ads
ads

KAJIAN PSIKOLOGI UMUM, PSIKOLOGI PERKEMBANGAN, PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI AGAMA

PSIKOLOGI UMUM, PSIKOLOGI PERKEMBANGAN, PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI AGAMA 

A. Psikologi Umum 
 Psikologi umum yaitu ilmu jiwa yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia dewasa yang normal dan beradap. Menurut Kartini Kartono, psikologi umum mempelajari tingkah laku manusia budaya yang normal dan dewasa pada umumnya, dengan melihat manusianya sebagai individu yang kurang lebih terisolasi, artinya hasil dari penelitian dan eksperimen yang diperoleh dari laboratorium dan ruang studi, serta tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Menurut Drs. H. Abu Ahmadi, Psikologi Umum adalah ilmu jiwa yang empelajari gejala-gejala kejiwaan manusia dewasa yang normal dan beradab. Menurut Drs. Agus Sujanto, psikologi umum adalah ilmu jiwa yang menyelidiki gejala jiwa seorang dewasa yang sudah beradap dan normal keadaan jiwanya pada umumnya. Pada intinya mempelajari sifat-sifat manusia pada umumnya, artinya persamaan-persamaannya dari manusia dewasa yang normal dan beradap. 

 B. Psikologi Perkembangan 
Psikologi perkembangan adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku individu dalam perkembangannya dan latar belakang yang mempengaruhinya. Dalam ruang lingkup psikologi, ilmu ini termasuk psikologi khusus, karena psikologi perkembangan mempelajari kekhususan dari pada tingkah laku individu. Psikologi perkembangan adalah psikologi yang membicarakan perkembangan psikis manusia dari masa bayi sampai tua Ada beberapa manfaat mempelajari Psikologi Perkembangan, diantaranya yaitu: 1) Untuk mengetahui tingkah laku individu itu sesuai atau tidak dengan tingkat usia/ perkembangannya. 2) Untuk mengetahui tingkat pemampuan individu pada setiap fase perkembangannya 3)Untuk mengetahui kapan individu bisa diberi stimulus pada tingkat perkembangan tertentu. 4) Agar dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi perubahan-perubahan yang akan dihadapi anak. 5)Khusus bagi guru, agar dapat memilih dan memberikan materi dan metode yang sesuai dengan kebutuhan anak. Pengertian Psikologi Perkembangan Menurut beberapa para ahli, ada beberapa fase atau periodisasi psikologi perkembangan individu, yaitu: 1. Periodisasi yang berdasar biologis. Periodisasi atau pembagian masa-masa perkembangan ini didasarkan kepada keadaan atau proses biologis tertentu. Pembagian Aristoteles didasarkan atas gejala pertumbuhan jasmani yaitu antara fase satu dan fase kedua dibatasi oleh pergantian gigi, antara fase kedua dengan fase ketiga ditandai dengan mulai bekerjanya kelenjar kelengkapan kelamin. Fase-fase tersebut yaitu a) Fase anak kecil : 0 – t th, b) Fase anak sekolah: 7 – 14 th yaitu masa mulai bekerjanya kelenjar kelengkapan kelamin, dan c) Fase remaja : 14 – 21 th 2. Periodisasi yang berdasar psikologis. Tokoh utama yang mendasarkan periodisasi ini kepada keadaan psikologis adalah Oswald Kroch. Beliau menjadikan masa-masa kegoncangan sebagai dasar pembagian masa-masa psikologi perkembangan, karena beliau yakin bahwa masa kegoncangan inilah yang merupakan keadaan psikologis yang khas dan dialami oleh setiap anak dalam masa perkembangannya. Fase-fase tersebut yaitu: a) Dari lahir sampai masa “trotz”( kegoncangan) pertama: kanak-kanak awal. b) Trotz pertama sampai trotz kedua : masa keserasia bersekolah. c) Trotz kedua sampai akhir remaja: masa kematangan 3. Periodisasi yang berdasar didaktis. Pembagian masa-masa perkembangan sekarang ini seperti yang dikemukakan oleh Harvey A. Tilker, PhD dalam “Developmental Psycology to day”(1975) dan Elizabeth B. Hurlock dalam “Developmental Psycology”(1980) tampak sudah lengkap mencakup sepanjang hidup manusia sesuai dengan hakikat perkembangan manusia yang berlangsung sejak konsepsi sampai mati dengan pembagian periodisasinya. 

