ads
ads

SHALAT LIMA WAKTU Fiqih kelas 7 Kurtilas 2018


SHALAT LIMA WAKTU Fiqih kelas 7 Kurtilas 2018

1.    Tata cara Shalat Lima Waktu
a.    Pengertian dan Dalil Shalat Lima Waktu
Shalat  secara  bahasa  berarti  doa.  Secara  istilah  shalat  adalah  ibadah  yang terdiri  dari perkataan  dan  perbuatan  tertentu, yang  dimulai dengan  takbir, dan  diakhiri dengan salam. Shalat  wajib  juga  disebut  juga  dengan  shalat  fardlu  atau  shalat  maktubah  yang berarti shalat  yang  harus dikerjakan  orang Islam  yang telah  memenuhi  syarat.  Salat wajib  dibagi  menjadi  2  macam,  yaitu  Salat  fardlu  `ain  (seluruh  umat  islam  wajib menjalankannya)  dan  Salat  wajib  fardhu  kifayah  (apabila  salah  seorang  telah melaksanakan, maka gugurlah kewajiban bagi yang lainnya). 

Dasar hukum diwajibkannya shalat adalah firman Allah :

وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱرۡكَعُواْ مَعَ ٱلرَّٰكِعِينَ ٤٣
Artinya:  “Dan  dirikanlah  shalat  dan  bayarkanlah  zakat,  dan  ruku`lah  bersama  orang-orang yang ruku`” (QS. Al-Baqarah : 43)
                                                                                
اَوَّلٌ مَا يُحَاسَبُ عَلَيْهِ العَبْدُ يَوْمَ الْقِيامَةِ الصَّلاَةُ فَاِنْ صَلُحَتْ صَلُحَ سَائِر عَمَلِهِ وَاِنْ فَسَدَتْ فَسَدَتْ سَائِرُ عَممَلِهِ
Artinya: “Amal yang pertama  kali  akan  dihisab bagi seorang hamba  pada  hari  kiamat adalah  shalat.  Jika  shalatnya  baik,  maka  akan  dinilai  baik  semua  amalnya  yang  lain dan jika shalatnya rusak maka akan dinilai jeleklah semua amalnya yang lain”. (HR. At-Tabrani)

Shalat dalam Islam  menempati  kedudukan sangat penting, karena shalat  adalah perbuatan yang  pertama kali akan dihisab (dihitung) pertanggung jawabannya kelak di hari kiamat.

b.      Syarat Shalat
Adapun syarat shalat itu terdiri dua jenis, yaitu:
-          Syarat sah shalat:
1.    Suci badan dari hadats besar dan kecil. Hadats kecil ialah tidak dalam keadaan berwudhu dan hadats besar adalah belum mandi dari junub
2.    Suci badan, pakaian dan tempat dari najis
3.    Menutup  aurat (aurat  laki-laki  adalah  antara  pusar  sampai  lutut,  sedang  aurat  perempuan  adalah  seluruh  anggota  badan  kecuali  kedua  telapak  tangan  dan wajah)
4.    Telah masuk waktu shalat. Shalat tidak wajib dilaksanakan terkecuali apabila sudah masuk waktunya, dan tidak sah hukumnya shalat yang dilaksanakan sebelum masuk waktunya
5.     Menghadap kiblat, jika berada dalam masjid haram Mekah, maka harus menghadap langsung. Dan jika jauh dari baitullah, maka cukup menghadap ke arahnya.

-          Syarat Wajib Shalat:  
1.    Islam, Maka tidak sah shalat yang dilakukan oleh orang kafir, dan tidak diterima. Begitu pula halnya semua amalan yang mereka lakukan
2.    Baligh (lak-laki telah keluar sperma atau sudah berumur 15 tahun, dan perempuan telah keluar darah haid atau sudah berumur 15 tahun). Akan tetapi anak kecil itu hendaknya diperintahkan untuk melaksanakan shalat sejak berumur tujuh tahun dan shalatnya itu sunnah baginya
3.    Berakal, Maka tidaklah wajib shalat itu bagi orang gila atau mabuk
4.    Suci dari haid dan nifas bagi perempuan
5.     Telah sampai dakwah kepadanya, dan
6.    Terjaga, tidak sedang tidur.   

c.       Sunnah shalat
Sunah  shalat  merupakan  ucapan  atau  gerakan  yang  dilaksanakan  dalam  shalat  selain rukun shalat. Sunah-sunah shalat dibagi menjadi dua, yaitu :
1.      Sunah `Ab`ad
Sunah  `ab`ad  adalah  amalan  sunah  dalam  shalat yang  apabila  terlupakan  harus diganti dengan sujud sahwi. Yang termasuk sunah `ab`ad adalah :
-       Tasyahud awal
-       Membaca shalawat pada tasyahud awal
-       Membaca shalawat atas keluarga Nabi pada tasyahud akhir.
-       Membaca  qunut pada shalat Shubuh dan shalat witir pada pertengahan hingga akhir bulan Ramadhan
2.      Sunah Hai`at
Sunah hai`at adalah amalan sunah dalam shalat yang apabila terlupakan tidak perlu diganti dengan sujud sahwi. Yang termasuk sunah hai`at adalah :
-       Mengangkat tangan ketika takbiratul ikhram
-       Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri ketika sedekap.
-       Memandang ke tempat sujud
-       Membaca do`a iftitah
-       Tuma`ninah (diam sejenak) sebelum atau sesudah membaca surat al-Fatihah.
-       Membaca lafald “amin” sesudah membaca surat al-Fatihah.
-       Membaca surat selain surat al-Fatihah setelah membaca surat al-Fatihah.
-       Memperhatikan/mendengarkan bacaan imam (bagi makmum)
-       Mengeraskan suara pada dua rakaat pertama shalat maghrib, isya dan subuh.
-       Membaca takbir  intiqal  setiap ganti gerakan kecuali ketika berdiri dari ruku`.
-       Membaca ketika i`tidal.

