ads
ads

KETENTUAN SALAT JAMA’, QASAR, JAMA’ QASAR DAN DALAM KEADAAN DARURAT Fiqih kelas 7 Kurtilas 2018


KETENTUAN SALAT JAMA’, QASAR, JAMA’ QASAR DAN DALAM KEADAAN DARURAT Fiqih kelas 7 Kurtilas 2018

Ibadah shalat merupakan ibadah yang tidak dapat ditinggalkan walau dalam keadaan apapun. Hal ini berbeda dengan ibadah-ibadah yang lain seperti puasa, zakat dan haji. Jika seseorang sedang sakit pada bulan ramadhan dan tidak mampu untuk berpuasa, maka ia boleh tidak berpuasa dan harus menggantinya pada hari lain. Orang yang tidak mampu membayar zakat ia tidak wajib membayar zakat. Demikian pula halnya dengan ibadah haji, bila seseorang tidak mampu maka tidak ada kewjiban baginya.
Shalat adalah ibadah yang wajib dilaksanakan bagi setiap muslim selama masih memiliki akal dan ingatannya masih normal. Kewajiban tersebut harus dilakukan tepat pada waktunya. Halangan untuk tidak mengerjakan shalat hanya ada tiga macam, yaitu hilang akal seperti gila atau tidak sadar, karena tidur dan lupa (namun demikian ada kewajiban mengqadha di waktu lain).
Betapa pentingnya ibadah shalat ini, Rasulullah pernah bersabda:

الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلَاةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
“Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat, karenanya barangsiapa yang meninggalkannya maka sungguh dia telah kafir.” (HR. At-Tirmizi dan An-Nasai)
Dalam hadits lain:
إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلَاةِ
“Sungguh yang memisahkan antara seorang laki-laki (baca: muslim) dengan kesyirikan dan kekufuan adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim no. 82)

  1. KETENTUAN SHALAT JAMA


1.      Pengertian Shalat Jama’
Jama`  menurut  bahasa  berarti  mengumpulkan.  Sedangkan  shalat  jama`  menurut istilah  adalah  mengumpulkan  dua  shalat  wajib  yang  dikerjakan  dalam  satu waktu. Misalnya menggabungkan salat Duhur dan Asar dikerjakan pada waktu Duhur atau pada waktu Asar. Atau menggabungkan salat magrib dan ‘Isya dikerjakan pada waktu magrib atau pada waktu ‘Isya. Sedangkan salat Subuh tetap pada waktunya tidak boleh digabungkan dengan salat lain.
 Hal  ini  merupakan  rukhshah  (keringanan)  dari  Allah  dalam melaksanakan shalat dalam keadaan tertentu. 
Menjamak shalat hukumnya  mubah atau  boleh bagi orang yang sudah memenuhi syarat.  Sabda Rasulullah saw :
عَنْ اَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ كانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلمْ اِذا رَحِلَ قَبْلَ اَنْ تَزِيْغَ الشَمْسُ اخِرَ الظُهْرِ اِلى وَقْتِ العَصْرِ ثُمَّ نَزَلَ يَجْمَعُ بَيْنَهُمَا فَاِنْ زَاغَتْ الشَمْسُ قَبْلَ اَنْ يَرْتَحِلَ صَلَّى الظُهْرَ ثُمَّ رَكِبَ
Artinya  :  "Dari  Anas  ia  berkata  :  Rasulullah  SAW  apabila  berangkat  sebelum tergelincir  matahari,  maka  beliau  akhirkan  shalat  zhuhur ke  Ashar, kemudian (dalam perjalanan) beliau turun (dari kendaraan) menjamakkan kedua shalatitu. Apabila beliau berangkat  sesudah  tergelincir  matahari,  maka  beliau  kerjakan  shalat  dhuhur    baru berangkat naik kendaraan" (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadis di atas dapat disimpulkan bahwa Rasulullah pernah menjamak salat karena ada suatu sebab yaitu bepergian. Hal menunjukkan bahwa menggabungkan dua salat diperbolehkan dalam Islam namun harus ada sebab tertentu.
2. Macam -Macam Shalat jama`
a. Jamak  Taqdim,  adalah  mengumpulkan  dua  shalat  wajib  dikerjakan  pada  waktu yang pertama (awal). Jamak taqdim ada dua macam yaitu :
1) Mengumpulkan  shalat  dhuhur  dan  shalat  ashar,  dikerjakan  pada  waktu Zhuhur.
2) Mengumpulkan  shalat  maghrib  dan  shalat  isya',  dikerjakan  pada  waktu Maghrib 
b.  Jamak  Ta'khir,  adalah  mengumpulkan  dua  shalatwajib  yang  dikerjakan  pada waktu yang kedua (akhir). Jamak ta'k hir ada dua macam, yaitu :  
1) Mengumpulkan  shalat  Dhuhur  dan  shalat  Ashar,  dikerjakan  pada  waktu Ashar.
2) Mengumpulkan  shalat  Maghrib    dan  shalat  Isya',  dikerjakan  pada  waktu Isya'