C. Psikologi Pendidikan 
a. Pengertian Psikologi dan Psikologi Pendidikan Psikologi yang dalam istilah lama disebut ilmu jiwa itu berasal dari kata bahasa inggris psycology. kata psycology merupakan dua akar kata yang bersumber dari kata greek (yunani), yaitu satu) psyche yang berarti jiwa; dua) logos yang berarti ilmu pengetahuan. jadi, secara harfiah psikologi memang berarti ilmu jiwa. Psikologi lebih banyak dikaitkan dengan kehidupan organisme manusia. alam hubungan ini, psikologi didefenisikan sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha memahami perilaku manusia, alasan dan cara mereka melakukan sesuatu, dan juga memahami bagaimana makhluk tersebut berfikir dan berperasaan. Bruno (1987) membagi pengertian psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling berhubungan. Pertama, psikologi adalah studi (pendidikan) mengenai “ruh”. Kedua, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “kehidupan mental”. ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “tingkah laku” organisme.Chaplin (1972) dalam dictionary of Psychology mendefinisikan psikologi sebagai ilmu pengetahuan mengenai perilaku manusia dan hewan, juga penyelidikan terhadap organisme dalam segala ragam dan kerumitannya ketika mereaksi arus dan perubahan dalam sekitar dan peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang mengubah lingkungan. “Psikologi” berasal dari perkataan Yunani “psyche” yang artinya jiwa, dan “logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi (menurut arti kata) psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya, atau disebut dengan ilmu jiwa. Berbicara tentang jiwa, terlebih dahulu kita harus dapat membedakan antara nyawa dengan jiwa. Nyawa adalah daya jasmaniah yang adanya tergantung pada hidup jasmani dan menimbulkan perbuatan badaniah, yaitu perbuatan yang di timbulkan oleh proses belajar. Misalnya : insting, refleks, nafsu dan sebagainya. Jika jasmani mati, maka mati pulalah nyawanya. Sedang jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak, yang menjadi penggerak dan pengatur bagi sekalian perbuatan-perbuatan pribadi (personal behavior) dari hewan tingkat tinggi dan manusia. Perbutan pribadi ialah perbuatan sebagai hasil proses belajar yang di mungkinkan oleh keadaan jasmani, rohaniah, sosial dan lingkungan. Proses belajar ialah proses untuk meningkatkan kepribadian (personality ) dengan jalan berusaha mendapatkan pengertian baru, nilai-nilai baru, dan kecakapan baru, sehingga ia dapat berbuat yang lebih sukses, dalam menghadapi kontradiksi-kontradiksi dalam hidup. Jadi jiwa mengandung pengertian-pengertian, nilai-nilai kebudayaan dan kecakapan-kecakapan. Pengertian psikologi diatas menunjukkan beragamnya pendapat para ahli psikologi. Perbedaan tersebut bermuasal pada adanya perbedaan titik berangkat para ahli dalam mempelajari dan membahas kehidupan jiwa yang kompleks ini. Dan dari pengertian tersebut paling tidak dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu, dimana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya. Psikologi Peendidikan adalah psikologi yang khusus menguraikan kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi pendidikan, misalnya bagaimana cara menarik perhatian agar pelajaran dapat dengan mudah diterima, bagaimana cara belajar dan sebagainya. Pendidikan dari kata “didik”, lalu kata ini mendapat awalan me sehingga menjadi “mendidik”, artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi akhlak dan kecerdasan pikiran. Selanjutnya, “pendidikan” menurut KBBI adalah peroses pengubahan sikap dan tata laku sesorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.Psikologi Pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang menyelidiki masalah psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan. Sedangkan menurut ensiklopedia amerika, Pengertian psikologi pendidikan adalah ilmu yang lebih berprinsip dalam proses pengajaran yang terlibat dengan penemuan – penemuan dan menerapkan prinsip – prinsip dan cara untuk meningkatkan keefisien di dalam pendidikan. Dari uarian di atas, kita dapat mengetahu pengertian dari psikologi dan pengertian pendidikan itu sendiri.Sepanjang atau selagi