d.         Yang Membatalkan Shalat
Adapun yang Membatalkan Shalat, antara lain:
-       Berbicara dengan sengaja
-       Bergerak dengan banyak (3 kali gerakan atau lebih berturut-turut)
-       Berhadats
-       Meninggalkan salah satu rukun shalat dengan sengaja
-       Terbuka auratnya
-       Merubah niat
-       Membelakangi kiblat
-       Makan dan minum
-       Tertawa
-       Murtad

e.        Rukun dan Syarat Shalat
Tentang rukun shalat ini dirumuskan menjadi 13 perkara:
1.      Niat, artinya menyengaja di dalam hati untuk melakukan shalat, misalnya berniat di dalam hati: Sengaja saya shalat Zhuhur empat raka'at karena Allah. Begitulah seterusnya untuk tiap-tiap macam shalat dengan niat yang tertentu pula.
2.      Berdiri, bagi yang berkuasa: (tidak dapat berdiri boleh dengan duduk, tidak dapat duduk boleh dengan berbaring).
3.      Takbiratul ihram: membaca "Allahu Akbar",
Berdasarkan hadits Ali:
مِفْتَاحُ الصَّلاَةِالطُّهُوْرُ, وَتَحْرِيْمُهَاالتَّكْبِيْرُ, وَتَحْلِيْلُهَاالتَّسْلِيْمُ  
Artinya: “Nabi saw bersabda: "Kunci shalat ialah bersuci, pembukaannya membaca takbir, dan penutupnya ialah memberi salam". (HR.  Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah dan Turmudzi).

4.      Membaca Surat Fatihah.
Dari Ubadah bin Shamit ra bahwa Nabi saw bersabda:
لاَصَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْبِفَاتِحَةِالْكِتَابَ.(رواهجماعة)
Artinya: “Tidak shah shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul-Kitab”. (HR. Jama'ah)

5.      Ruku' dan thuma'ninah, artinya membungkuk sehingga punggung menjadi sama datar dengan leher dan kedua belah tangannya memegang lutut.
Dari Abu Mas'ud Badari. Nabi saw bersabda:
لاَتُجْزِئُ صَلاَةٌلاَيُقِيْمُ الرَّجُلُ فِيْهَاصَلْبَهُ فِىالرُّكُوْعِ وَالسُّجُوْدِ. (روالخمسة)
   Artinya:
“Shalat tidak cukup bila seseorang tidak meluruskan punggungnya di waktu ruku' dan sujud”. (HR. Yang Berlima)

6.      I'tidal dengan thuma'ninah, artinya bangkit bangun dari ruku' dan kembali tegak lurus, thuma'ninah.
7.      Sujud dua kali dengan thuma'ninah, yaitu meletakkan kedua lutut, kedua tangan, kening dan hidung ke atas lantai.
Anggota-anggota sujud
Anggota sujud ialah muka, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua telapak kaki.
8.      Duduk antara dua sujud dengan thuma'ninah: artinya bangun kembali setelah sujud yang pertama untuk duduk sebentar, sementara menanti sujud yang kedua.
9.      Duduk untuk tasyahud pertama.
10.  Membaca tasyahud akhir: di waktu duduk di raka'at yang terakhir.
11.  Membaca shalawat atas Nabi: artinya setelah selesai tasyahud akhir, maka dilanjutkan membaca pula shalawat atas Nabi dan keluarganya.
12.  Mengucapkan salam yang pertama. Bila setelah selesai membaca tasyahud akhir dan shalawat atas Nabi dan keluarga beliau maka memberi salam. Yang wajib hanya  salam pertama.
13.  Tertib artinya berturut-turut menurut peraturan yang telah ditentukan.
Rukun-rukun fi'il itu harus dilaksanakan dengan thuma'ninah, yakni berhenti sejenak sekedar ucapan “subhanallah”.

