ads
ads

BELAJAR TASAWUF



BELAJAR TASAWUF


A.    Pengertian Tasawuf
Menurut KH. Said Aqil Siraj, Secara bahasa, tasawuf paling tidak dinisbatkan kepada lima akar kata, pertama adalah kata ash-shafa yang berarti bersih, secara substansi memang benar, karena orang sufi selalu  melakukan pembersihan-pembersihan jiwa dari sesuatu yang mengotori hatinya, akan tetapi dari sisi lughawi kata itu tidak sesuai karena mestinya orang yang bersih namanya shofai, bukan sufi.
Kedua, tasawuf merupakan kelanjutan dari ahlu ash-shuffah, yaitu para sahabat muhajirin yang hijrah ke Madinah, di Madinah mereka tidak mempunyai kerabat dan sahabat akhirnya mereka memilih bertempat tinggal di serambi masjid Nabawi, disana mereka memfokuskan diri untuk beribadah kepada Allah, diantara para sahabat tersebut adalah Abu Dzar Al-Ghifari, seperti halnya ash-shafa, secara substansi memang benar, namun dari sisi bahasa kata ahlu ash-shuffah tidak cocok, karena jika kata sufi dinisbatkan kepada kata ahlu ash-shuffah mestinya adalah shuffiyun, dengan tasydid pada huruf fa, bukan sufi.
Ketiga, menurut KH. Said diambil dari nama seorang penjaga Ka`bah pada jaman Jahiliyah yang bernama Shuufah, nama asli Shuufah ini adalah Al-Ghauts Bin Mur, diceritakan pada musim panas yang luar biasa, ibunya Al-Ghauts Bin Mur ini melewati Ka`bah dan mendapati anaknya pingsan karena tidak kuat menahan panas. Ibunya lalu berkata: shara ibni shuufah (anakku jadi seperti kain lap).
Dari sisi lughawi, ada kesesuaian jika kata sufi dinisbatkan kepada kata shufah, namun dari sisi maknawi tentu saja akan terjadi persoalan, karena umat Islam tentu tidak akan menerima jika orang atau tokoh sufi seperti misalnya Syekh Abdul Qadir Jailani, Syekh Abu Hasan Asyadzili, Syekh Abdul Qadir Jailani, Imam Ghazali dan para tokoh sufi lainnya dinisbatkan kepada tokoh atau orang yang hidup pada jaman jahiliyah.Penisbatan kata sufi yang keempat, sufi berasal dari kata sufia (menggunakan huruf sin) berasal dari bahasa Yunani yang artinya hikmah. Kata sufia ini secara maknawi memang sesuai, karena tasawuf memiliki  hikmah, namun dari sisi lughawi kata sufia tidak cocok, karena kata sufia menggunakan huruf ‘S’ atau sin, bukan shad, selain itu, kata sufia ini ahistoris, karena penerjemahan buku-buku Yunani kuno dilakukan pada masa khalifah Al-Mamun salah seorang khalifah dari bani Abasiyah, sementara tasawuf sudah ada sebelum kekhalifahan Abasiyah.
KH. Said Aqil Siraj sendiri lebih cenderung kepada asal kata yang kelima, yaitu shuf yang berarti bulu domba, sebab pada zaman dahulu orang-orang yang ahli beribadah, orang yang zuhud, mengasingkan diri di gua atau padang pasir dan orang yang banyak riyadlah, pakaian mereka menggunakan  bulu domba, seperti sahabat atau muridnya Nabi Isa yang memakai baju putih disebut hawariyyin, maka orang sufi disebut sufiyun, seperti fiil madi yang ditambahi dua huruf menjadi khumasi, bunyinya tashawwafa, artinya memakai bulu domba, taqammasha artinya memakai gamis, tasarwala, artinya memakai celana.
Para ahli pun berbeda pendapat dalam merumuskan pengertian tasawuf secara terminologi. Mahrus eL-Mawa mengutip pernyataan Annemarie Schimmel dalam buku Dimensi Mistik dalam Islam dimana dikatakan bahwa istilah tasawuf selaras dengan sufisme, nama lain dari mistik Islam. Secara universal, menurut Abu al-Wafa’ al-Ganimi al-Taftazani dalam Madkhal ila al-Tasawuuf al-Islam, tasawuf adalah falsafah hidup dan metode tertentu dalam suluk yang dilakukan manusia untuk merealisasikan kesempurnaan akhlak, pemahaman tentang hakekatnya, dan kebahagiaan ruhaninya.
 Menurut Syekh Ibn Ajiba (1809), sufisme adalah pengetahuan yang dipelajari seseorang agar dapat berlaku sesuai kehendak Allah melalui penjernihan hati dan membuatnya riang terhadap perbuatan-perbuatan yang baik.
 Ma’ruf Al-Karkhi (w. 200 H) mengatakan, tasawuf menekankan hal-hal yang hakiki dan mengabaikan segala apa yang ada pada makhluk. Barangsiapa yang belum bersungguh-sungguh dengan kefakiran, berarti belum bersungguh-sungguh dalam bertasawuf.  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tasawuf adalah proses aktualisasi diri untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Tasawuf adalah proses aktualisasi dan untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui pembersihan hati dan mensucikan jiwa dari sifat-sifat yang tidak baik/kotoran-kotoran, penyakit hati.
Sedangkan ilmu Tasawuf adalah ilmu yang akan mempelajari bagaimana seorang hamba dapat membersihkan hati dan mensucikan jiwanya agar dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.

