ads
ads

5 Instrumen yang dapat mempengaruhi moralitas kepemimpinan pendidikan

5 Instrumen yang dapat mempengaruhi moralitas kepemimpinan pendidikan


Instrumen moralitas yang terdapat dalam diri manusia dan menimbulkan perbedaan dari masing-masing individu adalah naluri (insting) atau fitrah yang dibawa sejak lahir, akal, nafsu dan hati.
1.    Naluri
Setiap manusia yang lahir digerakkan oleh naluri. Naluri tersebut merupakan tabi’at yang dibawa oleh manusia sejak lahir atau sering disebut dengan fitrah. Pada diri manusia ada empat macam fitrah tabi’at, yaitu bahamiyah, sabu’iyah, syaithaniyah dan rububiyah (Barmawie Umari, 1988 : 28).
Naluri yang diharapkan muncul bagi moral kepemimpinan pendidikan adalah rububiyah, yakni fitrah awal manusia yang memiliki keyakinan kepada Allah swt (Q.S. 30: 30).

2.    Akal
Termasuk dalam aspek yang bersumber pada diri manusia adalah akal, dengan akalnya manusia dapat melaksanakan agama dengan benar, sebagaimana dijelaskan dalam Hadits yang artinya : “Agama manusia itu berdasarkan akal, dan barang siapa yang tidak berakal maka baginya tidak beragama.”
Jadi antara naluri dan akal manusia ada kesatuan yang mendorong dan mempengaruhi manusia agar selalu memilih jalan yang baik, yakni berdasarkan hidup dengan tuntunan agama.

3.    Nafsu
a)    Nafsu amarah adalah jiwa yang belum mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk/jelek, belum mendapatkan tuntunan, kebanyakan mendorong kepada hal-hal tidak baik.
b)    Nafsu lawwamah adalah jiwa yang telah memiliki rasa insaf dan menyesal sesudah melakukan pelanggaran.
c)    Nafsu musawwalah adalah nafsu yang telah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, walaupun baginya mengerjakan yang baik dan yang buruk sama saja.
d)    Nafsu mutmainah adalah nafsu yang mendapat tuntunan dan pemeliharaan yang baik, ia mendatangkan ketenangan jiwa, melahirkan sikap dan perbuatan yang baik, membentengi untuk berbuat jahat.
e)    Nafsu mulhamah ialah jiwa yang mendapat ilham dari Allah, dikarunia ilmu pengetahuan, dihiasi oleh ahlakul mahmudah.
f)    Nafsu raadiyah adalah nafsu yang mendapat ridha dari Allah, mempunyai kedudukan baik dalam kesejahteraan, mensyukuri nikmat dan merasa cukup dengan apa yang ada.
g)    Nafsu mardhiyah adalah nafsu yang diridhai Allah di mana dapat dilihat dari anugrah yang diberikan-Nya berupa senantiasa zikir, ikhlas, mempunyai karamah, memperoleh kemuliaan.
h)    Nafsu kaamilah adalah nafsu yang sempurna bentuk dan dasarnya, sudah dikatakan cakap untuk melakukan irsyad dan ikmal terhadap hamba Allah, ia digelari Mursyid dan Mukammil (Disarikan dari Barmawi Umary : 1988 : 22-23 dan dari A. Rahman, 1983 : 14-15).

4.    Qalb
Qalb disebut juga hati nurani atau jantung sanubari. Karena keadaan dan sifatnya, maka qalbu itu mempunyai bermacam-macam nama, yaitu Dlomirun, dari segi tersembunyinya; Fu’adun, dari segi banyak gunanya; Kabidun, dari segi bendanya; Luthfun, dari segi sumbernya sifat kehalusan; Qalbun, dari segi suka berubah-ubah; Sirrun, dari segi tempat menyimpan rahasia.
Menurut A. Rahman (1983 : 16) qalb atau hati tidak dapat diketahui bentuknya, hakikat dan zatnya, hanya kesan dan sifatnya sajalah yang diketahui orang. Tuntunan hati adalah ilmu, hidayah, inayah, irsyad, taufik dan ma’rifah.Kesemuanya itu sebagai santapan hati. Adapun cara memeliharanya adalah dengan membersihkan diri dari sifat-sifat isti’jal, hasad, kikir, tulul amal.
Dengan melihat penjelasan di atas maka dapat dipahami kalau hati banyak memegang peranan penting dalam sikap tingkah laku atau akhlak, sebab itu dari hatilah timbul kebaikan dan keburukan. Sebagaimana dalam hadits Nabi yang artinya : “Ingatlah! Sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging, apabila ia baik, baiklah anggota tubuh dan apabila binasa, binasalah anggota tubuh itu ingat, itulah hati (H.R. Buchori Muslim).

5.    Aspek-Aspek Moral/Akhlaq yang Disebabkan oleh Keadaan di Luar Diri Manusia (Lingkungan)
Salah satu faktor yang ikut menentukan moralitas kepemimpinan seseorang adalah lingkungan (milieu), yaitu segala sesuatu yang terdapat di luar diri manusia, misalnya tumbuh-tumbuhan, keadaan tanah, udara dan lingkungan pergaulan sesama manusia.
“…tubuh yang hidup tumbuhnya bahkan hidupnya tergantung kepada lingkungan yang ia hidup di dalamnya kalau milieu itu tidak mencocoki kepadanya, maka tubuh tersebut akan lemah dan mati. Udara, cahaya, logam di dalam tanah letaknya nnegeri, dan apa yang ada pada lautan, sungai dan pelabuhan adalah mempengaruhi dalam kesehatan penduduk dan keadaan mereka yang mengenai akal dan akhlak. Milieu pergaulan meliputi manusia, seperti rumah, sekolah pekerjaan, pemerintahan, syi’ar agama, keyakinan pikiran-pikiran, adat istiadat, pendapat umum, ide, bahasa, kesenian, pengetahuan dan akhlak (Amin, 1975 : 41).

Dengan berpedoman pada pendapat di atas, maka dapat diambil suatu pemahaman bahwa lingkungan dapat mematahkan dan mematangkan pertumbuhan potensi yang dibawa manusia sejak lahir. Kondisi alam yang buruk akan mengakibatkan perintang bagi perkembangan kematangan minat seseorang, yang pada akhirnya mempengaruhi terhadap sikap dan perilakunya.
0 Komentar untuk "5 Instrumen yang dapat mempengaruhi moralitas kepemimpinan pendidikan"

Back To Top