f.     Bacaan-Bacaan Shalat Lima Waktu
Adapun berikut contoh bacaan-bacaan salat lima waktu
1.      Takbir
ketika memulai shalat, kita mengangkat tangan sambil mengucapkan
 الله اكبر                                                                                                    
2.      Doa iftitah
اَلله أَكْبَر كَبِيْرًا وَالحَمْدُلِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَأَصِيْلاً . وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ المُشْرِكِيْن . إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْن لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ المُسْلِمِيًن.
 “Allah Maha Besar lagi sempurna kebesarannya, segala puji bagi Allah dan Maha Suci Allah sepanjang pagi dan sore. Ku hadapkan muka dan hatiku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan keadaan lurus dan berserah diri dan aku bukanlah dari golongan kaum musrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah karena Allah, Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagiNya, demikianlah aku diperintah dan aku termasuk golongan orang-orang muslim.”
Atau:
اَللّهُمَّ باَعِدْ بَيْنِى وَبَيْنَ خَطَاياَيَ كَمَا باَعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
اَللّهُمَّ نَقِّنِى مِنَ الْخَطَاياَ كَماَ يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ
اَللّهُمَّ اغْسِلْ خَطَاياَيَ باِلْماَءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ.
 Artinya : “Ya Allah, jauhkanlah antara diriku dan di antara kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau jauhkan antara timur dan barat.
Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan sebagaimana dibersihkannya kain putih dari ko toran.Ya Allah, cucilah kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan embun.”

3.      Surat al-fatihah
Dalam membaca surat al-fatihah, kita harus memperhatikan makhraj dan tajwid.
بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ١ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٢ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ٣  مَٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ ٤ إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ ٥ ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ٦ صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ ٧
4.      Bacaan surat-surat al-Qur’an (misalnya surat al-ikhlas)
قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ ١  ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ ٢  لَمۡ يَلِدۡ وَلَمۡ يُولَدۡ ٣  وَلَمۡ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدُۢ ٤
5.      Doa ketika rukuk
Rukuk adalah membungkukkan badan membentuk sudut sembilan puluh derajat dengan menjadikan kedua tangan sebagai penyangga bertumpu pada kedua lutut kemudian membaca :  
 سُبْحَا نَ رَبِّيَ الْعَظِيم
Atau:
   وَبِحَمْدِه   سُبْحَا نَ رَبِّيَ الْعَظِيم
6.      Doa iktidal
iktidal adalah berdiri tegak kembali setelah rukuk. Ketika iktidal sambil mengangkat tangan kita membaca :
 سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهً                      
dilanjutkan membaca do’a berikut:
رَبَّنَا لكَ الْحَمْدُ مِلأُ السًّمواتِ وَ مِلأُ الاَرْضِ ومِلأُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
 atau:
رَبَّنَا وَلَكَ اْلحَمْدُ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ
7.Doa sujud
Sujud adalah membungkukkan badan dengan meletakkan beberapa anggota tubuh di lantai tempat sujud. Ketika  melakukan sujud kita membaca : 
سُبْحَا نَ رَبِّيَ الاَ عْلَى
Atau:
    وَبِحَمْدِه سُبْحَا نَ رَبِّيَ الاَ عْلَى
8.      Doa duduk antara dua sujud
رَبِّ اغْفِرْلِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَارْفَعْنِي وَارْزُقْنِي وَاهْدِنِيْ وَعاَفِنِي وَاعْفُ عَنِّي 
Atau:
اَللّهُمَّ اغْفِرْلِى وَارْحَمْنِى وَاجْبُرْنِى وَاهْدِنِى وَارْزُقْنِى

9.      Bacaan tasyahud awal
التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَا تُ لِلَّه اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ اَيُهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه اَلسَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِاللهِ الصَّالِحِيْن
 اَشْهَدُ اَنْ لَااِلَهَ اِلَّاالله وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدً اعَبْدُهُ وَرَسُوْلُه
Atau:
التَّحِيَّا تُ لِلَّه وَالصَّلَوَاتُ والطَّيِّبَا تُ اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ اَيُّهَا النَّبِيُّ  وَرَحْمَةُاللهِ وَبَرَكَاتُه اَلسَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِاللهِ الصَّالِحِيْن
 اَشْهَدُ اَنْ لَااِلَهَ اِلّااللَه وَاَشْهَدُ اَنَّ  مُحَمَّدً اعَبْدُهُ وَرَسُوْلُه 
10. Doa tasyahud akhir
Ketika duduk tasyahud akhir kita membaca doa tahiyat awal dilanjutkan membaca :
الَّلُهُّمَ صَلِّ عَلَى مُحَمّدٍ وَ عَلَى اَلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى اِبْرَاهِيْم وَعَلَى اَلِ اِبْرَاهِيْم وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّد كَمَا بَارَكْتَ عَلَى اِبْرَاهِيْم وَعَلَى اَلِ اِبْرَاهِيْم فِي اْلعَا لَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْد
11.  Doa-doa setelah membaca tasyahud akhir dan shalawat
a.       Doa memohon perlindungan dari adzab kubur
اَللَّهُمَّ  اِنِّي اَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيْح الدَّجَّال
b.      Doa mohon ampunan
اَللّهُمَّ اغْفِرْلِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا اَخَّرْتُ وَمَا اَسْرَرْتُ ومَااَسْرَفْتُ  اَنْتَ اَعْلَمُ بِهِ مِنّي اَنْتَ الْمُقَدّمُ وَاَنْتَ الُمُاَخِّرُ لاَاِلَهَ اِلاَّ اَنْت سُبْحَانَكَ اِنّي كُنْتٌ مِنَ الظَّالِمِيْن
12. Ucapan salam dalam shalat
Untuk mengakhiri shalat kita membaca :  السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

