Manaqib ke 51 dan 53 ini suka dibacakan pada setiap bulan Rabiul Akhir (Silih Mulud)
MANKOBAH KELIMA PULUH SATU ;
WASIAT SYEKH ABDUL QODIR KEPADA PUTRANYA AB¬DUL ROZAK
Syekh Abdul Qodir telah berwasiat kepada putranya yang ber¬nama Abdul Rozak. Beberapa wasiatnya di antaranya, "Wahai anakku, semoga Alloh senantiasa melimpahkan taufik dan hidayah¬Nya bagimu dan segenap kaum muslimin.
Wahai Ananda, ayah berwasiat "Bertakwalah kepada Alloh, pegang syara dan laksanakan dengan sebaik-baiknya dan pelihara pula batas-batas agama. Ketahuilah bahwa thorekatku dibangun ber¬dasarkan al-Qur'an dan sunnah Rosululloh SAW. Hendaknya kamu berjiwa bersih, dermawan, murah hati, dan suka memberi per- to longan kepada orang lain dengan j al an kebaikan.
Kamu jangan bersikap tegar hati atau berlaku tidak sopan. Se¬baiknya kamu bersikap sabar dan tabah menghadapi segala ujian dan cobaan, serta musibah yang dihadapimu. Hendaknya kamu bersikap suka mengampuni kesalahan orang lain, dan bersikap hormat pada sesama ikhwan dan semua fakir miskin.
Jaga dan pelihara olehmu kehormatan guru-guru, dan berbuat baiklah jika kamu bertemu dengan orang lain, beri nasihat yang baik bagi orang-orang besar tingkat kedudukannya, demikian pula bagi masyarakat kecil di bawahmu. Jangan dibiasakan suka berbantah¬bantahan dengan orang lain, kecuali dalam masalah agama.
Ketahuilah bahwa hakikat kemiskinan secara agama berupa ke¬tidakbolehan menyampaikan kebutuhan kekurangan kepada orang lain, dan hakikat kekayaan berupa ketidakbutuhan akan ciptaan, diri. Tasawuf dicapai lewatiicelaparan dan pantangan dari hal-hal yang disukai dan dihalalkan, dan pribadi yang bersikap tidak banyak bicara apalagi besar mulut.
Jika kamu berhadapan dengan orang miskin, jangan berpintar diri. Jangan dimulai dengan ilmu, sebab unjuk ilmu membuatnya tak senang, dan ia akan jauh darimu. Sebaliknya, hendaklah dimulai dengan kasih sayang. bersikap lembut karena kelembutan membuatnya senang dan lebih dekat padamu.
Tasawuf itu dibangun di atas kerangka landasan yang kokoh pada delapan hal yakni : 1) kedermawanan; 2) rido / pasrah, merasa senang menghadapi kegetiran qodo dan qodar; 3) sabar; 4) isyarat /memberi petunjuk; 5) mengembara / melanglangbuana; 6) berbusana wool/ bulu; 7) pelintas rimba belantara / rimbawan; dan 8) fakir / bersahaja, sederhana.
Kedelapan nilai moral itu telah dimiliki oleh : 1) kedermawanan Nabi Ibrahim; 2) keridoan, kepasrahan Nabi Ishak; 3) kesabaran Nabi Ayub; 4) isyaratnya Nabi Zakaria; 5) berlanglangbuana seperti Nabi Yusuf; 6) berbusana wool seperti Nabi Yahya; 7) rimbawannya Nabi Isa; dan 8) kefakiran, kesederhanaan Nabi Muhammad SAW.
Bila kamu berkumpul bersama-sama dengan orang kaya, per¬lihatkan kegagahan dan keberanianmu, namun sebaliknya perlihat¬kan kerendahan hati bila kamu berkumpul dan bergaul dengan orang • miskin. Hendaknya kamu mengikhlaskan diri dalam setiap laku perbuatan, dan kegiatan. Seharusnya bermudawamah dzikrullah, arti¬nya tiada putus-putusnya mengingat Alloh. Kamu jangan ber¬prasangka buruk kepada Alloh dalam segala situasi dan kondisi apa¬pun. Demikian pula harus berserah diri kepada Alloh dalam segala tindak perbuatan. Jangan menggantungkan diri kepada orang lain, percayalah kepada kemampuan dirimu sendiri, baik terhadap keluarga maupun teman sejawat.
Layani, dan selalu perhatikan para fakir miskin, terutama dalam tiga hal yakni: pertama, bersikap tawadu (merendahkan diri); kedua berbudi pekerti yang baik dan mulia, dan ketiga, kebeningan hati, dan mengekang hawa nafsu, agar kelak kamu menjadi hidup.