3.   Syarat-Syarat Umum Shalat Jama`
a)    Musafir,  orang  yang  sedang  dalam  perjalanan  dan  perjalanannya  tidak  untuk maksiat.
b)   Jarak perjalanan  minimal  80.64  km  ( menurut  sebagian  ulama`  tidak disyaratkan jarak jauhnya perjalanan sebagaimana tersebut di atas  (jauh dekat sama saja)
c)    Tidak boleh makmum dengan orang yang mukim
d)   Dalam keadaan tertentu, seperti : sedang sakit, hujan lebat  
e)    Berniat shalat jamak 

Syarat Jama’ Ta’qdim
a.       Dikerjakan dengan tertib; yakni dengan shalat yang pertama misalnya zhuhur dahulu, kemudian ashar. Dan maghrib dahulu kemudian isya.
b.      Niat jama’ dilakukan (dilahirkan) pada shalat pertama.
c.       Berurutan antara keduanya; yakni tidak boleh disela dengan shalat sunat atau lain-lain.

Syarat Jama’ Ta’khir
1)      Niat jama’ ta’khir dilakukan pada shalat yang pertama.
2)      Masih dalam perjalanan tempat datangnya waktu yang kedua.

4. Shalat Jama’ Bagi Yang Tidak Musafir
Orang yang bukan musafir, boleh juga mengerjakan jama’ shalat kalau dalam keadaan darurat. Misalnya orang yang sedang mengerjakan shalat berjama’ah di mesjid di suatu tempat khusus seperti di mesjid atau mushalla, kemudian turun hujan lebat yang menghalangi orang untuk pulang dan kembali lagi untuk berjama’ah.
Melanjutkannya haruslah dengan syarat-syarat sebagai berikut:
a.                        Hujan lebat hingga menyulitkan perjalanan.
اَنَّ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَمَعَ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ فِى لَّيْلَةٍ مَطِيْرَةٍ. (رواه البخارى)
 “Bahwasanya Nabi Saw. Menjama’ shalat Maghrib dan ‘Isya di malam yang hujan lebat”. (HR. Bukhari)

b.      Setelah selesai shalat pertama, hujan masih berjalan terus, sampai pada permulaan shalat yang kedua.
c.       Dikerjakan berurutan antara keduanya.
d.      Tertib; yaitu mendahulukan zhuhur daripada ashar, atau maghrib daripada ‘isya.
Dalam hal ini hanya boleh jama’ taqdim saja.
e.       Shalat yang kedua juga dilakukan dengan berjama’ah.

 5.   Praktek Shalat jama`
- Cara Melaksanakan Salat Jamak Takdim
Misalnya salat Zhuhur dengan asar: salat zuhur dahulu empat rakaat kemudian salat asar empat rakaat, dilaksanakan pada waktu duhur.
Tata caranya sebagai berikut:
a)      Berniat salat duhur dengan jamak takdim. Bila dilafalkan yaitu:
b)    اُصَلِّى فَرْضَ الظُهْرِ اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ جَمْعًا تَقْدِيْمًا مَعَ العَصْرِ فَرْضًا للهِ تَعَالى
c)      ” Saya niat salat salat duhur empat rakaat digabungkan dengan salat asar dengan jamak takdim karena Allah Ta’ala”
d)     Takbiratul ihram
e)      Salat zuhur empat rakaat seperti biasa.
f)       Salam.
g)      Berdiri lagi dan berniat salat yang kedua (asar), jika dilafalkan sebagai berikut;
اُصَلِّى فَرْضَ العَصْرِ اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ جَمْعًا تَقْدِيْمًا مَعَ الظُهْرِ فَرْضًا للهِ تَعَالى
“ Saya niat salat asar empat rakaat digabungkan dengan salat duhur dengan jamak takdim karena Allah ta’ala.
h)      Takbiratul Ihram
i)        Salat asar empat rakaat seperti biasa.
j)        Salam.
Catatan: Setelah salam pada salat yang pertama harus langsung berdiri,tidak boleh diselingi perbuatan atau perkataan misalnya zikir, berdo’a, bercakap-cakap dan lain-lain).
-Cara Melaksanakan Salat Jamak Ta’khir.
Misalnya salat magrib dengan ‘isya: boleh salat magrib dulu tiga rakaat kemudian salat ‘isya empat rakaat, dilaksanakan pada waktu ‘isya.
Tata caranya sebagai berikut:
a)      Berniat menjamak salat magrib dengan jamak ta’khir. Bila dilafalkan yaitu:
b)    اُصَلِى فَرْضَ المَغْرِبِ ثَلاَثَ رَكَعَاتٍ جَمْعًا تَأخِيْرًا مَعَ العِشَاءِ فَرْضًا للهِ تَعَالَى
c)      “ Saya niat salat salat magrib tiga rakaat digabungkan dengan salat ‘isya dengan jamak ta’khir karena Allah Ta’ala”
d)     Takbiratul ihram
e)      Salat magrib tiga rakaat seperti biasa.
f)       Salam.
g)      Berdiri lagi dan berniat salat yang kedua (‘isya), jika dilafalkan sebagai berikut;
h)    اُصَلّى فَرْضَ العِسَاءِ اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ جَمْعًا تَأخِيْرًا مَعَ المَغْرِبِ فَرْضًا للهِ تَعَالَى
i)        “ Saya berniat salat ‘isya empat rakaat digabungkan dengan salat magrib dengan jamak ta’khir karena Allah Ta’ala.”
j)        Takbiratul Ihram
k)      Salat ‘isya empat rakaat seperti biasa.
l)        Salam.
Catatan: Ketentuan setelah salam pada salat yang pertama sama seperti salat jamak takdim. Untuk menghormati datangnya waktu salat, hendaknya keuika waktu salat pertama sudah tiba, maka orang yang akan menjamak ta’khir, sudah berniat untuk menjamak ta’khir salatnya, walaupun salatnya dilaksanakan pada waktu yang kedua.