2.    Ketentuan Waktu Shalat Fardhu
Di dalam al-Qur'an, Allah SWT sudah menegaskan bahwa shalat itu ditentukan waktunya:
اِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتَابًا مَّوْقُوْتًا. (النساء: 102)
Artinya:
"Bahwasanya shalat itu adalah fardlu yang telah di tentukan waktunya untuk semua orang yang beriman". (S. An-Nisa', ayat102)

Waktu-waktu yang ditentukan ialah:
عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا اَنَّ النَّبِيِّ صَلَّىاللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ قَالَ: وَقْتُ الظُّهْرِ اِذَا زَالَتِ الشَّمْسِ وَكَانَ ظِلُّ الرَّجُلِ كَطُوْلِهِ مَالَمْ يَحْضُرْ وَقْتُ الْعَصْرِ، وَوَقْتُ الْعَصْرِ مَالَمْ تَصْفَرَّ الشَّمْسُ، وَوَقْتُ صَلاَةِ الْمَغْرِبِ مَالَمْ يَغِبِ الشَّفَقُ، وَوَقْتُ صَلاَةِ الْعِشَاءِ اِلَى نِصْفِ اللَّيْلِ اْلأَوْسَطِ، وَوَقْتُ صَلاَةِ الصُّبْحِ مِنْ طُلُوْعِ الْفَجْرِ مَالَمْ تَطْلُعِ الشَّمْسُ. (رواه مسلم)
Artinya:
"Dari 'Abdullah bin 'Amr ra bahwasanya Nabi saw bersabda: "Waktu Zhuhur itu ialah takala condong matahari (ke sebelah barat) sampai bayang-bayang orang sama dengan tingginya sebelum datang waktu 'Ashar: dan waktu 'Ashar sebelum kuning matahari, dan waktu maghrib sebelum hilang awan merah (setelah terbenam matahari), dan waktu shalat 'Isya hingga tengah malam,  dan waktu shalat Shubuh dari terbit fajar hingga sebelum terbit matahari".  (HR. Muslim)

1.      Shalat Zhuhur
Awal waktunya setelah condong matahari ke barat dari pertengahan langit dan akhir waktunya apabila bayang-bayang telah sama panjangnya dengan sesuatu.
2.      Waktu 'Ashar
Waktunya mulai dari habis waktu Zhuhur, sampai terbenam matahari
3.      Waktu Maghrib
Waktunya dari terbenam matahari, sampai terbenam syafaq yang merah (cahaya merah di kaki langit sebelah barat)
4.      Shalat 'Isya
Waktu 'Isya dari hilangnya syafaq merah sampai terbit fajar shadiq (Rasulullah saw kerap kali menta'khirkan 'Isya hingga sepertiga malam)
5.      Waktu Shubuh
Waktunya dari terbit fajar shadiq sampai terbit matahari.

Waktu-waktu yang dilarang untuk mengerjakan shalat (makruh-tahrim) orang mengerjakan shalat sunnat yang tiada sebab, ialah:
a.         Sesudah shalat Shubuh hingga terbit matahari agak tinggi.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لاَصَلاَةَ بَعْدَ الْفَجْرِ اِلاَّسَجْدَتَيْنِ. اخرجه الخمسة الاالنسائ. وفى رواية عبد الرزاو: لاَ صَلاَةَ بَعْدَ طُلُوْعِ الْفَجْرِ اِلاَّ رَكْعَتَىِالْفَجْرِ.
Artinya:
Dari Ibnu 'Umar ra, bahwasanya Rasulullah saw bersabda: "Tidak ada sembahyang (sunnat) sesudah fajar kecuali dua raka'at". Dikeluarkan oleh Imam yang lima kecuali Nasa'i, dan dalam riwayat Abdur-Razzak: "Tidak ada sembahyang setelah terbit fajar, kecuali dua raka'at fajar".

b.        Ketika matahari sedang tepat di puncak ketinggiannya hingga tergelincirnya. Kecuali pada hari Jum'at ketika orang masuk ke masjid untuk mengerjakan shalat tahiyyattal masjid.
c.         Sesudah 'Ashar hingga terbenam matahari.
Dalam sebuah riwayat, Nabi saw bersabda:

عَنْ اَبِى سَعِيْدٍالْخُدْرِى رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّىاللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقُوْلَ: لاَصَلاَةَ بَعْدَالصُّبْحِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، وَلاَصَلاَةَ بَعْدَالْعَصْرِحَتَّى تَغِيْبَ الشَّمْسُ. متفوق عليه, ولفظ مسلم: لاَصَلاَةَ بَعْدَصَلاَةَ الْفَجْرِ.
Artinya:
Dari Abu Sa'id Alkhudlriyyi ra, ia berkata: Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda: "Tidak ada sembahyang Shubuh sehingga terbit matahari, dan tidak ada sembahyang sehabis sembahyang 'Ashar hingga terbenam matahari". (Muttafaq 'alaih. Dan lafadh riwayat Muslim: "Tidak ada sembahyang sesudah sembahyang fajar")

d.        Ketika terbit matahari sehingga naik setombak/lembing. Ketika matahari sedang terbenam, sampai sempurna terbenamnya.






