AQIDAH AKHLAK KELAS 7 REVISI 2017 TENTANG AKHLAK TERCELA
KEPADA ALLAH
ayat berikut !
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي
يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
الْآَخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ
فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لَا
يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ (البقرة: 264)
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
menghilangkan (pahala) sedekahmu denga menyebut-nyebutnya dan menyakiti
(perasaan sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya
kepaa manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka
perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian
batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah).
Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir itu. (QS. 2:264)
Perhatikan kisah
berikut !
Di riwayatkan bahwasannya sekitar 150 sahabat Nabi takut dirinya
tertimpa kemunafikan. Suatu ketika Rasulullah duduk dalam rombongan para
sahabatnya, mereka memperbincangkan ada laki-laki yang banyak dipuji
teman-temannya. Tiba-tiba lelaki itu muncul dengan mika basah dan meneteskan
air bekas wudhu. Ia membawa sandal di tangannya.
Para sahabat berkata: ya Rasulullah, dialah orang yang tadi kami
perbincangkan. Nabi bersabda: aku melihat pada mukanya terdapat noda hitam
setan. Lelaki itu datang memberi salam dan duduk bersama para sahabat. Nabi
bertanya: apakah anda berbicara pada diri sendiri waktu anda muncul tentang
sahabat-sahabat anda bahwa tiada sahabat anda yang lebih baik dari pada anda?
Lelaki itu menjawab: ya benar. Rasulullah berdoa: “ya Allah aku mohon ampunan
padaMu tentang apa yanga aku ketahui dan tidak aku ketahui”. Lalu sahabat bertanya:
apakah anda punya kekhawatiran ya
Rasulullah. Nabi menjawab: adakah yang membuatku merasa aman, sedangkan hati
ini berada di antara dua buah jari jemari Allah arRahman. Dia membolak-baliknya
sebagaimana Dia kehendaki?
Nabi merasa tidak aman dari perilaku seperti itu. Allah berfirman: dan
jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan
(azZumar: 47). Dikatakan dalam tafsir tentang ayat ini adalah mereka
mengerjakan amalan-amalan yang yang mereka sangka sebagai kebaikan, kenyataannya
mereka berada dalam daun timbangan kejahatan.
AKHLAK TERCELA
RIYA’ DAN NIFAQ
Manusia sebagai makhluk
Tuhan telah dianugerahi berbagai nikmat sehingga hal itu mengharuskan manusia
untuk bersyukur kepada-Nya. Caranya bersyukur adalah dengan menjalankan
perintah dan menjauhi larangan-Nya, yang diwujudkan dalam beberapa akhlak
terpuji terhadap-Nya.
Kebalikannya adalah akhlak
tercela (akhlakul madzmumah), yaitu perbuatan yang menyimpang dari ajaran Allah
Swt yang nantinya akan berdampak negatif, baik bagi pelaku maupun bagi orang
lain. Diantara akhlak madzmumah adalah riya’ dan nifaq.
1. Riya’
Riya’ dalam bahasa Arab artinya memperlihatkan
atau memamerkan, secara istilah riya’yaitu memperlihatkan sesuatu kepada
orang lain, baik barang maupun perbuatan baik yang dilakukan, dengan maksud
agar orang lain dapat melihatnya dan akhirnya memujinya. Hal yang
sepadan dengan riya’ adalah sum’ah yaitu berbuat kebaikan agar kebaikan itu
didengar orang lain dan dipujinya, walaupun kebaikan itu berupa amal ibadah
kepada Allah Swt. Orang yang sum’ah dengan perbuatan baiknya, berarti ingin mendengar pujian orang lain terhadap kebaikan yang ia
lakukan. Dengan adanya pujian tersebut, akhirnya masyhurlah nama baiknya di lingkungan masyarakat.