  1. KETENTUAN SHALAT QASHAR

1. Pengertian Shalat Qashar 
Qashar  menurut  bahasa  berarti  meringkas,  sedangkan  shalat  qashar  adalah meringkas  shalat  wajib  empat  raka`at  menjadi  dua raka`at.  Mengqashar shalat  bagi orang  yang  memenuhi syarat  hukumnya  mubah  (boleh) karena merupakan rukhshah (keringanan)  dalam  melaksanakan  shalat  bagi  orang -orang  yang  sudah  memenuhi syarat.
Shalat  yang  boleh  diqashar  adalah  shalat  zhuhur,  ashar  dan  isya.  Shalat Maghrib  dan  Subuh  tidak  boleh  diqashar  karena  jumlah  rakaatnya  tidak  empat rakaat. Firman Allah SWT. :

وَإِذَا ضَرَبۡتُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَلَيۡسَ عَلَيۡكُمۡ جُنَاحٌ أَن تَقۡصُرُواْ مِنَ ٱلصَّلَوٰةِ إِنۡ خِفۡتُمۡ أَن يَفۡتِنَكُمُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْۚ إِنَّ ٱلۡكَٰفِرِينَ كَانُواْ لَكُمۡ عَدُوّٗا مُّبِينٗا ١٠١
Artinya  :  "Dan  apabila  kamu  bepergian  di  atas  bumi,  maka  tidaklah  mengapa  kamu meringkas shalatmu jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh kamu yang amat nyata`: (QS. An Nisa : 101)

Dalam prakteknya,  shalat qashar dilaksanakan  bersamaan shalat  jama`, jarang shalat qashar  dilaksanakan  sendiri/tidak  bersamaan  shalat  jama.  Dengan  demikian,  shalat jama` qashar adalah shalat jama` yang dilaksanakan dengan cara qashar/diringkas. 

Hukum shalat qashar itu boleh, sebagaimana firman Allah Swt:
وَاِذَا ضَرَبْتُمْ فِى اْلاَرْضِ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ اَنْ تَقْصُرُوْا مِنَ الصَّلَوَاةِ.
 “Apabila kamu mengadakan perjalanan di atas bumi (di darat maupun di laut) maka tidak ada halangan bagimu untuk memendekkan shalat”. (QS. An-Nisa’, ayat 101)

Menurut madhab Syafi’i dinyatakan lebih baik mengqashar bagi orang yang musafir yang cukup syarat-syaratnya. Demikian berdasarkan hadits sebagai berikut:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّىاللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِنَّ اللهَ تَعَالَى يُحِبُّ اَنْ تُؤْتَى رُخَصُهُ كَمَا يَكْرَهُ اَنْ تُؤْتَى مَعْصِيَتُهُ. (رواه احمد وصححه ابن خزيمة وابن حبان)
Dari Ibn Umar r.a. ia berkata: rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala suka (senang) apabila segala kelonggarannya diterima (dilaksanakan oleh kamu), sebagai mana Ia sangat benci apabila segala kemaksiatannya dikerjakan oleh kamu”. (H.R. Ahmad)

2.     Syarat sah Shalat Qashar
1.  Orang yang boleh mengqashar adalah musafir yang bukan karena maksiat. 
2.  Berniat mengqashar pada waktu takbiratul ikhram.
 3. Jarak perjalanan sekurang-kurangnya dua hari perjalanan kaki, atau dua marhalah (yaitu sama dengan 16 farsah). Keterangan ini berdasarkan hadits Nabi Saw:
كَانَ ابْنُ عُمَرَ وَابْنُ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمْ يَقْصُرَانِ وَيُفْطِرَانِ فِىاَرْبَعَتِ بُرُدٍ وَهِيَ سِتَّةُ عَشَرَ فَرْسَخًا. (رواه البخارى)
 “Pernah Ibn Umar dan Ibnu Abbas ra. mengqahar dan berbuka dalam perjalanan sejauh empat burud, yaitu enam belas farsakh”. (HR. Bukhari)

Ulama berbeda pendapat ukuran 16 farsah, Jarak  perjalanannya  sudah  ada  80,64  km. (menurut  sebagian  ulama  tidak disyaratkan jarak jauhnya perjalanan sebagaimana tersebut di atas)