KETENTUAN SUJUD SYAHWI


     Sujud sahwi  adalah sujud  yang  dilakukan  karena seseorang  meninggalkan sunah ab`ad,  kekurangan  rakaat  atau  kelebihan  rakaat,  maupun  ragu-ragu  tentang  jumlah rakaat dalam shalat.

1. Pengertian
Istilah sujud berasal dari bahasa Arab, yaitu سَجَدَ-يَسْجُدُ- سُجُودًا” yang
Sujud sahwi dapat dilaksanakan sebelum maupun sesudah salam dengan membaca dzikir dan doa yang dibaca yang sama seperti sujud dalam shalat. Sebab-sebab sujud sahwi secara lebih rinci ada empat hal, yaitu :
-       Apabila  menambah  perbuatan  dari  jenis  shalat  karena  lupa,  seperti  berdiri,  atau ruku',  atau  sujud,  misalnya  ia  ruku'  dua  kali,  atau  berdiri  di  waktu  ia  harus  duduk, atau  shalat  lima  rakaat  pada  shalat  yang seharusnya empat  rakaat  misalnya,  maka ia  wajib  sujud  sahwi  karena  menambah  perbuatan,  setelah  salam,  baik  ingat sebelum salam atau sesudahnya.
-       Apabila  mengurangi  salah  satu  rukun  shalat,  apabila  ingat  sebelum  sampai  pada rukun yang  sama  pada  rakaat  berikutnya, maka  wajib kembali melakukannya,  dan apabila ingat  setelah sampai  pada  rukun yang  sama  pada  rakaat berikutnya,  maka tidak  kembali,  dan  rakaatnya  batal.  Apabila  ingat  setelah  salam,  maka  wajib melakukan  rukun  yang  ditinggalkan  dan  seterusnya  saja,  dan  sujud  sahwi  setelah salam.  Jika salam  sebelum  cukup rakaatnya,  seperti  orang  yang  shalat tiga  rakaat pada shalat yang empat rakaat, kemudian salam, lalu diingatkan, maka harus berdiri tanpa bertakbir dengan niat shalat, kemudian melakukan rakaat keempat, kemudian tahiyyat dan salam, kemudian sujud sahwi.
-       Apabila meninggalkan salah satu wajib shalat, seperti lupa  tidak tahiyat awal,  maka gugur baginya tahiyyat, dan wajib sujud sahwi sebelum salam.
-       Apabila  ragu  tentang  jumlah  rakaat,  apakah  baru  tiga  rakaat  atau  empat,  maka menganggap  yang lebih sedikit,  lalu menambah  satu  rakaat  lagi, dan  sujud  sahwi sebelum  salam,  apabila  dugaannya  lebih  kuat  pada  salah  satu  kemungkinan, maka harus melakukan yang lebih yakin, dan sujud setelah salam
2. Lafaz Sujud Sahwi
Sujud sahwi ialah sujud yang dilakukan karena kelupaan dalam shalat. Cara mengerjakannya sama dengan sujud biasa, artinya dengan takbir di antara dua sujud dan dikerjakan sesudah tahyat akhir sebelum salam. Adapun lafadz sujud sahwi:
سُبْحَانَ مَنْ لاَيَنَامُ وَلاَ يَسْهُوْا
Artinya:
      "Maha Suci Allah  yang tidak tidur dan tidak lupa".


C. TATACARA MELAKSANAKAN SHALAT LIMA WAKTU


Tata cara melaksanakan shalat lima waktu adalah sebagai berikut:

  1. Seorang muslim yang hendak melakukan shalat hendaklah berdiri tegak setelah masuk waktu shalat dalam keadaan suci dan menutup aurat serta menghadap kiblat dengan seluruh anggota badannya tanpa miring atau menoleh ke kiri dan ke kanan.
  2. Kemudian berniat untuk melakukan shalat yang ia mak-sudkan di dalam hatinya tanpa diucapkan.
  3. Kemudian melakukan takbiratul ihram, yaitu membaca Allahu Akbar sambil mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua bahunya ketika takbir.
  4. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada atau di bawahnya, tetapi di atas pusar.
  5. Kemudian membaca do'a iftitah, dan basmalah, kemudian membaca Al-Fatihah dan apabila sampai pada bacaan    وَلَا ٱلضَّآلِّينَ dia membaca aamiin.
  6. Kemudian membaca salah satu surat atau apa yang mudah baginya di antara ayat-ayat Al-Qur'an.
  7. Kemudian mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahunya lalu ruku' sambil mengucapkan Allahu Akbar selanjutnya memegang dua lutut dengan kedua tapak tangan dengan meratakan tulang punggung, tidak me-ngangkat kepalanya juga tidak terlalu membungkuk-kannya, dan jari-jari tangannya hendaknya dalam ke-adaan terbuka.
  8. Pada saat ruku', membaca    (   وَبِحَمْدِه )  سُبْحَا نَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ
“Maha suci Rabbku yang maha Agung” Sebanyak tiga kali
  1. Kemudian bangkit dari ruku' seraya mengangkat kedua tangan sejajar dengan kedua bahu sambil membaca:

سَمِعَ اللُّ لِمَنْ حَمِدَه

    "Allah Maha Mendengar orang yang memujiNya" sehingga tegak berdiri dalam keadaan i'tidal, kemudian membaca doa i’tidal.
  1. Kemudian sujud sambil mengucapkan Allahu Akbar, lalu sujud bertumpu pada tujuh anggota sujud, yaitu dahi (yang termasuk di dalamnya) hidung, dua telapak tangan, dua lutut dan ujung dua tapak kaki. Hendaknya diperhatikan agar dahi dan hidung betul-betul mengenai lantai, serta merenggangkan bagian atas lengannya dari samping badannya dan tidak meletakkan lengannya (hastanya) ke lantai dan mengarahkan ujung jari-jarinya ke arah kiblat.
  2. Membaca  (   وَبِحَمْدِه )    سُبْحَا نَ رَبِّيَ الْاَ عْلَى
"Maha Suci Rabbku Yang Maha Tinggi" sebanyak  tiga kali  dalam sujud.
  1. Bangkit dari sujud sambil mengucapkan Allahu Akbar, kemudian duduk iftirasy, yaitu bertumpu pada kaki kiri dan duduk di atasnya sambil menegakkan telapak kaki kanan seraya membaca:
رَبّ اغْفِرْلِي وَارْحَمْنِي واجْبٌرْنِي وارْفَعْنِي وَارْزُقْنِيوَاهْدِنِي وَعَافِنِي واعْفُ عَنِّي
  1. Kemudian sujud lagi seperti di atas, lalu bangkit untuk melaksanakan rakaat kedua sambil bertakbir. Kemu-dian melakukan seperti pada rakaat pertama, hanya saja tanpa membaca do'a iftitah lagi. Apabila telah menye-lesaikan rakaat kedua hendaknya duduk untuk melak-sanakan tasyahhud. Apabila shalatnya hanya dua rakaat saja seperti shalat Subuh, maka membaca tasyahhud kemudian membaca shalawat Nabi shallallaahu alaihi wasallam, lalu langsung salam, dengan mengucapkan:
 السلام عليكم ورحمة الله وبركة
"Semoga kesejahteraan dan rahmat Allah bagimu." Sambil menoleh ke kanan, kemudian mengucapkan salam lagi sambil menoleh ke kiri.
  1. Jika shalat itu termasuk shalat  yang lebih dari dua rakaat, maka berhenti ketika selesai membaca tasyahhud awwal, yaitu pada ucapan:
اَشْهَدُ اَنْ لَااِلَهَ اِلّااللَه وَاَشْهَدُ اَنَّ  مُحَمَّدً اعَبْدُهُ وَرَسُوْلُه 

"Aku bersaksi tidak ada sesembahan yang haq melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya."
 Kemudian bangkit berdiri sambil mengucapkan takbir dan mengangkat kedua tangan sejajar dengan kedua bahu, lalu mengerjakan rakaat berikutnya seperti rakaat sebelumnya, hanya saja terbatas pada bacaan surat Al-Fatihah saja.
  1. Kemudian duduk tawarruk, yaitu dengan menegakkan telapak kaki kanan dan meletakkan telapak kaki kiri di bawah betis kaki kanan, kemudian mendudukkan pantat di lantai serta meletakkan kedua tangan di atas kedua paha. Lalu membaca tasyahhud, membaca shalawat kepada Nabi shallallaahu alaihi wasallam dan meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dari empat perkara berikut:

اَللَّهُمَّ  اِنِّي اَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ  وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ
 فِتْنَةِ الْمَسِيْح الدَّجَّال

  1. "Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari siksa api Neraka, siksa kubur, fitnah hidup dan mati, dan dari fitnah Al-Masih Ad-Dajjal."
     
  2. Kemudian mengucapkan salam dengan suara yang jelas sambil menoleh ke kanan, lalu mengucapkan salam kedua sambil menoleh ke kiri.


D. TATACARA MELAKSANAKAN SUJUD SYAHWI


Tata cara mempratekkan sujud  sahwi sebagai berikut:
Sujud sahwi dapat dilaksanakan dengan dua macam cara, yaitu :
1.      Sebelum Salam Sujud  sahwi  dilaksanakan  setelah  membaca  tasyahud  akhir  sebelum  salam apabila kesalahan atau kelupaan dalam shalat diketahui sebelum salam.  Sujud sahwi  ini dilaksanakan dengan  membaca takbir terlebih  dahulu,  dilanjutkan dengan sujud  dan  membaca  bacaan  sujud  sahwi  3  x,  dilanjutkan  dengan  duduk iftirasyi,  dilanjutkan  dengan  sujud  sahwi  lagi  dengan  bacaan  yang sama,dilanjutkan  dengan  duduk  tawarud  (tasyahud  akhir),  membaca  takbir  dan dilanjutkan dengan salam.
2.      Setelah Salam, yaitu sujud sahwi dilaksanakan setelah  salam apabila  kesalahan atau kelupaan  dalam shalat  diketahui  setelah  salam.  Tata  caranya  sama  dengan  sujud  sahwi  sebelum salam.

