AQIDAH KAHLAK KELAS 7 TAHUN
2018 PENGERTIAN AKIDAH ISLAM KURTILAS REVISI 2017
1.
Pengertian
Akidah Islam
Akidah secara bahasa
berasal dari kata (يَعْقِدُ- عَقِيْدَةٌ عقَدَ-) yang berarti ikatan,
atau perjanjian. Secara istilah adalah keyakinan hati atas sesuatu.
Kata ‘akidah’ tersebut dapat digunakan untuk ajaran yang terdapat dalam Islam,
dan dapat pula digunakan untuk ajaran lain di luar Islam. Sehingga ada istilah
akidah Islam, akidah Nasrani, akidah Yahudi,dan akidah-akidah yang lainnya.
Dengan begitu kita juga bisa simpulkan ada akidah yang benar atau lurus dan ada
akidah yang sesat atau salah. Dengan begitu juga, Akidah Islam (al-akidah
al-Islamiyah) bisa diartikan sebagai pokok-pokok kepercayaan yang harus
diyakini kebenarannya oleh setiap orang yang mengaku dirinya beragama Islam
(muslim).
Berbicara tentang akidah,
yang paling pertama dan utama adalah konsep ketuhanan, baru kemudian
konsep-konsep akidah yang lainnya yang sesuai dengan keinginan Allah itu
sendiri melalui firman-firmanNya dalam al-Qur’an dan hadis-hadis nabiNya.
Ketika seseorang berakidah Islam, maka pondasi awal untuk membangun akidah/ keyakinannya adalah
keyakinan terhadap Allah sebagai Tuhan yang wajib disembah, Maha Esa, Pencipta
dan Pengatur alam semesta, dan Dzat Ghaib yang merupakan sumber dari segala
hal, termasuk juga kewajiban menjalankan aturan-aturanNya dalam segala aspek
kehidupan baik yang berhubungan dengan ibadah ataupun muamalah yang erat
hubungannya dengan interaksi dengan sesama makhluk. Oleh karenanya, misi pertama
yang diemban oleh tiap rosul untuk disampaikan kepada umat manusia adalah
konsep ketuhanan ini. Sebagaimana firman Allah s.w.t.dalam Q.S. an-Nahl:36
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي
كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ
فَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ (٣٦)
”dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka
di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula
di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah
kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang
mendustakan (rasul-rasul)”.(Q.S. an-Nahl:36)
Begitulah, konsep ketuhanan yang harus diyakini oleh seseorang yang mengaku
berakidah Islam, mentauhidkanNya tanpa ada keraguan sedikitpun didalamnya.
2.
Dasar-Dasar
Akidah Islam
Akidah Islam adalah
sesuatu yang bersifat tauqifi, artinya suatu ajaran yang hanya dapat
ditetapkan dengan adanya dalil dari Allah dan Rasul-Nya. Maka, sumber ajaran akidah Islam adalah
terbatas pada al-Quran dan Sunnah saja. Karena, tidak ada yang lebih tahu
tentang Allah kecuali Allah itu sendiri,kemudian Rasulullah s.a.w. selaku pengemban wahyu
dari Allah s.w.t.
a.
Al-Qur’an
Al-Qur’an
adalah firman Allah Swt.yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad s.a.w.dengan
perantara Malaikat Jibril. Melalui al-Qur’an inilah Allah menuangkan
firman-firmanNya berkenaan dengan konsep akidah yang benar yang harus diyakini
dan dijalani secara mutlak dan tidak boleh ditawar oleh semua umat Islam. Di
dalam al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang berisi tentang tauhid,
diantaranya adalah Q.S. al-Ikhlas ayat 1-4 di atas,dan masih banyak lagi yang
lain diantaranya:
قُلْ هُوَ اللَّهُ
أَحَدٌ (١) اللَّهُ الصَّمَدُ (٢)لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (٣) وَلَمْ يَكُنْ
لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (٤)
Katakanlah: (1) "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. (2)
Allah adalah Tuhan yang segala sesuatu bergantung kepada-Nya. (3) Dia tiada
beranak dan tidak pula diperanakkan. (4) dan tidak ada suatu apapun yang setara
dengan Dia." (Q.S. al-Ikhlas:1-4)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ
وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ
وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا
بَعِيدًا (١٣٦)
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada
Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari
Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya”.(an-Nisa’:136)
Dan masih
banyak lagi ayat-ayat lain yang menerangkan tentang akidah jika kaita mau
mengkajinya lebih dalam.
b.
