Puasa
yang Tidak Diterima Dengan Sempurna
عن أبي
هريرة رضي
الله عنه
قال، قال
رسول الله
صلى الله
عليه وسلم:
مَنْ لَمْ
يَدَعْ قَوْلَ
الزُّورِ وَالْعَمَلَ
بِهِ وَالْجَهْلَ
فَلَيْسَ لِلَّهِ
حَاجَةٌ أَنْ
يَدَعَ طَعَامَهُ
وَشَرَابَهُ
Dari
Sahabat Abu Hurairah rodhiyalloohu 'anhu, ia berkata,
"Rosulullooh shollalloohu 'alaihi wasallam bersabda,"Barang
siapa yang tidak meninggalkan perkataan zur (perkataan dusta), mengamalkannya,
atau tindakan bodoh, maka Allooh tidak butuh atas usahanya dalam menahan rasa
lapar dan dahaga”. (HR. Imam Bukhori no.1903).
Makna zuur pada
hadis di atas adalah perkataan dusta. Yang paling parahnya adalah persaksian
palsu, yakni persaksian untuk menindas hak orang lain, atau untuk membenarkan
yang keliru. Kemudian “mengamalkannya”, maksudnya melakukan tindakan-tindakan
runtutan dari perkataan dustanya.
Termasuk
dalam hal ini, segala macam perbuatan yang menyimpang dari kebenaran; yakni
maksiat. Adapun makna tindakan bodoh di sini, adalah bodoh (tidak peduli)
terhadap hak sesama. Seperti iri, hasad, menebar kebencian sesama muslim, dll.
Ternyata
untuk meraih kesempurnaan puasa, tidak cukup hanya dengan meninggalkan makan
dan minum saja. Namun harus ada perjuangan meningalkan perbuatan sia-sia dan
maksiat. Yang mana hal-hal tersebut akan merusak pahala puasa.
Bila
puasa sekedar menahan lapar dan dahaga saja, semua orang bisa melakukannya.
Tidak yang awam, tidak yang sudah tau agama. Bahkan orang-orang non muslim pun
mampu. Namun, puasa lahir dan batin; yakni puasa dari makan minum, dan juga
dari perbuatan-perbuatan maksiat yang dapat menodai kesucian hati dan merusak
pahala puasa, tak semua orang dapat melakukan. Kecuali mereka yang dirahmati
Allooh ‘azza wa jalla.
Disinilah
sodara²ku, peluang untuk berlomba-lomba dalam meraih kualitas puasa terbaik.
Semakin maksimal seorang hamba meninggalkan perbuatan maksiat saat puasa, semakin
baik kualitas puasanya, dan tentu semakin sempurna pahalanya.
0 Komentar untuk "Puasa yang Tidak Diterima Dengan Sempurna"