Dengan
demikian orang yang riya’ berarti juga sum’ah, yakni ingin memperoleh pujian dari
orang lain atas kebaikan yang dilakukan. Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ اللهُ بِهِ وَمَنْ يُرَاءِ يُرَاءِ اللهُ بِهِ
( رواه البخاري)
Artinya:” Barang siapa (berbuat baik) karena ingin didengar oleh orang lain
(sum’ah), maka Allah akan memperdengarkan kejelekannya kepada yang lain. Dan barang
siapa (berbuat baik) karena ingin dilihat oleh orang lain (riya’), maka
Allah akan memperlihatkan kejelekannya
kepada yang lain.” ( H.R Bukhari).
Allah juga
berfirman dalam surat An-Nisa ayat 142 :
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا
قَامُواْ إِلَى الصَّلاَةِ قَامُواْ كُسَالَى يُرَآؤُونَ النَّاسَ وَلاَ
يَذْكُرُونَ اللهَ إِلاَّ قَلِيلاً
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan
Allah akan membalas tipuan mereka.
Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka
bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (Q.S. 4 An Nisaa'
142)
Alangkah meruginya orang-orang yang
bersifat riya’ dan sum’ah, karena mereka bersusah payah mengeluarkan tenaga,
harta dan meluangkan waktu, tetapi Allah tidak menerima sedikit pun amal ibadah
mereka,bahkan adzab yang mereka terima sebagai balasannya.
Firman Allah Swt :
لاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ يَفْرَحُونَ بِمَا أَتَواْ وَّيُحِبُّونَ
أَن يُحْمَدُواْ بِمَا لَمْ يَفْعَلُواْ فَلاَ تَحْسَبَنَّهُمْ بِمَفَازَةٍ مِّنَ
الْعَذَابِ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Artinya:
“Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa
yang telah mereka kerjakan dan mereka
suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu
menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih.”
(Q.S. 3 Ali 'Imran 188)
Sabda Rasulullah Saw:
لاَيَقْبَلُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَمَلاً فِيْهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ
رِيَاءٍ ( الحديث)
Artinya: “Allah
tidak akan menerima amal yang terdapat unsur riya’ di dalamnya walaupun riya’ itu hanya
sebesar dzarrah” ( Al-Hadits)
Allah memberikan ancaman bagi pelaku riya’ termasuk ketika
melaksanakan ibadah shalat. Orang yang melakukan perbuatan riya’ diancam
sebagai pendusta Agama Islam ini, bahkan diancam dengan satu sangsi yaitu
neraka Wail. Allah berfirman dalam q.s al-Maun: 4-6, yaitu:
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (4) الَّذِينَ هُمْ عَنْ
صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ (5) الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ (6)
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (QS. 107:4)
(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. (QS. 107:5)
orang-orang yang berbuat riya”. (QS. alMaun 107:6)
Contoh-contoh perbuatan riya’ misalnya adalah:
- Sifat –sifat yang melekat pada diri seseorang, seperti suka melekatkan sifat-sifat mulia pada diri sendiri. Hal-hal yang cenderung dipamerkan itu misalnya keelokan dirinya, pakaian atau perhiasan, jabatan di tempat kerja, dan status sosial lainnya.
- Seseorang menyantuni anak yatim dihadapan banyak orang dengan maksud agar ditayangkan di TV atau radio.
Adapun akibat buruk riya’, antara lain sebagai
berikut
a.
Menghapus pahala amal baik, ( Q.S. Al-Baqarah ayat 264)
b. Mendapat dosa besar karena riya’ termasuk perbuatan Syirik kecil.
Sabda Rasulullah Saw:
اِنَّ اَخْوَفَ مَااَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ
اْلاَصْغَرُ قَالُوْا يَارَسُوْلَ اللهِ
وَمَا
الشِّرْكُ اْلاَصْغَرُ قَالَ الرِّيَاءُ (رواه
أحمد)
Artinya:” Sesungguhnya perkara paling aku
khawatirkan dari beberapa hal yang aku khawatirkan adalah syirik kecil. Sahabat
bertanya, “ Apa syirik kecil itu, ya Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Riya’” ( H.R Ahmad)
c. Tidak selamat
dari bahaya kekafiran karena riya’ sangat dekat hubungannya dengan sikap kafir. (Q.S Al-Baqarah ayat 264).