Al-Hadis
Hadits ialah
segala ucapan , perbuatan, dan takrir (sikap diam) Nabi Muhammad s.a.w. Islam
telah menegaskan bahwa hadits menjadi hukum Islam kedua (setelah Al-Qur’an),
baik sumber hukum dalam akidah maupun dalam semua persoalan hidup. Hal ini
dikarenakan semua yang disandarkan kepada nabi adalah wahyu dari Allah, bukan
sekedar memperturutkan nafsu saja. Sebagaimana firman Allah s.w.t. :
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ
الْهَوَى (٣)إِنْ هُوَ إِلا وَحْيٌ يُوحَى (٤)
“ dan tidaklah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa
nafsunya. ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya).(Q.S. an-Najm:3-4)
مَا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَى
رَسُولِهِ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَى
وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ كَيْ لا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ
الأغْنِيَاءِ مِنْكُمْ وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ
عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ (٧)
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa
yang dilarangnya bagimu maka
tinggalkanlah “(Q.S. 59 Al Hasyr:7)
Itulah dasar
perintah mengikuti Rosulullah s.a.w. melalui hadis-hadisnya.
Adapun
hadis-hadis yang menjelaskan tentang akidah adalah sebagai berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بَارِزًا يَوْمًا لِلنَّاسِ فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ مَا
الْإِيمَانُ قَالَ الْإِيمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ
وَكُتُبِهِ وَبِلِقَائِهِ وَرُسُلِهِ وَتُؤْمِنَ بِالْبَعْثِ
Dari Abu Hurairah r.a. berkata; bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
pada suatu hari bersama dengan para sahabat, lalu datang Malaikat Jibril
'Alaihis Salam yang kemudian bertanya: "Apakah iman itu?" Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Iman adalah kamu beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya,
Rasul-Rasul-Nya, dan kamu beriman kepada hari berbangkit".(H.R. Bukhori)
قَالَ ابْنُ نُمَيْرٍ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ
مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ وَقُلْتُ أَنَا وَمَنْ مَاتَ
لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ
Ibnu Numair berkata, "Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Barangsiapa meninggal dalam keadaan menyekutukan Allah
dengan sesuatu, maka ia masuk neraka." Dan aku berkata, "Saya dan
orang yang meninggal dengan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun
(niscaya) masuk surga” (H.R. Muslim)."
jika kita
cermati beberapa hadis di atas, maka kita akan temui bahwa isinya tidak ada
yang menyalahi isi dari al-Qur’an dalam hal ini berkaitan dengan akidah yang
secara umum disebut dengan keimanan. Hal ini semakin memperkuat keyakinan kita
bahwa hadis adalah sumber hukum kedua setelah al-Qur’an yang harus dipedomani
oleh umat Islam baik dalam hal akidah ataupun yang lainnya. Keduanya tidak bisa
dipisahkan satu dengan yang lain.
3.
Tujuan Akidah
Islam
Akidah Islam
harus menjadi pedoman bagi setiap muslim. Artinya setiap umat Islam harus
meyakini dan menjalankan pokok-pokok kandungan akidah Islam tersebut dengan
tujuan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat dan mendapatkan ridlo
dari Allah s.w.t. tentunya.dengan demikian berarti mempelajari pokok-pokok
kandungan akidah Islam adalah kewajiban bagi umat Islam dengan tujuan seabagi
berikut:
1) Mengetahui petunjuk hidup yang benar serta
dapat membedakan yang benar dan yang salah.
2) Memupuk dan mengembangkan dasar ketuhanan yang ada sejak lahir.
