AQIDAH AKHLAK KELAS 8
Adab Terhadap Orang Tua
Diriwayatkan oleh Imam Muslim, suatu ketika Abu Hurairah menghadap Nabi karena ibunya menolak untuk masuk Islam. Maka ia meminta Nabi mendoakan supaya ibunya masuk Islam. Sehingga pulanglah ia ke rumah, dan ibunya ternyata baru saja mendapat hidayah, lalu berkata wahai Abu Hurayrah: aku bersaksi tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusanNya.
Kedua orang tua merupakan sebab adanya manusia. Keduanya telah merasakan kelelahan karena mengurus anak dan menyenangkan mereka. Allah Subhaanahu wa Ta'aala mewajibkan hamba-hamba-Nya berbakti kepada kedua orang tua. Bahkan memposisikan bakti pada orang tua setelah tauhid kepada Allah SWT. Rasulullah juga bersabda:
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُمَدَّ لَهُ فِي عُمْرِهِ وَيُزَادَ لَهُ فِي رِزْقِهِ فَلْيَبَرَّ وَالِدَيْهِ وَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barang siapa yang senang dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezekinya, maka berbaktilah kepada kedua orang tuanya dan sambunglah tali silaturrahim.” (HR. Al-Haitsami)
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,
رَغِمَ أَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ
قَالَ مَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا فَلَمْ يَدْخُلْ الْجَنَّةَ
“Hinalah ia, hinalah ia dan hinalah ia.” Lalu ada yang bertanya, “Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu orang yang mendapatkan orang tuanya sudah tua; salah satunya atau kedua-duanya tetapi ia tidak masuk surga.” (HR. Muslim).
Oleh karena itu, wajib bagi setiap muslim berbakti kepada kedua orang tuanya dan bergaul dengan sikap yang baik. Di antara adab bergaul dengan orang tua adalah sbb.:
1. Mencintai dan sayang kepada kedua orang tua
Seorang muslim menyadari bahwa kedua orang tuanya memiliki jasa yang besar terhadapnya, karena keduanya telah mengerahkan pikiran dan tenaga untuk menyenangkan anaknya. Oleh karena itu, meskipun seorang muslim telah mengerahkan segala kemampuannya dalam berbakti kepada kedua orang tuanya, namun tetap saja ia belum dapat membalasnya.
2. Menaati keduanya
Seorang muslim hendaknya menaati perintah kedua orang tuanya, kecuali apabila kedua orang tua menyuruh berbuat maksiat kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Terj. Q.S. Luqman: 15)
3. Menanggung dan menafkahi orang tua.
Seorang muslim juga hendaknya menanggung dan menafkahi orang tua agar ia memperoleh keridhaan Allah. Jika ia seorang yang berharta banyak, lalu orang tuanya butuh kepada sebagian harta itu, maka ia wajib memberikannya. Hal ini berdasarkan hadits berikut:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ لِي مَالًا وَوَلَدًا وَإِنَّ أَبِي يُرِيدُ أَنْ يَجْتَاحَ مَالِي فَقَالَ أَنْتَ وَمَالُكَ لِأَبِيكَ
Dari Jabir bin Abdillah, bahwa seseorang berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mempunyai harta dan anak, sedangkan bapakku ingin menghabiskan hartaku.” Maka Beliau bersabda, “Engkau dan hartamu adalah milik bapakmu.” (HR. Ibnu Majah).
4. Menjaga perasaan keduanya dan berusaha membuat ridha orang tuanya dengan perbuatan dan ucapan.
Seorang muslim juga harus menjauhi ucapan atau tindakan yang menyakitkan hati orang tuanya meskipun sepele, seperti berkata “Ah.” Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:
“Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (Terj. Al Israa’: 23)
Hendaknya ia mengetahui, bahwa ridha Allah ada pada keridhaan orang tua, dan bahwa murka-Nya ada pada kemurkaan orang tua. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا الْوَالِدِ وَ سُخْطُ الرَّبِّ فِي سُخْطِ الْوَالِدِ
“Ridha Allah ada pada keridhaan orang tua dan murka Allah ada pada kemurkaan orang tua.” (HR. Tirmidzi dan Hakim dari Abdullah bin ‘Amr).