kita masih berpendapat bahwa psikologi adalah suatu ilmu yang berusaha menyelidiki semua aspek keperibadian dasar tingkah laku manusia, baik yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah, baik secara teoritis maupun dengan melihat kegunaannya di dalam praktek, baik secara individual maupun dalam hubungannya dengan manusia lain atau lingkungannya, mungkin kita akan mengatakan bahwa ‘psikologi pendidikan’ itu sebenarnya sudah termasuk di dalam psikologi, dan tidak perlu dipersoalkan atau dipisahkan menjadi sesuatu disiplin ilmu tersendiri. Psikologi pendidikan dapat disimpulkan bahwa psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi yang dalam penguraian dan penelitiannya lebih menekankan pada maslah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang sangat erat hubungannya dalam masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar. b. Objek Kajian Psikologi dan Psikologi Pendidikan a) Objek Kajian Psikologi Objek Psikologi dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Objek Material adalah sesuatu yang dibahas, dipelajari atau diselidiki, atau suatu unsure yang ditentukan atau sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran, objek material mencakup apa saja, baik hal-hal konkret (kerohanian, nilai-nilai, ide-ide). Objeknya yaitu manusia. 1) Objek formal adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh seorang peneliti terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya. Objek formal juga digunakan sebagai pembeda ilmu yang satu dengan ilmu yang lain ( psikologi, antropologi, sosiologi, dan lain-lain). Objeknya yaitu dari segi tingkah laku manusia, objek tersebut bersifat empiris atau nyata, yang dapat diobservasi untuk memorediksi, menggambarkan sesuatu yang dilihat. Caranya melihat gerak gerik seseorang bagaimana ia melakukan sesuatu dan melihat dari matanya. Dalam makalah ini tidak akan dibicarakan psikologi yang membicarakan hewan atau psikologi hewan, melainkan membicarakan tentang psikologi yang berobyekkan manusia. Yang sampai saat ini dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Psikologi Umum Psikologi umum adalah psikologi yang menyelidiki dan mempelajari kegiatan-kegiatan atau aktifitas-aktifitas psikis manusia pada umumnya yang dewasa, yang normal, dan yang beradab (berkultur) Macam-macam psikologi umum: 1) Psikologi perkembangan Psikolgi yang membicarakan perkembangan psikis manusia dari masa bayi sampai tua yang mencakuo psikologi anak, psikologi puber atau adolesensi ( psikologi pemuda ), psikologi orang dewasa, psikologi orang tua. 2) Psikologi sosial Psikologi yang khusus membicarakan tentang tingkah laku atau aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi sosial. 3) Psikologi pendidikan Psikologi yang khusus menguraikan kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi pendidikan, misalnya bagaimana cara menarik perhatian agar pelajaran dapat dengan mudah diterima, bagaimana cara belajar dan sebagainya. 4) Psikologi kepribadian dan tipologi Psikologi yang khusus menguraikan tentang struktur pribadi manusia, mengenai tipe-tipe kepribadian manusia. 5) Psikopatologi 6) Psikologi yang khusus menguraikan mengenai keadaan psikis yang tidak norman atau abnormal 7) Psikologi Kriminil 8) Psikologi yang khusus berhubungan dengan soal-soal kejahatan atau kriminalitas. 9) Psikologi perusahaan Psikologi yang khusus berhubungan dengan soal-soal perusahaan 2) Psikologi Khusus Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari segi-segi kekhususan dari aktivitas-aktivitas psikis manusia. Hal-hal yang khusus yang menyimpang dari hal-hal yang umum dibicarakan dalam psikologi khusus. 