ads
ads

Surga Menurut Ahlu Sunnah

Surga Menurut Ahlu Sunnah

Ahlus Sunnah wal Jamah meyakini bahwa Surga dan Neraka adalah makhluk Allah. Surga disediakan untuk orang-orang yang bertakwa lagi Mukmin. Sedangkan Neraka disediakan untuk orang-orang kafir. Sebagaimana tercantum dalam Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam.
Al Imam Al Hasan bin Ahmad Al ‘Athar Al Hamadzani dengan sanadnya yang sampai kepada Ibnu Abi Hatim berkata :
“Aku bertanya kepada ayahku dan Abu Zur’ah radhiallahu 'anhuma tentang madzhab Ahlus Sunnah wal Jamaah dan mereka peroleh dari ulama di seluruh negeri.” Kemudian beliau menyebuntukan secara global akidah keduanya dan berkata : “Surga dan Neraka itu benar, keduanya adalah makhluk, keduanya tidak akan binasa. Surga sebagai balasan untuk wali-wali-Nya dan Neraka sebagai hukuman bagi orang-orang yang bermaksiat kepada-Nya, kecuali orang yang dirahmati.” (Dzikrul I’tiqad wa Dzammul Ikhtilaf, hlm: 910. Dikutip dari Ibnu Zamain tahqiq Abdullah Al Bukhari, Riyadalahul Jannah bi Takhrij Ushulis Sunnah, hlm: 134).

Ahlus Sunnah wal Jamaah meyakini bahwa Surga dan Neraka sudah ada sekarang meskipun golongan Mu’tazilah menentang permasalahan ini. Abul Hasan Al Asy’ari mengatakan bahwa telah terjadi perselisihan tentang Surga dan Neraka, apakah keduanya telah diciptakan atau belum. Maka Ahlus Sunnah meyakini bahwa keduanya telah diciptakan. Sedangkan mayoritas ahlul bid’ah menyatakan bahwa keduanya belum diciptakan. (Maqalat Al Islamiyyah, 2/168).
Ibnu Abil ‘Izzi menyatakan : “Ahlus Sunnah telah bersepakat bahwa Surga dan Neraka adalah makhluk dan sudah ada sekarang. Ahlus Sunnah terus menerus dalam keadaan seperti itu.” Seorang Imam Ahus Sunnah wal Jamaah di masanya, yaitu Imam Abu Muhammad Al Hasan bin Ali Al Barbahari (wafat 329 H) menyatakan dalam Syarhus Sunnah : “Kita mengimani bahwa Surga dan Neraka adalah benar adanya, keduanya adalah makhluk. Surga berada di langit yang ketujuh dan atapnya adalah Arsy. Neraka di bawah bumi yang ketujuh. Keduanya telah diciptakan. Allah Maha Mengetahui tentang jumlah penduduk Surga dan orang yang masuk ke dalamnya dan jumlah penduduk Neraka. Keduanya tidak hancur dan akan kekal bersama Allah selama-lamanya.” (Syarhus Sunnah. Al Barbahari. Tahqiq Ar Radadi:  74).
Imam Abu Bakr Muhammad bin Al Husain Al Ajurri (wafat 360 H) mengatakan dalam kitabnya Asy Syari’ah : “Ketahuilah - semoga Allah merahmati kita semua - sesungguhnya Al Qur’an bersaksi bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menciptakan Surga dan Neraka sebelum menciptakan Adam as. dan telah menciptakan bagi Surga penghuninya dan bagi Neraka demikian juga sebelum Dia menciptakan mereka ke dunia. Orang-orang yang dilingkupi Islam dan merasakan manisnya iman tidak berselisih dalam hal ini. Hal tersebut telah ditunjukkan oleh Al Qur’an dan As Sunnah, maka kita berlindung kepada Allah terhadap orang yang mendustakan hal ini.” (Asy Syari’ah. Al Ajurri : 345. dikutip dari Ta’liq Abdul Hamid Faqi).
Sedangkan kaum Mu’tazilah dengan Qadariyahnya mengingkarinya dan mengatakan bahwa Allah menciptakan Surga dan Neraka nanti di hari kiamat. Mereka menyatakan bahwa apabila Surga diciptakan sebelum hari pembalasan, maka hal ini adalah perbuatan yang sia-sia karena Surga akan kosong dalam waktu yang lama. Mereka pun menolak dalil-dalil yang membantah pemahaman mereka. Ini sesuai dengan pemikirannya yang cenderung aqliyah atau yang berdasarkan akal manusia.
Jika melihat dengan detail semua keterangan yang dikutip di atas, orang-orang ahlusunnah masih menguraikan apakah surga itu sudah dicipta atau belum. Belum secara detail bagaimana bentuk surga dan bagaimana terciptanya. Disini hemat penulis - selain memang ini merupakan penjelasan dari kalangan teolog - pendapat tersebut memang sesuai dengan dogma ahlussunnah bahwa kita hanya wajib mempercayai apa yang disampai dalam al-Qur’an. Mereka memahami al-Qur’an secara tektual apa adanya.
Karena itu wajar bahwa mereka melihat surga dan neraka seperti apa yang dijelaskan tekstual dalam al-Qur’an. Tidak menggunakan dalil rasional sebagaimana Mu’tazilah. Walaupun Mu’tazilah juga masih berkutat pada pembahasan sudah diciptanya surga atau belum. Untuk mengatasi kekurang jelasan pendapat dari kelompok teolog, mungkin tepat jika beranjak menuju uraian yang lebih bersifat filosofis. Tentunya filsafat Islam menjadi orientasinya, yang juga tidak mengabaikan sumber wahyu. Dengan demikian penjelasan dari Mulla Sadra menjadi pilihan penulis terkait tentang makna surga.
0 Komentar untuk "Surga Menurut Ahlu Sunnah"

Back To Top