ads
ads

CORAK TAFSIR IBN 'ARABI: al-Laun at-Tafsir li Ibn ‘Arabi

CORAK TAFSIR IBN 'ARABI: al-Laun at-Tafsir li Ibn ‘Arabi 

Tasawuf, baik sebagai ajaran maupun sebagai ilmu masih dipandang sebelah mata oleh sebagian umat Islam. Tidak kurang di masa dis integrasi, ulama ahli zahir (fuqaha) pernah menyalahkan tasawuf dan bahkan mengkafirkan para sufi.Menurut mereka, tasawuf bukan hanya tidak ada dalam al-Quran, malah menyimpang dari al-Quran. 
Mengamalkan ajaran tasawuf adalah bidah yang membawa kepada kemunduran umat Islam. Namun kenyataan membuktikan bahwa al-Quran sebagai pedoman hidup manusia tidak hanya berbicara kepada akal manusia saja, tetapi juga kepada hatinya. Jika al-Quran hanya dipahami melalui akal, maka akan terjadi kekeringan spiritual dalam Syariat. Jika al-Quran hanya dipahami melalui pendekatan hati saja maka akan terjadi ketimpanan dalam syariat. Kaum sufi dengan tafsirnya yang populer dengan istilah tafsir isyari berusaha menangkap pesan-pesan kalam Tuhan secara sufistik (isyari). Satu di antara sekian banyak mufassir sufi adalah Ibn ‘Arabi. Ibnu ‘Arabi mencoba memahami kalam Tuhan secara kaffah dan integral. 
Di samping itu, ia juga termasuk tokoh sufi yang melahirkan ajaran yang dianggap kontroversial sepanjang sejarah intelaktual Islam yaitu wahdat al-Wujud. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimana sosok model tafsir Ibnu ‘Arabi. Untuk menjawab hal termaksud, maka yang perlu diteliti adalah bagaimana corak tafsir Ibnu ‘Arabi. Dengan diketahui corak penafsiran Ibnu ‘Arabi, maka dapat diketahui pula metode yang digunakan Ibnu ‘Arabi dalam menafsirkan al-Quran serta bagaimana validitas ajaran Ibnu ‘Arabi sebagai hasil penafsiran terhadap al-Quran. 
Kesimpulan hasil penelitian: Tafsir Ibnu ‘Arabi lebih menekankan aspek batin makna (esoteric) dengan tidak mengabaikan aspek lahir (eksoteris). Corak tafsir Ibnu ’Arabi termasuk al-llaun al-isyari. Metode tafsir Ibnu ‘Arabi cenderung pada manhaj al-maudu’i (metode tematik). Model tafsir Ibnu ‘Arabi benar secara metodologis dan juga secara substansis. Wahdat al-Wujud merupakan hasil penafsiran dari banyak ayat bukan pemikiran liar yang tidak punya landasan. Implikasi penelitian: kunci untuk memahami al-Quran adalah mengamalkan al-Quran. 
Dalam aplikasinya terhadap ilmu tasawuf dapat dinyatakan bahwa kunci untuk bisa menafsirkan al-Quran secara sufistik adalah mengamalkan ajaran tasawuf. Bagi Ibnu ‘Arabi, tasawuf adalah at-Takhalluq bi akhlāqillah. Tafsir model Ibnu ‘Arabi merupakan prestasi besar dalam khazanah intelektual Islam dan merupakan tafsir alternatif yang perlu dikembangkan dan dilestarikan. Kebutuhan terhadap spiritual Islam semakin dirasakan keberadaannya, dikaitkan dengan kondisi zaman yang semakin sekuler. Tafsir Ibnu ‘Arabi menghasilkan kedalaman makna yang menyentuh hati, dirasa amat tepat untuk mengobati kondisi masyarakat yang kehilangan daya spiritual. Suatu masyarakat tanpa kekuatan rohani (spiritual) hanya akan berujung pada penindasan, ketidakadilan, pemerasan dan pemerkosaan terhadap hak-hak azasi manusia. Model penafsiran Ibnu ‘Arabi mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap mufassir-mufassir sufi yang datang kemudian. Tafisr-tafsir sufi yang datang kemudian, sebagai misal tafsri Ruh al Ma’ani karya Al-Alusi (w 1270 H), Tafsir Ruh al-bayan karya Ismail haqqi al-Burusawi (w. 1137) banyak terpengaruh oleh pola tafsir Ibnu ‘Arabi. Keduanya menjadikan tafsir Ibnu ‘Arabi sebagai rujukan dalam kitab tafsir mereka, baik secara tersurat maupun secara tersirat. Karena pendekatan isyari yang digunakan, dengan sendirinya Ibnu ‘Arabi menentang penafsiran al-Quran dengan israiliyat. Ia hanya mau menerima israiliyat sebagai interpretasi bagi ayat al-Quran manakala kisah israiliyat tersebut diangkat dalam hadis yang sahih. 
Dalil-dalil universal dari tafsir Ibnu Arabi: Setiap lafaz dalam al-Quran mengandung makna lahir dan makna batin; Penafsiran makna-makna batin tersebut hanya mungkin dilakukan jika mufassir melaksanakan at-taqwa ilallah, tasfiat al-qalb, dan riyadoh yang sesuai dengan paradigma dalam tafsirnya yaitu Miftah Fahm al-Quran al-’Amalu bi al-Quran, sehingga cahaya Tuhan datang dengan sendirinya (kasyf al-hijab); Model tafsir Ibnu ‘Arabi ini, dapat diterima keberadaannya, baik secara keilmuan maupun secara aktual; Faham wahdat al-wujud yang ada dalam ajaran Ibnu ‘Arabi menjadi ciri khas bagi keberadaan tafsir sufistik Ibnu ‘Arabi. Faham wahdat al-wujud sendiri merupakan interpretasi panjang dari banyak ayat yang termuat dalam karya Ibnu ‘Arabi bukan pemikiran liar yang tidak berpangkal pada ayat-ayat al-Quran; Kembali ke kisah israiliyat bukan cara yang benar untuk menafsirkan al- Quran yang berkarakter ijaz. Israiliyat boleh dijadikan rujukan manakala kisah tersebut mendapat syahid dari hadis yang sahih
0 Komentar untuk "CORAK TAFSIR IBN 'ARABI: al-Laun at-Tafsir li Ibn ‘Arabi"

Back To Top