2. Objek Kajian Psikologi Pendidikan Objek kajian psikologi pendidikan tanpa mengabaikan persoalan psikologi guru terletak pada peserta didik. Karena hakikat pendidikan adalah pelayanan khusus diperuntukkan bagi peserta didik. Oleh karena itu objek kajian psikologi pendidikan, selain teori-teori psikologi pendidikan sebagai ilmu, tetapi lebih condong pada aspek psikologis peserta didik, khususnya ketika mereka terlibat dalam proses pembelajaran. Menurut Glover dan Ronning bahwa objek kajian psikologi pendidikan mencakup topik-topik tentang pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, hereditas dan lingkungan, perbedaan individual peserta didik, potensi dan karakteristik tingkah laku peserta didik, pengukuran proses dan hasil pendidikan dan pembelajaran, kesehatan mental, motivasi dan minat, serta disiplin lain yang relean. Sedangkan menurut Syaodih Sukmadinata dalam Syaiful Sagala mengatakan bahwa objek kajian psikologi pendidikan adalah interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk meningkatkan kemampuan peserta didik, dengan dukungan sarana dan fasilitas tertentu yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Psikologi pendidikan berusaha untuk mewujudkan tindakan psikologis yang tepat dalam interaksi antar setiap faktor pendidikan. Pengetahuan psikologis tentang peserta didik menjadi hal yang sangat penting dalam pendidikan. Karena itu, pengetahuan tentang psikologi pendidikan seharusnya menjadi kebutuhan bagi para guru, bahkan bagi tiap orang yang menyadari dirinya sebagai pendidik. Secara garis besar banyak ahli membatasi objek kajian psikologi pendidikan menjadi tiga macam: 1. Mengenai “belajar”, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip, dan ciri-ciri khas perilaku belajar peserta didik, dan sebagainya; 2. Mengenai “proses belajar”, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar peserta didik; 3. Mengenai “situasi belajar”, yakni suasana dan keadaan lingkungan, baik bersifat fisik maupun nonfisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar peserta didik. 

D. Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan 
Jika kita bertanya mengenai lingkup (scope) psikologi pendidikan, maksudnya bertanya tentang apa saja yang dibicarakn oleh psikologi pendidikan, maka berdasarkan berbagai buku psikologi pendidikan akan diperoleh jawaban yang berbeda-beda. Sebagian buku menunjukan lingkup yang luas, sedangkan buku-buku yang lain menunjukkan ingkup yang lebih sempit atau terbatas. Buku yang lingkupnya lebih luas biasanya membahas selain proses belajar juga membahas tentang perkembangan, hereditas dan lingkungan, kesehatan mental, evaluasi belajar dan sebagainya. Sedangkan buku yang lingkupnya lebih sempit biasanya berkisar pada soal proses belajar mengajar saja. Perbedaan ini sangat dipengaruhi oleh maksud penulis dalam menulis buku itu. 
Ada yang bermaksud hanya memberikan pengantar saja, sehingga pembahasanya mengenai lingkup itu cukup luas, akan tetapi kurang mendalam. Sebaliknya ada yang lingkup pembahasannya tidak luas, yaitu berkisar pada proses beljar, akan tetapi pembahasannya cukup mendalam. Jadi, boleh dikatakan bahwa tidak ada dua buku psikologi pendidikan yang menunjukkan ruang lingkup materi yang sama benar. Walaupun demikian, pada dasarnya psikologi pendidikan membahas hal-hal sebagai berikut 1) Hereditas dan Lingkungan 2) Pertumbuhan dan Perkembangan 3) Potensial dan Karakteristik Tingkah laku 4) Hasil Proses Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap Individu yang Bersifat Personal dan Sosial 5) Higiene Mental dan Pendidikan dan 6) Evaluasi Hasil Pendidikan Disamping itu perlu diketahui bahwa banyak buku psikologi pendidikan yang tidak member judul buku dengan kata-kata psikologi pendidikan, padahal buku itu benar-benar buku psikologi pendidikan, dalam arti buku itu membahas serta mendalami pokok-pokok bahasan tertentu dari psikologi pendidikan. Maka untuk mendalami psikologi pendidikan tidak senantisa harus mempelajari buku yang berjudul psikologi pendidikan. Namun menurut Sumadi Suryobroto ( 1987 ) Ruang Lingkup psikologi pendidikan meliputi : • Pengetahuan tentang psikologi pendidikan pengertian ruang lingkup, tujuan mempelajari dan sejarah munculnya psikologi pendidikan • Pembawaaan • Lingkungan fisik dan psikologis • Perkembangan siswa • Proses – proses tingkah laku • Hakekat dan ruang lingkup belajar • Faktor yang mempengaruhi belajar • Hukum dan teori belajar • Pengukuran pendidikan • Aspek praktis pengukuran pendidikan • Transfer belajar • Ilmu statistik dasar • Kesehatan mental • Pendidikan membentuk watak / kepribadian • Kurikulum pendidikan sekolah dasar • Kurikulum pendidikan sekolah menengah. 