Tentang batas waktu musafir, sebagian para ulama menyatakan tiga hari tiga malam saja. Selebihnya dianggap sudah menjadi muqim. Hal ini berdasarkan hadits Nabi Saw:
عَنِ الْعُلاَءِبْنِ الْحَضْرَمِى رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ النَّبِيِّ صَلَّىاللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَمْكُثُ الْمَهَاجِرُ بَعْدَ قَفَاءِ نُسَكِهِ ثَلاَثًا. (رواه البخارى ومسلم)
Artinya:
Dari Al-Ula bin Hadrami ra. Ia berkata: Nabi Muhammad Saw: bersabda: “Telah tinggal kaum Muhajirin di Mekkah selama tiga hari setelah menunaikan rukun hajinya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
            Cara mengqasar shalat:
· salat yang berjumlah 4 rakaat (zuhur, asar dan isya) dapat diqasar menjadi 2 rakaat. Dalam prakteknya, bila sesorang melaksanakan sahalat jama’ qasar zuhur dan asar maka zuhurnya dikerjakan 2 rakaat dan asarnya 2 rakaat
· salat magrib adalah salat yang rakaatnya tidak bisa diqasar. Apabila diqasar tetap dilaksanakan 3 rakaat.  sesorang yang ingin melaksanakan jama, qasar antara salat magrib dan isya, maka magrib dilaksanakan 3 rakaat dan isya 2 rakaat.
· Adapun salat subuh tidak dapat dijama’ ataupun diqasar


C.     SHALAT JAMA QASHAR


Praktik  Shalat Jama` Qashar  

A. Salat Jamak Qasar menggunakan Jamak Takdim:
 misalnya salat duhur dengan asar. Tata caranya sebagai berikut:
1.      Berniat menjamak qasar salat duhur dengan jamak takdim. Jika dilafalkan sebagai berikut:
اُصَلّى فَرْضَ الظُهْرِ رَكْعَتَيْنِ قَصْرًا مَجْمُوْعًا اِلَيْهِ العَصْرُ جَمْعَ تَقْدِيْمًا للهِ تَعَالَى
“ Saya berniat salat duhur dua rakaat digabungkan dengan salat asar dengan jamak takdim, diqasar karena Allah Ta’ala”
1.      Takbiratul ihram.
2.      Salat duhur dua rakaat (diringkas)
3.      Salam.
4.      Berdiri dan niat salat asar, jika dilafalkan sebagai berikut:
اُصَلّى فَرْضَ العَصْرِ رَكْعَتَيْنِ قَصْرًا مَجْمُوْعًا اِلَى الظُهْرِ جَمْعَ تَقْدِيْمًا للهِ تَعَالَى
“ Saya berniat salat asar dua rakaat digabungkan dengan salat duhur dengan jamak takdim, diqasar karena Allah Ta’ala”
1.      Takbiratul ihram.
2.      Salat asar dua rakaat (diringkas)
3.      Salam
B. Salat Jamak Qasar menggunakan Jamak Ta’khir
Misalnya salat magrib dengan ‘isya. Tata caranya sebagai berikut:
1.      Berniat menjamak qasar salat magrib denganjamak ta’khir. Jika dilafalkan sebagai berikut:
اُصَلّى فَرْضَ المغرب ثَلاَثَ رَكَعَاتٍ مَجْمُوْعًا اِلَى العِشَاءِ جَمْعَ تَاْخِيْرًا للهِ تَعَالَى
“ Saya berniat salat magrib tiga rakaat digabungkan dengan salat isya’ dengan jamak ta’khir karena Allah Ta’ala.”
1.      Takbiratul ihram.
2.      Salat magrib tiga rakaat seperti biasa.
3.      Salam.
4.      Berdiri dan niat salat isya’. Jika dilafalkan sebagai berikut:
اُصَلّى فَرْضَ العِشَاءِ رَكْعَتَيْنِ قَصْرًا مَجْمُوْعًا اِلَيْهِ المَغْرِبُ جَمْعَ تَاْخِيْرًا للهِ تَعَالَى
“ Saya berniat salat isya’ dua rakaat digabungkan dengan salat magrib dengan jamak ta’khir, diqasar karena Allah Ta’ala.”
1.      Takbiratul Ihram.
2.      Salat isya’ dua rakaat (diringkas)
3.      Salam

  1. HIKMAH SHALAT JAMA QASHAR

       
1.  Shalat  jamak  dan  Qashar  merupakan        rukhsah   (kemurahan)  dari  Allah  SWT terhadap  hamba-Nya  manakala  kita  sedang  bepergian  sehingga  dapat melaksanakan ibadah secara mudah sesuai dengan kondisinya
2.  Melaksanakan  shalat  secara  jamak  dan  Qashar  mengandung  arti  bahwa  Allah SWT  tidak  memperberat  terhadap  hamba-Nya  karena  sekalipun  shalatnya dikumpulkan dan diringkas tetapi tidak mengurangi pahalanya.
3.  Disyariatkan shalat jamak dan Qashar  supaya manusia  tidak  berani meninggalkan shalat karena ia dapat melaksanakan dengan mudah dan cepat.