2. Nifaq
Kata nifaq berasal dari kata: nafiqa
alyarbu’, artinya lobang hewan sejenis tikus. Lobang ini ada dua, ia
bisa masuk ke lobang satu kemudian keluar lewat lobang yang lain. Demikianlah
gambaran keadaan orang-orang munafik, satu sisi menampakkan Islamnya, tetapi di
sisi lain ia amat kafir dan menentang kepentingan Agama Islam.
Nifaq adalah perbuatan menyembunyikan kekafiran dalam hatinya dan
menampakkan keimanannya dengan ucapan dan
tindakan. Perilaku seperti ini pada
hakikatnya adalah ketidaksesuaian antara keyakinan, perkataan, dan perbuatan. Atau
dengan kata lain, tindakan yang selalu dilakukan adalah kebohongan, baik terhadap hati nuraninya, terhadap Allah Swt maupun
sesama manusia. Pelaku perbuatan nifaq di sebut munafik.
Firman Allah Swt.
وَإِذَا لَقُواْ الَّذِيْنَ اٰمَنُواْ قَالُواْ
اٰمَنَّا وَإِذَا خَلَواْ إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُواْ إِنَّا مَعَكْمْ إِنَّمَا
نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ
Artinya:”Dan bila mereka berjumpa dengan
orang-orang yang beriman, mereka mengatakan:
"Kami telah beriman." Dan bila
mereka kembali kepada syaitan-setan mereka, mereka mengatakan:
"Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah
berolok-olok". (Q.S. 2 Al Baqarah 14)
1. Dua Kategori Nifaq:
Perbuatan Nifaq dikategorikan menjadi dua ,
yaitu:
a. Nifaq I’tiqadi
Nifaq I’tiqadi adalah suatu bentuk perbuatan yang menyatakan dirinya beriman
kepada AllahSwt, sedangkan dalam hatinya tidak ada keimanan
sama sekali. Dia shalat, bersedekah. Dan beramal shaleh
lainnya, namun tindakannya itu tanpa didasari keimanan dalam hatinya.
Firman Allah Swt.
إِنَّ
الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُواْ إِلَى
الصَّلاَةِ قَامُواْ كُسَالَى يُرَآؤُونَ النَّاسَ وَلاَ يَذْكُرُونَ اللهَ إِلاَّ قَلِيلاً
Artinya:”Sesungguhnya orang-orang munafik itu
menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan
malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah
mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (Q.S. 4 An Nisaa' 142)
Pelaku nifaq diancam Allah dengan disamakan
dengan orang fasik yang diancam dengan
neraka Jahannam dan kekal di dalamnya.
Allah juga berfirman dalam surat at-Taubah: 67-68:
الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ
مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ
وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ
هُمُ الْفَاسِقُونَ (67)
وَعَدَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ
وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا هِيَ
حَسْبُهُمْ
وَلَعَنَهُمُ اللَّهُ وَلَهُمْ عَذَابٌ مُقِيمٌ
(68) (التوبة: 67-68)
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan-perempuan, sebagian dari
sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan
melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka mengenggam tangannya. Mereka telah lupa
kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik
itulah orang-orang yang fasik. (QS. 9:67)
“Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan
orang-orang kafir dengan neraka Jahannam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah
neraka itu bagi mereka; dan Allah mela'nati mereka; dan bagi mereka azab yang
kekal, (QS. 9:68.
Allah akan memasukkan orang munafik dan orang kafir bersama-sama dalam neraka.