B.    Tujuan Mempelajari Tasawuf
Secara umum tujuan tasawuf adalah agar berada sedekat mungkin dengan Allah Swt.
    Akan tetapi, tujuan akhir dari sufisme adalah etika murni atau psikologi murni, dan atau keduanya secara bersamaan,yaitu:
a.    Penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak mutlak tuhan, karena Dialah penggerak utama dari semua kejadian dialam ini,
b.    Penanggalan secara total semua keinginan pribadi dan melepas diri dari sifat-sifat jelek yang berkenaan dengan kehidupan duniawi,
c.    Kesadaran terhadap diri sendiri serta pemusatan diri pada perenungan terhadap tuhan semata, tiada tuhan yang di cari kecuali Dia.
C.    Manfaat/Faedah Dari Mempelajari Tasawwuf

Dari sekian banyak pendapat tentang ajaran Tasawuf, pada intinya ajaran Tasawuf terbagi atas 3 macam, yaitu :
1.    Tasawuf Ilmu
Tasawuf ini lebih cenderung bersifat sekedar pengetahuan teoritis saja, sehingga orang yang mempelajari tasawuf lebih cenderung hanya sebagai tambahan pengetahuan khazanah ilmuan saja. Sehingga ilmu tasawuf seringkali menjadi ajang perdebatan dan diskusi keilmuan belaka. Seperti yang diberikan pada sekolah/Perguruan Tinggi Islam, dll.
2.    Tasawuf Amali ( Tasawuf Terapan)
Tasawuf ini lebih menekankan pada praktek ritual terdapat pada amaliah-amaliah tasawuf, seperti tarekat, dzikir/mujahadah, ihsan dan lainnya. Adapun tokohnya, semisal Al-Ghazali, Al-Junaidy, Ibnu Athoillah dan lainnya.
3.    Tasawuf Falsafi
Tasawuf yang didasarkan kepada gabungan teori-teori tasawuf dan filsafat atau yang bermakana mistik metafisis, karakter umum dari tasawuf ini sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Al-Taftazani bahwa tasawuf seperti ini: tidak dapat dikatagorikan sebagai tasawuf dalam arti sesungguhnya, karena teori-teorinya selalu dikemukakan dalam bahasa filsafat, juga tidak dapat dikatakan sebagai filsafat dalam artian yang sebenarnya karena teori-teorinya juga didasarkan pada rasa. Hamka menegaskan juga bahwa tasawuf jenis tidak sepenuhnya dapat dikatakan tasawuf dan begitu juga sebaliknya. Tasawuf seperti ini dikembangkan oleh ahli-ahli sufi sekaligus filosof. Oleh karena itu, mereka gemar terhadap ide-ide spekulatif. Dari kegemaran berfilsafat itu, mereka mampu menampilkan argumen-argumen yang kaya dan luas tentang ide-ide ketuhanan.
Dalam pandangan para sufi berpendapat bahwa untuk merehabilitasi sikap mental yang tidak baik diperlukan terapi yang tidak hanya dari aspek lahiriyah. Oleh karena itu pada tahap-tahap awal memasuki kehidupan tasawuf, seseorang diharuskan melakukan amalan dan latihan kerohanian yang cukup berat, tujuannya adalah mengusai hawa nafsu, menekan hawa nafsu, sampai ke titik terendah. Oleh karena itu dalam ajaran tasawuf mempunyai tahapan sistem pembinaan akhlak yang disusun sebagai berikut:
1.TAKHALLI
Takhalli adalah mengosongkan diri dari perilaku dan akhlak tercela.
2.TAHALLI
Tahalli adalah  menghiasi diri dengan  dengan sikap, perilaku, dan akhlak terpuji.
3.TAJALLI
Kata tajalli bermakna terungkapnya nur ghaib.
0 Komentar untuk "BELAJAR TASAWUF"

Back To Top