SHALAT DALAM KEADAAN DARURAT

     1. Pengertian Shalat Dalam Keadaan Darurat
Shalat  fardu  lima  waktu  adalah  suatu  kewajiban  yang  disyariatkan  Allah  kepada hamba-hamba-Nya  untuk  dikerjakan.  Perintah  shalat  ini  berlaku  juga  bagi  orang  yang sedang  menderita  sakit,  sedang  dalam  kendaraan  dan  orang  yang  sedang  dalam keadaan  bagaimanapun  selama  ingatannya  masih  ada,  ia  wajib  mengerjakan  shalat.
Bagi  orang  yang  sedang  sakit  maupun  orang  yang  sedang  dalam  keadaan  sulit melaksanakan  shalat,  Allah  memberikan  keringanan-keringanan  (rukhsah)  sesuai dengan  kondisinya  masing-masing.  Dengan  demikian,  shalat  dalam  keadaan  darurat adalah shalat dalam keadaan terpaksa. 
 a. Shalat Dalam Kendaraan
Seseorang yang berpegian dengan kendaraan, tidak bisa melakukan banyak aktivitasnya secara normal, termasuk melaksanakan shalat. Mengingat kita di atas kendaraan, bisa jadi tidak memungkinkan untuk shalat dengan sempurna. Karena itu, ada beberapa catatan penting yang perlu kita perhatikan:
1)      Shalat wajib harus dilakukan dengan cara sempurna, yaitu dengan berdiri, bisa rukuk, bisa sujud, dan menghadap kiblat. Jika di atas sebuah kendaraan seseorang bisa shalat sambil berdiri, bisa rukuk, bisa sujud, dan menghadap kiblat maka dia boleh shalat wajib di atas kendaraan tersebut. Seperti orang yang shalat di kapal.
2)      Bersuci  (wudu),  bila  tidak  memungkinkan  menggunakan  air  karena  keterbatasan air, boleh bertayamum.
3)      jika di atas sebuah kendaraan seseorang tidak mungkin shalat sambil berdiri dan menghadap kiblat, maka cara shalatnya adalah duduk semampunya. Dari Imran bin Husain radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صلِّ قائماً فإن لم تستطع فقاعداً ، فإن لم تستطع فعلى جنب
Shalatlah sambil berdiri, jika tidak mampu, sambil duduk, dan jika tidak mampu shalatlah sambil tiduran.” (HR. Bukhari)
4)      jika di atas kendaraan mampu shalat sambil menghadap kiblat maka wajib shalat dengan menghadap kiblat, meskipun sambil duduk. Namun jika tidak memungkinkan menghadap kiblat, dia bisa shalat dengan menghadap sesuai arah kendaraan. Allah juga berfirman,
فاتقوا الله ما استطعتم
Bertaqwalah kepada Allah semampu kalian.” (QS. At-Taghabun: 16).
5)      Pada  waktu  takbiratul  ihram  hendaklah  menghadap  kiblat,  seterusnya  dapat menghadap sesuai dengan arah tujuan kendaraan. Firman Allah :
فَوَلِّ وَجۡهَكَ شَطۡرَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِۚ وَحَيۡثُ مَا كُنتُمۡ فَوَلُّواْ وُجُوهَكُمۡ شَطۡرَهُۥۗ
"Palingkanlah  wajahmu  ke  arah  Masjidil  Haram  dan  dimana  saja  kamu berada palingkan mukamu ke arahnya" : (QS. Al Baqarah : 144)
6)      ketentuan di atas hanya berlaku untuk shalat wajib. Adapun shalat sunah, boleh dilakukan dengan duduk dan tidak menghadap kiblat, meskipun dua hal itu bisa dilakukan. Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma mengatakan,
أن النبي صلى الله عليه وسلم  كان يصلي التطوع وهو راكب في غير القبلة
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat sunah di atas kendaraan tanpa menghadap kiblat. (HR. Bukhari)