Manusia adalah makhluk yang berketuhanan. Sejak
dilahirkan manusia cenderung mengakui adanya Tuhan . Dengan naluri
berketuhanan, manusia berusaha untuk mencari Tuhannya. Kemampuan akal dan ilmu yang berbeda-beda memungkinkan manusia akan
keliru mengenal Tuhan. Dengan akidah Islam, naluri atau kecenderungan manusia
akan keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Kuasa dapat berkembang dengan benar.
3)
Memelihara
manusia dari kesyirikan.
Untuk mencegah manusia darikesyirikan perlu
adanya tuntunan yang jelas tentang kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Kemungkinan manusia terperosok ke dalam kesyirikan selalu terbuka, baik syirik jaly
(terang-terangan) berupa perbuatan, maupun syirik khafy (tersembunyi) di dalam
hati. Dengan mempelajari Akidah Islam, manusia akan terpelihara dari perbuatan
syirik.
4)
Menghindari
diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan.
Manusia diberi
kelebihan oleh Allah dari makhluk lainnya berupa akal pikiran.
Pendapat-pendapat atau faham-faham yang semata-mata didasarkan atas akal
manusia, kadang-kadang menyesatkan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, akal
pikiran perlu dibimbing oleh akidah
Islam agar manusia terbebas atau terhindar dari kehidupan yang sesat.
4.
Hubungan Iman,
Islam, dan Ihsan
Ada
tiga unsur pokok dalam akidah Islam yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang
lainnya. Artinya, jika sesorang mengaku berakidah Islam atau lebih mudahnya dia
mengaku sebagai muslim,maka harus ada tiga unsur pokok ini didalam dirinya yaitu
islam, iman,dan ihsan. ketiganya mempunyai hubungan yang sangat erat.
Untuk mengetahui hubungannya, perlu diketahui terlebih dahulu pengertian
ketiganya.
a. Islam
Kata Islam
berasal dari bahasa Arab, yaitu أَسْلَمَ-يُسْلِمُ-إِسْلاَمًا yang artinya adalah
patuh, tunduk, menyerahkan diri, selamat.
Sedang
menurut istilah, Islam yaitu agama yang mengajarkan agar manusia berserah diri
dan tunduk sepenuhnya kepada Allah. Tunduk atau berserah diri adalah
mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.Orang yang tunduk dan
berserah diri kepada Allah disebut muslim.
b. Iman
Menurut
bahasa iman berarti percaya. Sedangkan menurut istilah iman adalah:
اَلإْيْمَانُ
هُوَتَصْدِيْقٌ بِالْقَلْبِ وَاِقْرارٌ بِا للِّسَانِ وَعَمَلٌ بِاْلأَرْلكَانِ.
“Iman adalah membenarkan dengan
hati, mengucapkan dengan lisan dan dilaksanakan dengan anggota badan
(perbuatan).”
Jika seseorang
sudah mengimani seluruh ajaran Islam , maka orang tersebut sudah dapat dikatakan mukmin (orang
yang beriman).
c. Ihsan
Ihsan berasal dari bahasa Arab : أَحْسَنَ-يُحْسِنُ-إِحْسَانًا yang berarti kebaikan.
Ihsan adalah perbuatan baik sebagai bentuk penghambaan diri kepada Allah sebagai makhluk
individu yaitu hubungannya dengan Allah maupun sebagai makhluk sosial yang
selalu berinteraksi dengan sesama. Lebih lanjut disebutkan bahwa cara
penghambaan diri ini harus senantiasa merasa melihat atau dilihat oleh Allah
s.w.t. sebagaimana di sebutkan dalam hadis nabi s.a.w.: ' JIbril bertanya,
'Kabarkanlah kepadaku tentang ihsan itu? ' Nabi menjawab menjawab: "Kamu
menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya,
maka sesungguhnya Dia melihatmu”. Dengan demikian berbuat baik kepada Allah
maupun sesama harus dilakukan setiap saat karena ada kontrol langsung dari
Allah s.w.t. Orang yang telah menerapkan
hal ini disebut dengan muhsin.