E. Psikologi Agama 
Dalam artian normatif segala tingkah lakunya mencerminkan suatu nilai keagamaan tertentu. Untuk itu dengan kajian empiris yang dilakukan oleh psikologi agama akan dapat diketahui kadar kualitas keimanan seseorang. Sebab tanpa disadari oleh berbagai kalangan bahwa munculnya kesadaran beragama, pengalaman keagamaan dan gejolak hati seseorang sangat berkaitan dengan psikologi. Sehingga tidak memiliki dasar yang kuat jika seseorang menolak adanya kajian empiris yang dilakukan ahli psikologi agama. Karena penelitian yang dilakukan ahli psikologi agama hanya sebatas pada pengalaman dan kesadaran seseorang dalam memahami keyakinan agamanya, dan tidak mempersoalkan benar tidaknya suatu agama atau norma-norma terbaik dari agama tertentu. Berdasarkan pendapat di atas, maka penelitian psikologi merujuk pada suatu sistem dari berbagai metode penelitian yang diarahkan pada pemahaman terhadap apa yang telah diperbuat, yang telah dipikirkan dan dirasakan oleh manusia. Sebab pijakan kepribadian manusia berdasarkan pada apa yang telah dipikirkan, dirasakan dan yang telah diperbuat olehnya. Sehingga Robert H. Thouless mengatakan, bahwa seorang peneliti psikologi tertentu dapat mempergunakan salah satu bentuk behaviorisme teoritik di mana ia menganggap bahwa perolehan mengenai tingkah laku manusia sebagai proses mekanik yang ditentukan oleh suatu prinsip yang menyatakan bahwa tingkah laku terpuji cenderung untuk diulangi. 
Pada dasarnya psikologi agama tidak membahas tentang iman dan kufur, surga dan neraka, serta hari kiamat dan sebagainya, juga tidak membahas mengenai definisi dan makna agama secara umum. Namun psikologi agama secara khusus mengkaji tentang proses kejiwaan seseorang terhadap tingkah laku dalam kehidupannya sehari-hari. Untuk itu dalam psikologi agama dikenal adanya istilah kesadaran agama (religious consciousness) dan pengalaman agama (religious experience). Menurut Zakiah Drajat kesadaran agama itu adalah bagian atau hadir (terasa) dalam pikiran dan dapat diuji melalui introspeksi atau disebut juga dengan aspek mental dan aktivitas agama. Sedangkan yang dimaksud pengalaman agama adalah unsur perasaan dan kesadaran agama, yaitu perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakannya. 
Dengan demikian psikologi agama tidak terlibat dalam memberikan penilaian benar atau salahnya suatu agama, yakni tidak mencampuri dan membahas keyakinan agama-agama tertentu. Untuk itu psikologi agama mengkaji dan meneliti proses keberagamaan seseorang, perasaan atau kesadaran beragamanya dalam pola tingkah laku kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat ditemukan sejauh mana pengaruh agama dan keyakinan tertentu pada dirinya. Dan yang terpenting adalah bagaimana kelakuan atau tindakan keagamaan yang telah diyakininya. 