    b. Shalat Bagi Orang Sakit
            Orang  yang  sedang  sakit  diwajibkan  pula  melaksanakan  shalat  selama  akal  dan ingatannya  masih  sehat  atau  masih  sadar.  Shalat  adalah  fardu  ain  yaitu  kewajiban yang  harus  dilaksanakan  oleh  setiap  pribadi  muslim.  Telah  kita  ketahui  bersama bahwa  shalat  itu  tiang  agama,  maka  barang  siapa  yang  mendirikan  shalat  berarti agamanya  telah  tegak,  sebaliknya  jika  meninggalkan  shalat  berarti  agamanya  telah roboh.
            Karena  pentingnya  shalat  itu,  maka  dalam  kondisi  dan situasi  apa pun  kita  wajib melaksanakan  shalat.  Bagi  orang  yang  tidak  bisa  berdiri,  maka  dapat  mengerjakan shalat  dengan  duduk  seperti  duduk  di  antara  dua  sujud.  Jika  tidak  mampu  dengan duduk  dengan  berbaring  di  atas  lambung,  dan  jika  tidak  mampu,  maka  dengan berbaring terlentang. Rasulullah SAW bersabda:
يُصَلِّيْ الْمَرِيْضُ قَائِماً إِنِ اسْتَطَاعَ، فَإِنْ لَـمْ يَسْتَطِعْ صَلّـٰى قاَعِداً، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ أَنْ يَسْجُدَ أَوْمَأَ، وَجَعَلَ سُجُوْدَهُ أَخْفَضَ مِنْ رُكُوْعِهِ، فَإنْ لَمْ يَسْتَطِعْ أَنْ يُصَلِّيَ قَاعِداً صلّـٰى عَلٰى جَنْبِهِ اْلأَيْمَنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ أَنْ يُصَلِّيَ عَلٰى جَنْبِهِ اْلأَيْمَنِ، صَلّـٰى مُسْتَلْقِـياً رِجْلَهُ مِمَّا يَلِي اْلقِبْلَةَ. (رواه الدار قطني)
“Orang yang sakit jika hendak melakukan shalat, apabila mampu berdiri, maka shalatnya dengan berdiri, apabila tidak mampu berdiri, maka dengan duduk, apabila tidak mampu sujud, maka dengan isyaroh dan menjadikan sujudnya lebih rendah daripada ruku’nya, apabila tetap tidak mampu, maka dengan tidur miring sambil menghadap qiblat, apabila tidak masih mampu, maka dengan mengarahkan kakinya ke arah qiblat (tidur terlentang).” (HR. Ad Daruquthni)
            Orang yang akan menunaikan shalat hendaklah suci dari hadas dan najis.  Namun jika  tidak  bisa  melaksanakan  sendiri  bisa  minta  bantuan  orang  lain.  Dan  jika  tidak mungkin  boleh  bersuci  sebisanya.  Cara  wudhunya,  jika  masih  mampu  menggunakan air  wudu  dapat  dilakukan  di  atas  tempat  tidur  atau  dengan  bantuan  orang  lain  atau diwudukan  orang  lain,  akan tetapi jika  tidak  sanggup  menggunakan  air  atau  menurut pertimbangan  dokter  tidak  boleh,  maka  digantikan  dengan  tayamum  atau  ditayamumkan oleh orang lain sebagai ganti wudu dan mandi.
1. Cara shalat dengan duduk
a.       Duduklah  seperti  duduk  di  antara  dua  sujud  seperti  pada (tahiyat  awal), sedekap, membaca doa iftitah, fatihah dan membaca ayat Al-Qur'an.
b.      Rukuk yaitu dengan duduk membungkuk membaca tasbih rukuk sebagaimana biasa.
c.       I'tidal (dengan duduk kembali).
d.      Sesudah  itu  sujud  sebagaimana  sujud  biasa  dengan  membaca tasbih. Kemudian  menyempurnakan  rakaat  yang  kedua           sebagaimana    rakaat  yang pertama.
2. Cara shalat dengan tidur pada lambung
a.       Hendaklah  berbaring  dengan  di  atas  lambung  kanannya  (tidur  miring) membujur ke selatan. 
b.      Telinga sebelah kanan tertindih kepala bagian kanan.
c.       Perut dada kaki  menghadap  kiblat,  kemudian  niat  dan  takbiratul  ihram, lalu membaca bacaan seperti biasa dalam shalat.
d.      Untuk  melakukan  rukuk  dan  sujud  cukup  dengan  anggukan  kepala dan  ke depan pelupuk mata.
e.       Jika  tidak  bisa, maka  gunakan  dalam hati  selama  kita  masih sadar. Demikian dilakukan hingga salam.

3.   Cara shalat dengan terlentang
a.       Dengan  cara  tidur  terlentang  kepala  ditinggikan  dengan  bantal  muka diarahkan ke kiblat. 
b.      Kemudian berniat shalat sesuai dengan shalat yang diinginkan.
c.       Untuk melakukan rukuk sujud cukup dengan kedipan mata.
d.      Jika tidak bisa gunakan dalam hati selama masih sadar.
e.       Adapun bacaan-bacaannya adalah seperti  dalam  bacaan shalat  biasa sampai selesai.

a.       Shalat Jama Takdim
Misalnya salat duhur dengan asar: salat duhur dahulu empat rakaat kemudian salat asar empat rakaat, dilaksanakan pada waktu duhur. Tata caranya sebagai berikut:
1)      Berniat salat duhur dengan jamak takdim. Bila dilafalkan yaitu:
اُصَلِّى فَرْضَ الظُهْرِ اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ جَمْعًا تَقْدِيْمًا مَعَ العَصْرِ فَرْضًا للهِ تَعَالى
2)      ” Saya niat salat salat duhur empat rakaat digabungkan dengan salat asar dengan jamak takdim karena Allah Ta’ala”
3)      Takbiratul ihram
4)      Salat duhur empat rakaat seperti biasa.
5)      Salam.
6)      Berdiri lagi dan berniat salat yang kedua (asar), jika dilafalkan sebagai berikut;
اُصَلِّى فَرْضَ العَصْرِ اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ جَمْعًا تَقْدِيْمًا مَعَ الظُهْرِ فَرْضًا للهِ تَعَالى
7)    Takbiratul Ihram
8)    Salat asar empat rakaat seperti biasa.
9)    Salam.
Catatan: Setelah salam pada salat yang pertama harus langsung berdiri,tidak boleh diselingi perbuatan atau perkataan misalnya zikir, berdo’a, bercakap-cakap dan lain-lain).