5. Tidak memanggil orang tua dengan namanya
6. Tidak duduk ketika keduanya berdiri dan tidak mendahuluinya dalam berjalan
Tidaklah termasuk adab yang baik kepada kedua orang tua jika seorang anak duduk sedangkan ibu-bapaknya berdiri atau meluruskan kedua kakinya, sedangkan keduanya duduk di hadapannya, bahkan hendaknya ia memiliki adab yang baik di hadapannya dan merendahkan diri kepada keduanya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Terj. Q.S. Al Israa’: 24)
7. Tidak mengutamakan istri dan anak daripada kedua orang tua
Hal ini berdasarkan hadits yang menyebutkan tentang tiga orang Bani Israil yang berjalan-jalan di gurun, lalu mereka terpaksa bermalam di gua. Ketika mereka masuk ke dalamnya, tiba-tiba ada sebuah batu besar yang jatuh dari atas gunung sehingga menutupi pintu gua itu, lalu mereka berusaha menyingkirkan batu tersebut, tetapi mereka tidak bisa, maka akhirnya mereka berdoa kepada Allah dengan menyebutkan amal saleh yang pernah mereka lakukan. Salah seorang di antara mereka berkata, “Ya Allah, saya memiliki kedua orang tua yang sudah lanjut usia dan saya biasanya tidak memberi minuman kepada keluarga dan harta yang saya miliki (seperti budak) sebelum keduanya. Suatu hari saya pernah pergi jauh untuk mencari sesuatu sehingga saya tidak pulang kecuali setelah keduanya tidur, maka saya perahkan susu untuk keduanya, namun saya mendapatkan keduanya telah tidur dan saya tidak suka memberi minum sebelum keduanya baik itu keluarga maupun harta (yang aku miliki). Aku menunggu, sedangkan gelas masih berada di tanganku karena menunggu keduanya bangun sehingga terbit fajar. Keduanya pun bangun lalu meminum susu itu. Ya Allah, jika yang aku lakukan itu karena mengharapkan wajah-Mu, maka hilangkanlah derita yang menimpa kami karena batu ini,” yang lain juga menyebutkan amal saleh mereka yang ikhlas yang pernah mereka lakukan, sehingga batu besar itu pun bergeser dan mereka dapat keluar.
8. Mendoakan keduanya baik mereka masih hidup atau sudah wafat
Demikianlah seharusnya sikap yang seharusnya dilakukan seorang muslim terhadap kedua orang tuanya, yakni banyak mendoakan kedua orang tuanya, dan itulah akhlak para nabi; mereka berbakti kepada kedua orang tuanya dan mendoakan kebaikan kepada mereka. Nabi Nuh ‘alaihis salam pernah berdoa untuk orang tuanya sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an surat Nuh: 28: “Ya Tuhanku, ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan.” (Terj. Nuh: 28)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah bersabda:
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila seseorang meninggal, maka terputuslah amalnya selain tiga perkara; sedekah jaariyah, ilmu yang dimanfaatkan atau anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)
إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ أَنَّى هَذَا فَيُقَالُ بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ
“Sesunguhnya seseorang benar-benar diangkat derajatnya di surga, lalu ia berkata, “Karena apa ini?” Lalu dikatakan kepadanya, “Karena permintaan ampun anakmu untukmu.” (HR. Ibnu Majah).
Oleh karena itu, hendaknya seorang muslim mendoakan ampunan untuk kedua orang tuanya, membayarkan hutang dan nadzarnya dan sebagainya.