Dengan kata lain bagaimana pengaruh keberagamaan seseorang terhadap proses dan kehidupan yang berkaitan dengan keadaan jiwanya, sehingga terlihat dalam sikap dan tingkah laku secara fisik dan sikap atau tingkah laku secara bathini yang mana dapat diketahui cara berpikir, merasa atau emosinya. Aristoteles, menggambarkan jiwa sebagai potret badan. Menurut al Farabi, makna jiwa merupakan kesempurnaan awal bagi fisik adalah bahwa manusia dikatakan menjadi sempurna ketika menjadi makhluk yang bertindak. Sebab jiwa merupakan kesempurnaan pertama bagi fisik alamiah dan bukan bagi fisik buatan. Al-Kindi berpendapat, jiwa akan tetap kekal setelah kematian. Ia pindah ke alam kebenaran yang di dalamnya terdapat nur Sang Pencipta. Pentingnya kajian jiwa tersebut, sehingga Ibnu Miskawaih mengatakan, penyebab senang tidak hidup seseorang dipengaruhi oleh jiwa. Jika jiwa seseorang baik, mulia dan senang maka ia harus bergaul dengan orang-orang yang baik (M Utsman Najati, 2002). Dari penjelasan diatas, ruang lingkup obyek kajian psikologi agama menurut Zakiah Darajat (dalam Hamdani, 2007: 27-28) meliputi kajian : 
1. Bermacam-macam emosi yang menjalar diluar kesadaran yang ikut menyertai kehidupan beragama orang biasa (umum), seperti rasa lega dan tentram setelah selesai sholat, rasa lepas dari ketegangan batin sesuadah berdoa atau membaca ayat-ayat suci, perasaan tenang, pasrah dan menyerah setelah berdzikir dan ingat kepada Allah ketika mengalami kesedihan dan kekecewaan yang dialaminya. 
2. Bagaimana perasaan dan pengalaman seseorang secara individual kepada Tuhannya, misalnya merasa tentram dan kelegaan batin. 
3. Mempelajari, meneliti dan menganalisis pengaruh kepercayaan akan adanya hidup setelah mati (akherat) pada tiap-tiap orang. 
4. Meneliti dan mempelajari kesadaran dan perasaan orang terhadap kepercayaan yang berhubungan dengan surga dan neraka serta dosa dan pahala yang turut memberi pengaruh terhadap sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan. 
5. Meneliti dan mempelajari bagaimana pengaruh penghayatan seseorang terhadap ayat-ayat suci dan kelegaan batinnya. Dengan demikian psikologi agama adalah ilmu yang mempelajari dan meneliti tentang pengaruh dan peran pengalaman agama terhadap eksistensi diri seseorang berupa sikap, perilaku, tindakan, penampilan yang muncul di permukaan aktifitas kehidupan secara nyata. Sebagai disiplin ilmu yang otonom, psikologi agama memiliki obyek kajian tersendiri dari disiplin ilmu yang mempelajari masalah agama lainnya. Sebagai contoh, dalam tujuannya, psikologi agama seperti diungkapkan Robert H. Thouless, memusatkan kajiannya pada agama yang hidup dalam budaya suatu kelompok atau masyarakat. Kajian berpusat pada pemahaman terhadap perilaku keagamaan dengan menggunakan pendekatan psikologi (Bambang, 2008: 18). 

F. Sejarah perkembangan psikologi agama 
Berdasarkan sumber barat, para ahli psikologi agama menilai bahwa kajian mengenai psikologi agama populer sekitar abad ke-19. Sekitar masa itu psikologi yang semakin berkembang digunakan sebagi alat untuk kajian agama. Kajian semacam itu dapat membantu pemahaman terhadap cara bertingkah laku, berpikir, dan mengemukakan perasaan keagamaan (Robert H. Toluless, 1992:1). Menurut Touless, sejak terbitnya buku The Varieties of Religious Eksperoence tahun 1903 bahwa langkah awal dari kajian psikologi agama mulai diakui para ahli psikologi dan dalam jangka waktu tiga puluh tahun kemudian. Sejak saat itu, kajian-kajian tentang psikologi agama tampaknya tidak hanya terbatas pada masalah-masalah yang menyangkut kehidupan keagamaan secara umum, melainkan juga masalah-masalah khusus. Di tanah air sendiri tulisan mengenai psikologi agama ini baru dikenal sekitar tahun 1970, yaitu oleh Prof. Dr. ZakiahDaradjat. Seperti yang dimaklumi, bahwa psikologi agama tergolong cabang psikologi yang berusia muda. 