b.      Shalat Jama Takhir
Misalnya salat magrib dengan ‘isya: boleh salat magrib dulu tiga rakaat kemudian salat ‘isya empat rakaat, dilaksanakan pada waktu ‘isya. Tata caranya sebagai berikut:
1)      Berniat menjamak salat magrib dengan jamak ta’khir. Bila dilafalkanyaitu:
اُصَلِى فَرْضَ المَغْرِبِ ثَلاَثَ رَكَعَاتٍ جَمْعًا تَأخِيْرًا مَعَ العِشَاءِ فَرْضًا للهِ تََعَالَى
2)      Takbiratul ihram
3)      Salat magrib tiga rakaat seperti biasa.
4)      Salam.
5)      Berdiri lagi dan berniat salat yang kedua (‘isya), jika dilafalkan sebagai berikut;
اُصَلّى فَرْضَ العِسَاءِ اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ جَمْعًا تَأخِيْرًا مَعَ المَغْرِبِ فَرْضًا للهِ تََعَالَى
6)      Takbiratul Ihram
7)      Salat ‘isya empat rakaat seperti biasa.
8)      Salam.
Catatan: Ketentuan setelah salam pada salat yang pertama sama seperti salat jamak takdim. Untuk menghormati datangnya waktu salat, hendaknya keuika waktu salat pertama sudah tiba, maka orang yang akan menjamak ta’khir, sudah berniat untuk menjamak ta’khir salatnya, walaupun salatnya dilaksanakan pada waktu yang kedua.

c.       Shalat Jamak Qasar menggunakan Jamak Takdim
Misalnya salat duhur dengan asar. Tata caranya sebagai berikut:
1)      Berniat menjamak qasar salat duhur dengan jamak takdim. Jika dilafalkan sebagai berikut:
اُصَلّى فَرْضَ الظُهْرِ رَكْعَتَيْنِ قَصْرًا مَجْمُوْعًا اِلَيْهِ العَصْرُ جَمْعَ تَقْدِيْمًا للهِ تَعَالَى
2)      Takbiratul ihram.
3)      Salat duhur dua rakaat (diringkas)
4)      Salam.
5)      Berdiri dan niat salat asar, jika dilafalkan sebagai berikut:
اُصَلّى فَرْضَ العَصْرِ رَكْعَتَيْنِ قَصْرًا مَجْمُوْعًا اِلَِى الظُهْرِ جَمْعَ تَقْدِيْمًا للهِ تَعَالَى
6)      Takbiratul ihram.
7)      Salat asar dua rakaat (diringkas)
8)      Salam

d.      Shalat dalam  keadaan  sakit
1)      Shalat Berdiri tetapi tidak bisa ruku atau sujud
Orang yang mampu berdiri namun tidak mampu ruku’ atau sujud, ia tetap wajib berdiri. Ia harus shalat dengan berdiri dan melakukan ruku’ dengan menundukkan badannya. Bila ia tidak mampu membungkukkan punggungnya sama sekali, maka cukup dengan menundukkan lehernya, kemudian duduk, lalu menundukkan badan untuk sujud dalam keadaan duduk dengan mendekatkan wajahnya ke tanah sebisa mungkin
2)      Shalat Dengan Duduk
Shalat dengan duduk boleh dilakukan dengan berbagai posisi duduk, tetapi yang lebih utama adalah dengan duduk iftirosy seperti ketika tasyahud awal. Sedangkan rukun shalat yang lain dilakukan seperti orang yang sehat, termasuk ruku’ dan sujudnya. Hanya saja, apabila tidak mampu ruku’ secara sempurna, maka ruku’ dilakukan dalam keadaan duduk dengan cara membungkukkan kepala sekira kening sejajar dengan kedua lutut atau sejajar dengan tempat sujud, dan sujud dilakukan secara sempurna. Bila tidak mampu, maka dengan membungkukkan kepala sekira posisi kepala saat sujud lebih rendah dibanding saat ruku’.
3)      Shalat dengan Tidur Miring
Saat shalat dilakukan dengan tidur miring, maka sunah memakai sisi lambung sebelah kanan, dan posisi kepala berada di utara. Seperti halnya shalat dengan posisi duduk, shalat dengan posisi ini juga harus melakukan rukun shalat yang lain seperti orang sehat. Untuk ruku’ dan sujud bila tidak bisa dilakukan dengan sempurna, maka isyaroh kepala untuk sujud lebih rendah dibanding isyaroh untuk ruku’.
4)      Shalat dengan Terlentang
Bila shalat dilakukan dengan terlentang, maka posisi kepala wajib sedikit diangkat. Hal ini agar kepala dan sebagian dada dapat menghadap ke arah qiblat. Sedangkan untuk ruku’ dan sujud dilakukan dengan isyaroh kepala bila tidak mampu dilakukan secara sempurna. Dan yang harus diperhatikan di sini adalah isyaroh kepala untuk sujud harus lebih rendah dibanding isyaroh untuk ruku’.
5)      Shalat dengan Isyaroh Mata dan Shalat dalam Hati
Saat kondisi seseorang benar-benar kritis dan yang bisa digerakkan hanya matanya, maka semua rukun shalat dikerjakan dengan isyaroh mata.