Perhatikan olehmu, bahwa yang paling dekat kepada Alloh ialah orang yang berbudi pekerti yang luhur. Dan amal yang paling utama, ialah memelihara hati dari melirik kepada yang lain, selain hanya kepada Alloh saja. Bila kamu bergaul bersama orang miskin ber¬wasiatlah dengan jalan kebenaran dan kesabaran.
Tentang masalah dunia, kiranya cukup bagimu dua hal : pertama bergaul dengan orang miskin, kedua menghormati wali, selain dari¬pada Alloh, segala sesuatu itu jangan dipandang cukup, menyerang di bawahmu adalah pengecut, berlagak gagah terhadap sesama, adalah lemah, dan berlaku sombong kepada orang yang lebih tinggi ke¬dudukannya, menunjukkan ketidaksopanan.
Ketahuilah, bahwa Tasawuf dan fakir merupakan dwi tunggal ke¬benaran yang hakiki, bukan bercanda atau main-main, oleh karena itu jangan dicampur dengan bercanda.
Sekianlah wasiat ayahanda padamu, semoga Alloh senantiasa melimpahkan taufik dan hidayah-Nya padamu dan pada murid¬muridku atau siapapun yang mendengar wasiat yang disampaikan ini, semoga dapat mengamalkannya dengan diiringi keagungan dan syafaat jungjungan kita Nabi Muhammad SAW., Amin Ya Robbal 'Alamin" .
MANQOBAH KELIMA PULUH TIGA;
SYEKH ABDUL QODIR WAFAT
Menjelang akhir hayat Syekh, malaikat Izroil datang mengunjungi Syekh di kala matahari akan terbenam ke peraduannya. Malaikat Izroil itu datang membawa surat dari Alloh SWT buat Syekh dengan alamat sebagai berikut : “ Yshilu Hadzal Maktuu-bu Minal Muhibbi Ilal Mahbubi” (Surat ini dari Dzat Yang Maha Pengasih disampaikan kepada wali yang dikasihi). Kemudian surat tersebut diterima oleh putranya yang bernama Sayyid Abdul Wahab, setelah diterima, masuklah dia bersama malaikat Izroil, sebelum surat dihaturkan kepada Syekh, beliau sudah mengerti bahwasanya beliau akan pindah ke alam 'uluwi, alam tinggi yakni meninggal dunia.
Syekh berkata kepada putra-putranya, "Jangan terlalu dekat, supaya menggeser agak jauh, karena lahiriahnya aku bersama-sama dengan kamu, sedang batiniahnya aku bersama dengan selain kamu, dan supaya diperluas ruang ini, karena hadir selain daripadamu, tunjukkan sopan santunmu.
Siang dan malam harinya, tak henti-hentinya beliau meng¬ucapkan "Wa 'alaikus Salam Warohmatullohi Wabarokatuh Gofarol¬lohu Lii Walakum, Taa-ballohu 'Alayya Wa'alaikum, Bismillahi goeri Muu di . Dan membaca "Wadkhulufi-shoffilAwwali, Idzan ajii¬u Ilaikum. Rifqon Rifqon Wa'alaikumus salaa-mu Ajiu Ilaikum". Dan dibaca "Qifuu Ataa-hul Haqqu Wa Sakarotul Maoti".
Beliau berpesan "Jangan ada yang menanyakan apapun kepada¬ku, karena aku sedang bolak-balik dalam lautan Ilmunya Alloh", lalu dibacakan "Ista'antu Billaa Illahaa-ha Illalohu, Subhanahuu Wa ta'ala Wal Muhyil-ladzi Laa Yakhsal Fautu, Subhaana Man taaz-zaza Bil Qudroti Waqohri 'Ibaa-dahu Bil Maoti La Illaa-ha Illahohu, Subhaa-nahu Wata'alaa Walhayyil-ladzi La Yakhsal gautsu, Subhaa¬na Man taaz-zaza Bil Qudrotika Waqohri 'Ibaa-dahu Bil Maoti Laa ilaa-ha Illalohu Muhammadur Rosulullohi, Ta'az-zaza, Ta'az-zaza. Allohu, Allohu, Allohu". Terdengar suaranya nyaring, lalu suara lembut tidak terdengar lagi, dan meninggallah Ridwanallohu 'Anhu.
Syekh wafat pada malam Senin ba'da Isya, pada tanggal 11 Rabi'ul Akhir tahun 561 Hijriyah (1166 Masehi) pada usia 91 tahun.
0 Komentar untuk "MANAQIB SYEKH ABDUL QADIR QS. KE 51 DAN 53 BULAN RABIUL AKHIR (SILIH MULUD)"