Dalam surat anNisa 140, Allah berfirman:
إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ
وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا (النساء: 140)
“Sungguh Allah mengumpulkan orang-orang
munafik dan kafir dalam neraka Jahannam bersama-sama”. (anNisa: 140)
Kisah Abdullah ibnu Saba’, dia adalah tokoh
munafiq Madinah, semenjak kemunculan Nabi SAW, ia sudah memendam rasa benci
terhadap Nabi. Sebiah kisah menerangkan bahwa kebencian terhadap Nabi
disebabkan karena hijrahnya Nabi ke Madinah, dengan sebab hijrah inilah, ia
merasa kurang diperhatikan lagi oleh masyarakatnya, semula, ia adalah calon
pemimpin MAdinah. Tetapi setibanya Nabi di Madinah, maka pamor akan status
social Abdullah ibnu Saba’ menjadi padam. Lalu ia amat memendam rasa benci
kepada Nabi SAW. Dalam sejarah
perjuangan Islam, dialah sosok yang paling banyak mengendurkan semangat umat
Islam dalam berjuang melawan orang-orang kafir, ia juga pernah berusaha
mengusir Nabi dari Madinah, ia juga yang pernah memfitnah sayyidah Aisyah,
Istri Nabi pernah berselingkuh dengan seorang sahabat bernama Shafwan Ibnu
Muatthal, lalu Allah menolong langsung sahabat Aisyah, menjelaskan masalahnya
dengan menurunkan ayat-ayat alQur’an. Dan ketika Abdullah ibnu Saba’ meninggal
di Madinah, Anaknya berusaha memohon pada Nabi untuk turut serta menshalatkan
dan menguburkannya. Lalu Nabi amat berbaik hati, menshalatkannya dan turut menguburkannya, lalu mendoakkannya.
Setelah Nabi mendoakan dan mengistighfarkan untuknya, maka Allah menurunkan
surat atTaubah: 80:
اسْتَغْفِرْ لَهُمْ أَوْ لَا تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ إِنْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ
سَبْعِينَ مَرَّةً فَلَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي
الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ (80)
Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu
mohonkan ampun kepada mereka (adalah sama saja). Kendatipun kamu memohonkan
ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi
ampun kepada mereka. Yang demikian itu adalah karena mereka kafir kepada Allah
dan Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. (QS.
atTaubah :80.
Ayat ini menerangkan
bahwa kemunafikan Abdullah Ibnu Saba’ sudah melewati batas kekafiran, sehingga
Allahpun tidak berkenan menerima taubatnya, naudzu billahi min dzalik (lihat
tafsir surat atTaubah).
b.
Nifaq ‘Amali
Nifaq ‘amali adalah kemunafikan berupa pengingkaran atas kebenaran dalam bentuk perbuatan. Sesuai
dengan Sabda Rasulullah Saw:
اَيَةُ اْلمُنَفِقِيْنَ ثَلاَ ثٌ : اِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَاِذَا وَعَدَ
أَخْلَفَ وَاِذَا اؤْتُمِنَ خَان
(رواه البخاري ومسلم )
Artinya: “Tanda-tanda orang munafik itu ada
tiga, yaitu apabila berkata selalu berdusta, apabila berjanji selalu tidak ditepati, dan apabila dipercaya selalu
mengkhianati .” (HR. Bukhari Muslim)
2. Ciri-ciri perbuatan yang masuk kategori nifaq:
1. Tidak mampu menegakkan shalat kecuali dengan
malas-malasan, ia merasa ragu terhadap
balasan Allah di Akhirat.
2. Hanya berfikir jangka pendek
yaitu kekayaan duniawi semata
3.
Terbiasa dengan kebohongan, ingkar janji, dan khianat.
4. Tidak mampu ber-amar ma’ruf nahyi munkar.
5.
Sering kali dalam pembicaraannya menyindir dan menyakiti Nabi atau
Islam.
0 Komentar untuk "AQIDAH AKHLAK KELAS 7 REVISI 2017 TENTANG AKHLAK TERCELA KEPADA ALLAH"