Adapun  lafadz sujud sahwi:
سُبْحَانَ مَنْ لاَيَنَامُ وَلاَ يَسْهُوْا
Artinya:
            "Maha Suci Allah  yang tidak tidur dan tidak lupa".


E. NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM SHALAT


Pendidikan yang diberikan luqman pada anaknya merupakan contoh baik bagi orang tua. Luqman menyuruh anak-anaknya shalat ketika mereka masih kecil dalam Al Qur’an Allah swt berfirman :
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. (QS. Luqman : 17)
Dari ayat tersebut, Luqman menanamkan nilai-nilai pendidikan ibadah kepada anak-anaknya sejak dini. Dia bermaksud agar anak-anaknya mengenal tujuan hidup manusia, yaitu menghambakan diri kepada Allah swt. bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan yang patut disembah selain Allah swt. Apa yang dilakukan luqman kepada anak-anaknya bisa dicontoh orang tua zaman sekarang ini.  Rasulullah saw. memberikan tauladan pada umatnya tentang nilai pendidikan ibadah. Beliau mengajarkan anak yang berusia tujuh tahun harus sudah dilatih shalat dan ketika berusia sepuluh tahun mulai disiplin shalatnya sabda Nabi saw.
Rasulullah saw bersabda : “Suruhlah anak-anak kalian berlatih shalat sejak mereka berusia 7 tahun dan pukullah mereka jika meninggalkan shalat pada usia 10 tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka (sejak usia 10 tahun)”. (HR. abu dawud).
Nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalam shalat diantaranya:
a.    Shalat diawali dengan bersuci
        Hal ini tentunya mendidik kita agar senantiasa menjaga kesucian fitrah kita sebagai manusia dan mengingatkan kita bahwa Allah adalah dzat yang Maha Suci yang hanya menerima hamba-Nya yang suci untuk menghadap kepada-Nya.
b.   Shalat mendidik untuk berlaku jujur
        Dalam shalat, apabila ia buang angin yang tidak tertahankan pada saat shalat, tentunya  seseorang akan berhenti dari shalatnya dan mengulang lagi shalat-nya, karena kita semua tahu, buang angin pada saat shalat adalah hal yang membatalkan shalat. Berlaku jujur pada diri sendiri. Tentunya, berlaku jujur tidak hanya pada saat shalat, tetapi yang  perlu menjadi perhatian adalah mewujudkan perilaku jujur pada saat setelah shalat. Berlaku jujur dalam setiap perilaku, dalam setiap keadaan, baik dalam berbicara, dalam berdagang,  dan dalam seluruh aspek kehidupan kita.
c.    Shalat diakhiri salam ke kanan dan ke kiri
            Ucapan salam mengandung do’a.  Dan pada saat kita mengakhiri shalat, kita mendo’akan mereka yang ada di kanan dan kiri kita. Salah satu makna dari hal ini adalah, sebagaimana sabda rasulullah :
“Seorang muslim sejati adalah ketika manusia selamat dari lisan dan tangannya, dan mu’min sejati, adalah ketika manusia merasa aman darinya atas harta dan darahnya” (HR. Ahmad)
Artinya, seseorang yang mengakhiri salam dalam shalatnya, hendaknya menegakkan do’a yang ia setelah selesai melaksanakan shalat.  Sebagaimana sabda Rasulullah saw, maka ia tidak akan mencelakakan orang lain dengan lisan dan tangannya.
d.   Wujud terhadap nilai keikhlasan kepada Allah swt
Keikhlasan kepada Allah, tidak hanya tertanam dalam qolbu seseorang, yang lebih penting lagi adalah mewujudkannya dengan melakukan shalat. Ikhlas mengajarkan kepada kita untuk mencapai kesuksesan hakiki,  kesuksesan yang  abadi, dan kesuksesan  dalam pandangan Allah swt.