Ketiga unsur
pokok akidah Islam di atas tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya,
bahkan ketiganya berkumpul dalam satu hadis panjang yang diriwayatkan oleh sahabat Umar bin
khattab r.a. sebagai berikut:
عن عُمَرٍ بْنِ
الْخَطَّابِ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيدُ
سَوَادِ الشَّعَرِ لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا
أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ
وَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنْ الْإِسْلَامِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ
وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنْ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلًا قَالَ صَدَقْتَ قَالَ
فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِيمَانِ
قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ صَدَقْتَ قَالَ
فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِحْسَانِ قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ
فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ
السَّاعَةِ قَالَ مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنْ السَّائِلِ قَالَ
فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَتِهَا قَالَ أَنْ تَلِدَ الْأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ
تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِي
الْبُنْيَانِ قَالَ ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا ثُمَّ قَالَ لِي يَا
عُمَرُ أَتَدْرِي مَنْ السَّائِلُ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ
فَإِنَّهُ جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْ
'Umar bin al-Khaththab berkata, 'Dahulu kami pernah berada di sisi
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu datanglah seorang laki-laki yang
bajunya sang at putih, rambutnya sang at hitam, tidak tampak padanya
bekas-bekas perjalanan. Tidak seorang pun dari kami mengenalnya, hingga dia
mendatangi Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasalam lalu menyandarkan lututnya pada
lutut Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasalam, kemudian ia berkata, 'Wahai Muhammad,
kabarkanlah kepadaku tentang Islam? ' Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasalam
menjawab: "Kesaksian bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain
Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, dan puasa Ramadlan, serta haji ke Baitullah jika kamu mampu
bepergian kepadanya.' Dia berkata, 'Kamu benar.' Umar berkata, 'Maka kami kaget
terhadapnya karena dia menanyakannya dan membenarkannya.' Dia bertanya lagi,
'Kabarkanlah kepadaku tentang iman itu? ' Beliau menjawab: "Kamu beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari
akhir, dan takdir baik dan buruk." Dia berkata, 'Kamu benar.' Dia
bertanya, 'Kabarkanlah kepadaku tentang ihsan itu? ' Beliau menjawab:
"Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak
melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." Dia bertanya lagi,
'Kapankah hari akhir itu? ' Beliau menjawab: "Tidaklah orang yang ditanya
itu lebih mengetahui daripada orang yang bertanya." Dia bertanya, 'Lalu
kabarkanlah kepadaku tentang tanda-tandanya? ' Beliau menjawab: "Apabila
seorang budak melahirkan (anak) tuan-Nya, dan kamu melihat orang yang tidak
beralas kaki, telanjang, miskin, penggembala kambing, namun bermegah-megahan
dalam membangun bangunan." Kemudian dia bertolak pergi. Maka aku tetap
saja heran kemudian beliau berkata; "Wahai Umar, apakah kamu tahu siapa
penanya tersebut?" Aku menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.' Beliau
bersabda: "Itulah jibril, dia mendatangi kalian untuk mengajarkan kepada
kalian tentang pengetahuan agama kalian" . (H.R.Muslim)
Dari paparan di
atas, bisa kita tarik kesimpulan bahwa ketiganya tidak bisa dipisahkan antara
satu dengan yang lainnya dalam menunjang akidah Islam. Iman sebagai bentuk
keyakinan,Islam sebagai bentuk ibadah,dan Ihsan sebagai bentuk perbuatan baik
kepada Allah maupun kepada sesama. Lebih dalam lagi bisa kita simpulkan bahwa
seorang mukmin bisa membuktikan keimanannya dengan menunjukkan keislamannya dan
dan keihsanannya dalam kehidupan sehari-hari.
Semoga kita
termasuk orang-orang yang senantiasa mendapat petunjuk dalam menjalankan akidah
Islam secara utuh dan tanpa keraguan. Memilki keimanan yang kuat dengan cara
menampilkannya dalam bentuk menjalankan rukun Islam dengan benar dan memiliki
keihsanan yang sempurna dalam kehidupan. Dan akhirnya,kita akan mendapatkan
kebahagian hidup di dunia dan akhirat dalam naungan ridloNya.
0 Komentar untuk "AQIDAH KAHLAK KELAS 7 TAHUN 2018 PENGERTIAN AKIDAH ISLAM KURTILAS REVISI 2017"