Berdasarkan informasi dari berbagai literatur, dapat disimpulkan bahwa kelahiran psikologi agama sebagai displin ilmu yang berdiri sendiri memiliki latar belakang sejarah yang cukup panjang. Selain itu, pada tahap-tahap awalnya psikologi agama didukung oleh para ahli psikologi dari berbagai disiplin ilmu. Sebagai disiplin ilmu boleh dikatakan bahwa psikologi agama dapat di rujuk dari karya penulis Barat, antara lain karya Stanley Hall yang memuat kajian mengenai agama suku-suku primitif dan mengenaikonversi agama. Kajian sosiologi dan antropologi budaya ini menampilkan sisi kehidupan masyarakat suku primitif dan sikap hidup mereka terhadap sesuatu yang dianggap sebagai yang adikodrati (supernatural). Sumber-sumber Barat umumnya merujuk awal kelahiran psikologi agama adalah dari karya Edwin Diller Starbuck dan Willian James. Buku yang berisi pengalaman keagamaan berbagai tokoh ini kemudian dianggap sebagai buku yang menjadi perintis awal dari kelahiran psokologi agama menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri. 
Psikologi agama diakui sebagai disiplin ilmu , cabang dari psikologi seperti ilmu psikologi yang lainnya. Sebaliknya, di dunia Timur khususnya di wilayah-wilayah kekuasaan islam, tulisan-tulisan yang memuat kajian tentang hal serupa belim sempat Kajian semacam itu dapat membantu pemahaman terhadap cara bertingkah laku, berpikir, dan mengemukakan perasaan keagamaan (Robert H. Toluless, 1992:1). Menurut Touless, sejak terbitnya buku The Varieties of Religious Eksperoence tahun 1903 bahwa langkah awal dari kajian psikologi agama mulai diakui para ahli psikologi dan dalam jangka waktu tiga puluh tahun kemudian. Sejak saat itu, kajian-kajian tentang psikologi agama tampaknya tidak hanya terbatas pada masalah-masalah yang menyangkut kehidupan keagamaan secara umum, melainkan juga masalah-masalah khusus. 
Di tanah air sendiri tulisan mengenai psikologi agama ini baru dikenal sekitar tahun 1970, yaitu oleh Prof. Dr. Zakiah Daradjat. Seperti yang dimaklumi, bahwa psikologi agama tergolong cabang psikologi yang berusia muda. Berdasarkan informasi dari berbagai literatur, dapat disimpulkan bahwa kelahiran psikologi agama sebagai displin ilmu yang berdiri sendiri memiliki latar belakang sejarah yang cukup panjang. Selain itu, pada tahap-tahap awalnya psikologi agama didukung oleh para ahli psikologi dari berbagai disiplin ilmu. Sebagai disiplin ilmu boleh dikatakan bahwa psikologi agama dapat di rujuk dari karya penulis Barat, antara lain karya Stanley Hall yang memuat kajian mengenai agama suku-suku primitif dan mengenaikonversi agama. Kajian sosiologi dan antropologi budaya ini menampilkan sisi kehidupan masyarakat suku primitif dan sikap hidup mereka terhadap sesuatu yang dianggap sebagai yang adikodrati (supernatural). Sumber-sumber Barat umumnya merujuk awal kelahiran psikologi agama adalah dari karya Edwin Diller Starbuck dan Willian James. 