MOTIVASI

Menurut dr. Azwar Bahar, Sp. B.Onk, menyatakan shalat adalah deteksi dini gratis. Bila banyak penyakit harus melalui pemeriksaan penunjang, shalat mengisyaratkannya dengan nyeri atau pun tidak nyaman sewaktu melakukan rangkaian gerakan teratur ini.
Itu pun terkait dengan penyakit tulang yang sedang gencar dilawan: osteoporosis. Shalat menguatkan tulang, sementara osteoporosis melemahkan tulang terutama tulang belakang, pilar tubuh yang terbungkus dengan daging. Pilar ini terbentuk di usia empat masa janin. Disinilah terpancang kepala, rongga dada tempat lengan tersangkut, dan panggul tempat tungkai. Pilar ini juga memuat saraf untuk setiap anggota tubuh.
Jika digambarkan, tulang belakang terdiri dari 7 keping tulang leher (cervical), 12 dada (thorakal), 5 punggung (lumbar), 5 kelangkang (sacrum) yang bersatu dan 3-5 ekor (coccygeal) yang juga bersatu. Semuanya berada dalam satu tatanan yang tersusun rapi dan saling berhubungan dalam persendian yang diperkuat oleh ligamen (jaringan ikat). Di tengahnya terdapat terowongan yang diisi oleh saraf. Tulang belakang diperkuat pula di beberapa tempat. Di dada ia ditunjang oleh rongga dada dengan 12 keping tulang rusuk yang berhubungan langsung dengannya. Di kedua sisi rongga tempat paru dan jantung ini, terdapat bahu, tempat melekatnya lengan.
Otot dada dan bahu melapis kokoh susunan ini. Di punggung ia ditunjang oleh tulang panggul (coxae) tempat melekatnya tulang paha. Penyebaran gaya berat ini dilapisi otot punggung yang tebal dan kuat hingga meringankan bebannya. Keping tulang itu sendiri terdiri dari zat kapur. Kekurangan zat ini mengakibatkan keropos, sedangkan bila kelebihan mengakibatkan kekakuan. Untuk hidupnya, ia dialiri darah secara khusus dan diamankan dari infeksi dengan getah bening (limfe).
Maka,  tanda lahir dari makhluk berbentuk lain, si penerima amanah. Pilar inilah yang membuat manusia bukan hanya bisa berdiri, tetapi berjalan dengan tegak hingga mampu menunaikan perintah shalat.
Osteoporosis sendiri merupakan pengeroposan tulang yang terjadi di hari tua. Kejadiannya berhubungan erat dengan kualitas tulang di usia 28-an tahun. Pertumbuhan tulang diatur oleh dua hormone kelamin, yakni estrogen untuk wanita, dan testosterone lelaki. Menjelang usia 21-an, ia tumbuh dengan cepat hingga pergantian sel tulang yang pensiun karena habis masa kerjanya dapat diabaikan. Pertumbuhan berakhir di usia 28-an. Sesudah itu ia hanya bersifat peremajaan, yaitu sel baru seimbang dengan sel kadaluarsa. Di usia tua, kedua hormon ini berkurang sehingga peremajaan tidak terjadi. Bagi tulang belakang, shalat pada waktunya, seperti yang diajarkan Rasulullah saw. adalah jaminan mutu.
Demikian pula ketika berbicara mengenai aliran darah, pernapasan, ataupun aliran getah bening. Semuanya tuntas terpecahkan dalam tiap gerakan shalat. (www.Islampos.com).


RANGKUMAN

1.    Shalat  secara  bahasa  berarti  doa.  secara  istilah  salat  adalah  ibadah  yang terdiri  dari perkataan  dan  perbuatan  tertentu, yang  dimulai dengan  takbir, dan  diakhiri dengan salam.
2.    Shalat  wajib  juga  disebut  juga  dengan  shalat  fardlu  atau  shalat  maktubah  yang berarti shalat  yang  harus dikerjakan  orang islam  yang telah  memenuhi syarat dan rukun tertentu.
3.    Dalam al-qur’an dan al-hadis menegaskan bahwa shalat lima waktu dilaksanakan pada waktu-waktu yang telah ditentukan.
4.    Syarat sah shalat:suci badan dari hadats besar dan kecil,suci badan, pakaian dan tempat dari najis, menutup  aurat (aurat  laki-laki  adalah  antara  pusar  sampai  lutut,  sedang  aurat  perempuan  adalah  seluruh  anggota  badan  kecuali  kedua  telapak  tangan  dan wajah), telah masuk waktu shalat, dan  menghadap kiblat.
5.    Syarat wajib shalat:  islam, berakal, suci dari haid dan nifas bagi perempuan,  telah sampai dakwah kepadanya, dan terjaga.  
6.    sunah  shalat  merupakan  ucapan  atau  gerakan  yang  dilaksanakan  dalam  shalat  selain rukun shalat. sunah-sunah shalat dibagi menjadi dua, yaitu sunah ab’ad dan sunah haiat
7.    Adapun yang membatalkan shalat, antara lain:berbicara dengan sengaja, bergerak dengan banyak (3 kali gerakan atau lebih berturut-turut), berhadats, meninggalkan salah satu rukun shalat dengan sengaja,terbuka auratnya, merubah niat, membelakangi kiblat, makan dan minum, tertawa, murtad
8.    Tentang rukun shalat ini dirumuskan menjadi 13 perkara: niat, berdiri, bagi yang berkuasa: (tidak dapat berdiri boleh dengan duduk, tidak dapat duduk boleh dengan berbaring), takbiratul ihram, membaca surat fatihah, ruku' dan thuma'ninah, i'tidal dengan thuma'ninah, sujud dua kali dengan thuma'ninah, duduk antara dua sujud dengan thuma'ninah, duduk untuk tasyahud pertama, membaca tasyahud akhir, membaca shalawat atas nabi, mengucapkan salam yang pertama, tertib
9.    Sujud sahwi  adalah sujud  yang  dilakukan  karena seseorang  meninggalkan sunah ab`ad,  kekurangan  rakaat  atau  kelebihan  rakaat,  maupun  ragu-ragu  tentang  jumlah rakaat dalam shalat. Sujud sahwi dapat dilaksanakan sebelum maupun sesudah salam dengan membaca dzikir dan doa yang dibaca yang sama seperti sujud dalam shalat.



0 Komentar untuk "SHALAT LIMA WAKTU Fiqih kelas 7 Kurtilas 2018"

Back To Top