia berguru kepada kiai terkenal di Pesantren Jambudipa Cianjur.
Setelah lebih kurang dua tahun di Pesantren Jambudipa, ia melanjutkan pendidikan ke Pesantren Gentur, Cianjur, yang saat itu diasuh Ajengan Satibi. Pesantren Gentur terkenal sebagai pesantren yang melahirkan kiai-kiai besar di Jawa Barat. 
Kemudian, selama dua tahun (1935-1937) Abah Anom melanjutkan belajar di Pesantren Cireungas, Cimelati Sukabumi. Pesantren ini terkenal sekali, terutama pada nasa kepemimpinan Ajengan Aceng Mumu, seorang ahli hikmah dan jago silat. Dari pesantren inilah Abah Anom memperoleh pengalaman dan kecakapan dalam banyak hal, termasuk bagaimana mengelola dan memimpin pesantren. Beliau juga belajar silat dan kerap berburu bersama Aki Danu dari Ciaul. Pada masa-masa ini pula Abah Anom melaksanakan riyadhah dan ziarah ke makam para wali mengikuti perintah ayahnya sambil menimba ilmu di Pesantren Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah, kemudian di Bangkalan, Madura, bersama kakak kandungnya, H. A. Dahlan dan wakil Abah Sepuh, K.H. Fakih dari Talaga, Majalengka.
Kilas perjalanan ilmiah Abah Anom di atas menunjukkan bahwa dalam usia yang relatif muda, delapan belas tahun, ia telah menguasai ilmu-ilmu keislaman. Kegemarannya bermain silat dan rasa keagamaannya diperdalam lagi di Pesantren Citengah Panjalu, yang dipimpin H. Djunaedi yang terkenal sebagai ahli alat dan juga ahli hikmah. Maka, tak mengherankan jika sejak dini Abah Anom telah menguasai ilmu hikmah untuk olah batin dan ilmu silat untuk olah lahir.
0 Komentar untuk "Sejarah Abah Anom yang ditulis oleh Dr.H. Asep Salahudin, M.Ag"

Back To Top