MOTIVASI

Seorang sahabat mengadu kepada Rasulullah, bahwa kalau mengerjakan shalat tidak dapat khusyuk sepenuhnya. Sering kali ia masih teringat akan hal-hal lain, termasuk urusan rumah tangga, utang piutang dn sebagainya
''Tidak ada orang yang dapat sempurna dan khusyuk sepenuhnya dalam mengerjakan shalat dari awal hingga akhir.'' Jawab Rasulullah..
''Saya bisa, ya Rasulullah, ''tiba-tiba Ali bin Abi Thalib menyela.
''Betul?'' tanya Rasulullah. ''Benar, Rasulullah, ''jawab Ali bin Abi Thalib dengan yakin.
''Jika memang benar kau dapat sempurna dan Khusyuk dari awal hingga akhir, akan kuberikan sorbanku yang terbaik sebagai hadiah untukmu, ''Janji Rasulullah.
Kemudian Ali bin Abi Thalib mengerjakan shalat sunnah dua rakaat, terlihat dia mengerjakannya dengan penuh kekhusyukan. Setelah selesai ia ditanya oleh Nabi. ''Bagaimana? Kau bisa mengerjakannya dengan khusyuk dan sempurna?''
''Pada rakaat pertama, saya mengerjakannya dengan khusyuk, ''jawab Ali dengan muka murung. ''Dan pada rakaat yang kedua, ketika sujud yang terakhir saya tetap khusyuk hingga duduk tasyahud. Namun ketika mendekati salam, barulah hati saya berubah, teringat akan janjimu, ya Rasulullah, bahwa engkau akan memberikan hadiah Sorban terbagus milikmu untuk saya. Maka rusaklah kekhusyukan shalat saya.''
Hal itu terjadi pula dengan yang lain, ''ujar Nabi. ''Sebab khusyuk itu diukur oleh Allah sebatas kemampuan manusia. Yang penting, ketika pikiranmu terbawa kepada urusan lain, cepat-cepat kembalikan kepada shalatmu lagi. Dalam mengerjakan shalat , memang hendaknya seakan-akan kita mampu melihat dan berbicara kepada Allah. Tetapi kalau tidak mampu, asalkan kita ingat bahwa Allah melihat kita, itu sudah memadai.


RANGKUMAN

  1. Syariat tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya. Salah satu bentuk kemudahan dalam syariat adalah memperbolehkan seseorang (misalnya orang sakit atau musafir) untuk melaksanakan shalat dengan merpendek yaitu shalat 4 rakaat dijadikan shalat 2 rakaat (shalat qashar), atau dua shalat fardhu (misalnya shalat magrib dan Isya) digabungkan dalam satu waktu (shalat jama’).
  2. Jama`  menurut  bahasa  berarti  mengumpulkan.  Sedangkan  shalat  jama`  menurut istilah  adalah  mengumpulkan  dua  shalat  wajib  yang  dikerjakan  dalam  satu waktu. Misalnya menggabungkan salat dhuhur dan ashar dikerjakan pada waktu dhuhur atau pada waktu ashar. Atau menggabungkan salat magrib dan ‘isya dikerjakan pada waktu magrib atau pada waktu ‘isya.
  3. Menjamak shalat hukumnya  mubah atau  boleh bagi orang yang sudah memenuhi syarat. 
  4. Macam-macam shalat jama`, yaitu Jama’  Taqdim,  adalah  mengumpulkan  dua  shalat  wajib  dikerjakan  pada  waktu yang pertama (awal). Misalnya mengumpulkan  shalat  dhuhur  dan  shalat  ashar,  dikerjakan  pada  waktu Zhuhur. Dan Jama’  Ta'khir,  adalah  mengumpulkan  dua  shalatwajib  yang  dikerjakan  pada waktu yang kedua (akhir). Misalnya mengumpulkan  shalat  Dhuhur  dan  shalat  Ashar,  dikerjakan  pada  waktu Ashar.
  5. Syarat-Syarat Umum Shalat Jama`: musafir, tidak boleh makmum kepada yang mukim, dalam keadaan terntentu (hujan lebat, sakit, dan sebagainya), dan berniat shalat jama’
  6. Qashar  menurut  bahasa  berarti  meringkas,  sedangkan  shalat  qashar  adalah meringkas  shalat  wajib  empat  raka`at  menjadi  dua raka`at.  Mengqashar shalat  bagi orang  yang  memenuhi syarat  hukumnya  mubah  (boleh) karena merupakan rukhshah (keringanan)  dalam  melaksanakan  shalat  bagi  orang -orang  yang  sudah  memenuhi syarat.
  7. Shalat  yang  boleh  diqashar  adalah  shalat  zhuhur,  ashar  dan  isya.  Shalat Maghrib  dan  Subuh  tidak  boleh  diqashar  karena  jumlah  rakaatnya  tidak  empat rakaat.
  8. Hukum shalat qashar itu boleh, walaupun madzab syafi’I mengajurkan untuk menqashar daripada tidak, karena qashar merupakan rukhsah dan hadiah Allah kepadanya
  9. Syarat sah Shalat Qashar: musafir yang bukan karena maksiat, berniat mengqashar,
  10. Bagi  orang  yang  sedang  sakit  maupun  orang  yang  sedang  dalam  keadaan  sulit melaksanakan  shalat,  Allah  memberikan  keringanan-keringanan  (rukhsah)  sesuai dengan  kondisinya  masing-masing.  Dengan  demikian,  shalat  dalam  keadaan  darurat adalah shalat dalam keadaan terpaksa, yaitu shalat dalam kendaraan dan shalat bagi orang sakit



0 Komentar untuk "KETENTUAN SALAT JAMA’, QASAR, JAMA’ QASAR DAN DALAM KEADAAN DARURAT Fiqih kelas 7 Kurtilas 2018"

Back To Top