9. Berbuat baik kepada kawan-kawan orang tua setelah orang tua telah wafat
Dari Abdullah bin Dinar dari Abdullah bin Umar, bahwa seseorang dari kalangan Arab baduwi pernah ditemuinya di jalan menuju Mekah, lalu Abdullah mengucapkan salam kepadanya dan menaikkannya ke atas keledai yang ditungganginya dan memberikan sorban yang dipakainya kepadanya. Abdullah bin Dinar berkata: Kami pun berkata, “Semoga Allah memperbaikimu, sesungguhnya mereka adalah orang-orang Arab baduwi, mereka biasanya puas dengan perkara yang sedikit, lalu Abdullah berkata, “Sesunggunya bapak orang ini adalah teman Umar bin Khaththab, dan sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَبَرَّ الْبِرِّ صِلَةُ الْوَلَدِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيهِ
“Sesungguhnya berbakti yang paling baik adalah ketika seorang anak menyambung hubungan dengan kawan-kawan bapaknya.” (HR. Muslim)
10. Tidak Mencaci maki kedua orang tua. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Termasuk dosa besar adalah seseorang mencaci maki orang tuanya.” Para sahabat bertanya, ‘Ya Rasulullah, apa ada orang yang mencaci maki orang tuanya?’ Beliau menjawab, “Ada. ia mencaci maki ayah orang lain kemudian orang tersebut membalas mencaci maki orang tuanya. Ia mencaci maki ibu orang lain lalu orang itu membalas mencaci maki ibunya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
11. Tidak mengeraskan suaranya melebihi suara kedua orang tua demi sopan santun terhadap mereka. alQur’an membimbing untuk berkata-kata dengan orang tua dengan kalimat yang ringan (qaulan maysuuraa).
12. Menjawab panggilan mereka dengan jawaban yang lunak seperti “Labbaik, siap, atau baiklah”.
13. Bersikaplah rendah hati dan lemah lembut kepada kedua orang tua seperti melayani mereka menyuapi makan dengan tangannya bila keduanya tidak mampu, dengan mengutamakan keduanya diatas diri dan anak-anaknya.
14. Tidak mengungkit-ungkit kebaikanmu kepada keduanya maupun pelaksanaan perintah yang dilakukan olehnya. Seperti ia berkata “Aku beri engkau sekian dan sekian dan aku lakukan begini kepada kamu berdua”. Karena perbuatan itu bisa mematahkan hati, ada yang mengatakan menyebut-nyebut kebaikan itu bisa memutuskan hubungan.
15. Janganlah ia memandang kedua orang tua dengan pandangan sinis dan bermuka cemberut kepada keduanya.
Adab pada Guru
Sosok guru tidak akan pernah lepas dari kehidupan kita. Mulai dari kita kecil sampai kita dewasa kita akan bertemu terus dengan sosok guru. Seorang yang diguguh dan ditiru ini menyalurkan ilmu pengetahuannya kepada murid-muridnya agar mereka menjadi seseorang yang dapat berkarya sesuai dengan bakat, prestasi, dan kualitas yang dimilikinya.
Dengan perannya yang sangat besar dalam kehidupan kita, maka guru wajib itu dihormati oleh kita. Dalam Islam pun, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam bersikap selaku murid terhadap gurunya. Di antaranya adalah:
1) Menghormati dan menghargainya. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW. “Bukan dari golongan kami mereka yangtidak menghormati yang tua, tidak menyayangi yang kecil dan tidak mengetahui hak orang yang alim”.
2) Tidak mencari-cari kelemahan dan kesalahannya.
3) Tidak menggibahnya (membicarakannya dengan yang dia tidak senangi), bahkan membelanya ketika dighibah oleh orang lain.
4) Mendoakannya dari kejauhan semoga diberi pahala atas ilmu yang sudah ia ajarkan. Mendoakan keampunan dan kesejahteraan buat guru.
5) Mengambil manfaat dari kebaikan sang guru, dan tidak mencontohnya andai kata ia melakukan kekhilafan.
6) Menisbatkan ilmu yang ia ajarkan kepadanya; karena hal itu mengangkat kedudukannya di mata manusia
7) Menjaga adab berbicara dan diskusi dengannya.
8) Taat kepada guru kita dalam semua perkara kecuali perkara yang maksiat kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Bertutur katalah dengan lemah lembut dan penuh rendah diri kepada guru kita.
9) Meminta izin kepada guru kita untuk bertanya atau pergi dari majlis.
Memberi salam kepada guru apabila berjumpa dan sentiasa hormat kepadanya.
10) Memberi perhatian besar dalam pengajaran guru, duduk dengan sopan dan senantiasa dalam keadaan tenang. Rendah hati di hadapan guru. Dengan rendah hati maka ilmu akan mudah masuk dalam diri murid.
0 Komentar untuk "AQIDAH AKHLAK KELAS 8 Adab Terhadap Orang Tua TAHUN 2018"