Buku yang berisi pengalaman keagamaan berbagai tokoh ini kemudian dianggap sebagai buku yang menjadi perintis awal dari kelahiran psokologi agama menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Psikologi agama diakui sebagai disiplin ilmu , cabang dari psikologi seperti ilmu psikologi yang lainnya. Sebaliknya, di dunia Timur khususnya di wilayah-wilayah kekuasaan islam, tulisan-tulisan yang memuat kajian tentang hal serupa belim sempat dimasukan. Padahal, tulisan Muhammad Ishaq ibn Yasar di abad ke-7 Masehi berjudul Al-Siyar wa al-Maghazi memuat berbagai fragmen dari biografi Nabi Muhammad. Ada beberapa alasan yang dapat dijadikan penyebab mengapa tulisan-tulisan yang memuat tentang kajian serupa tidak dijadikan sebagai disiplin ilmu psikologi agama. Sejak masa kemunduran negara-negara islam, perhatian para ilmuwan terhadap kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan mulai menurun, karena bagaimanapun pengembangan ini memerlukan biaya yang cukup banyak. Seiring denagn kemunduran Islam di bidang politik , dengan negara-negara Barat mulai menjadi negara-negara modern. 
Dengan demikian, negara-negara islam yang berhadapan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan penjajahan barat disibukan oleh permasalahan politik. Sejak penyerangan bangsa Mongol ke pusat peradaban Islam (Baghdad) dan kekalahan Islam di Andalusia, terjadi permusnahan karya para ilmuan Muslim. Sikap kurang terpuji dari para ilmuawan barat sendiri (terutama setelah zaman kemunduran Islam) yang umumnya kurang menghargai karya-karya ilmuawan muslim. Karya-karya ilmuan muslim di zaman klasik umum, ditulis oleh para ilmuwan yang dizamannya dikenal dengan sebutan berkonotasi keagamaan seperti mufassirin (ahli tafsir), muhaddisin (ahli hadits), fuqaha (ahli fiqih) ataupun ahl al-hikmat (filosof). Dengan demikian karya-karya mereka diidentikan dengan ilmu-ilmuyang murni agama Islam atau filsafat. Terlepas dari mana alasan dan penyebab yang paling tepat, memang setelah zaman kemunduran umat islam secara politis, kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dipelopori oleh barat. 
Dengan demikian tidak mengherankan jika ilmu-ilmu modern termasuk psikologi agama tumbuh dan berkembang sebagai sebuah disiplin ilmu yang independen, yang diakui terinformasikan sebagai produk ilmuwan barat. Dan baru-baru setelah negara-negara islam bebas dari kungkungan para penjajah barat secara bertahap muncul karya-karya ilmuwan muslim. Adapun di tanah air perkembangan psikologi agama dipelopori oleh tokoh-tokoh yang memiliki latar belakang profesi sebagai ilmuwan, agamawan, dan bidang kedokteran. Sejak menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri, perkembangan psikologi agama dinilai cukup pesat dibandingkan usianya yang masih tergolong muda. Hal ini antara lain disebabkan selain kajian psikologi agama menyangkut kehidupan manusia secara pribadi, maupun kelompok, bidang kajian juga mencangkup permasalahan yang menyangkut perkembangan usia muda. 
Selain itu, sesuai dengan bidang cakupannya, ternyata psikologi agama termasuk ilmu terapan yang banyak manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan psikologi agama yang cukup pesat ini antara lain ditandai dengan terbitnya berbagai karya tulis, baik berupa buku maupun artikel dan jurnal yang memuat kajian tentangbagaimana peran agama dan kehidupan manusia. 
Dengan demikian, psikologi agama kini telah memasuki bidang kehidupan manusia, sejak dari rumah tangga, sekolah, institusi keagamaan, rumah-rumah sakit, panti asuhan, panti jompo, dan bahkan ke lembaga kemasyrakatan. Tampaknya, para ilmuwan dan agamawan yang berselisih pendapat mengenai psikologi agama, kini seakan menyatu dalam kesepakatan yang tak tertulis, bahwa dalam kehidupan modern ini, peran agama menjadi kian penting. Dan pendekatan psikologi agama dapat digunakan dalam memecahkan beebagai problema kehidupan yang di hadapi manusia sebagai makhluk yang memiliki nilai-nilai peradaban dan nilai moral.
0 Komentar untuk "KAJIAN PSIKOLOGI UMUM, PSIKOLOGI PERKEMBANGAN, PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI AGAMA"

Back To Top