ads
ads

Perbedaan Talqīn dan Bai’at


Talqīn dan Bai’at 

Untuk dapat mengamalkan zikir khas (yakni zikir dalam TQN), begitu juga amalan-amalan yang lainnya, seorang salik (murid) mesti memulai dengan proses “talqin”. Talqin ialah peringatan guru kepada murid. Sedangan bai’at adalah kesanggupan dan kesetiaan murid di hadapan gurunya untuk mengamalkan dan mengerjakan segala kebajikan yang diperintahkannya. Allah berfirman:
 واوفوا بعهد الله اذا عاهدوا ولا تنقضوا الايمان بعد توكيدها وقد جعلتم الله عليكم كفيلا 
Dan tepatilah perjanjian dengan Allah jika kamu berjanji dan janganlah kamu mebatalkan sumpah-sumpahmu sesudah kamu meneguhkannya dan kamu telah menjadikan Allah sebagai saksi kalian (terhadap sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat (an-Nahl: 91)
 ان الذين يبايعونك انما يبايعون الله يدالله فوق ايديهم فمن تكث فانماينكث على نفسه ومن اوفى بما عاهد عليه الله فسيؤتيه اجرا عظيما Sesunguhnya orang-orang yang berbai’at kepadamu, mereka berbai’at kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, barang siapa melanggar janjinya niscayua akibat melanggar janjinya akan menimpa dirinya sendiri dan barang siapa memenuhi janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar (al-Fath: 10). Nabi bersabda:
 بايعوني علي ان تشركوا بالله شيئا ولا تسرقوا ولا تزنوا ولا تقتلوا اولادكم ولا تأتوا ببهتان تفترونها بين ايديكم وارجلكم ولا تعصوا في معروف فمن وفي منكم فاجره على الله ومن اصاب من ذلك شيئا فعوقب في الدنيا فهو كفارة له ومن اصاب من ذلك شيئا تم ستره الله عز و جل فهو الى الله ان شاء عاقبه فبايعناه على ذلك 
Berbaiatlah kalian kepadaku bahwa kalian tidak akan menyekutukan Allah dengan sesuatu, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anak kalian, tidak akan berbuat dusta dan tidak akan melanggar perbuatan yang ma’ruf. Barang siapa di antara kalian yang memenuhi bai’at ini maka pahalanya disediakan di sisi Allah.
Dan barang siapa yang melanggar salah satu di antaranya, maka ia akan diberi sangsi di dunia, dan sangsi itu sebagai penebus dosanya. Dan barang siapa yang melanggar salah satu di antaranya, kemudian Allah menutupi dosanya, maka putusannya terserah kepada Allah, mungkin Allah mema’afkannya dan mungkin pula menyiksanya. Kata ‘Ubadah bin Samit, maka kami berbai’at kepada beliau untuk masalah-masalah itu.(H. R. Bukhari). Ibnu ‘Arabi menganggap bahwa talqin adalah proses pemasukan nūr nubuwwah ke dalam hati salik.

Di dalam talqin secara spiritual terjadi proses penanaman cahaya iman, sekaligus dijelaskan pula secara sarih (jelas) bagaimana cara berzikir (kaifiyyat az-Zikr) agar cahaya iman dapat tumbuh subur sehingga menghasilkan amal salih. Talqin hanya bisa dilakukan oleh seorang Guru Mursyid. Guru mursyid adalah seorang guru spiritual yang telah mendapat izin dari Rasulullah melalui guru-gurunya secara ittisāl (bersambung). Banyak hadis yang menerangkan bagaimana Nabi menalqin sahabat-sahabatnya. Ada talqin yang dilakukan secara berjama’ah dan ada yang dilakukan secara munfarid (sendiri-sendiri). Talqin secara jama’ah, diceritakan oleh Syaddad bin Aus ra.:
Pada suatu waktu kami berada di dekat Nabi saw. Nabi bersabda: Apakah ada di antara kalian orang asing? Saya menjawab”Tidak ada”. Lalu Rasulullah menyuruh menutup pintu dan bersabda: “Angkat tanganmu dan ucapkanlah Laailaaha illallah” Seterusnya beliau bersabda; “Segala puji bagi Allah wahai Tuhanku, Engkau telah mengutus aku dengan kalimat ini dan Engkau menjadikan dengan ucapannya karunia surga kepadaku dan bahwa Engkau tidak sekali-kali menyalahi janji”.
Kemudian beliau bersabda: Aku sampaikan kabar gembira buat kamu bahwa Allah Swt telah mengampuni dosa-dosa kamu semua”.

Adapun talqin yang dilakukan secara munfarid (perorangan), antara lain diterangkan dalam hadis berikut ini: Sayyidina Ali bertanya kepada Rasulullah: “Ya Rasulullah tunjukilah aku jalan yang paling dekat dan paling mudah kepada Allah dan jalan paling utama yang dapat ditempuh oleh hamba-hamba menuju Allah? Rasulullah bersabda: Hendaklah kamu lakukan dzikrullah secara kontinyu (dawām az-Aikr), dan ucapan yang paling utama yang aku lakukan dan dilakukan pula oleh para Nabi sebelumku yaitu kalimah Laailaahaillallaah. Jika ditimbang tujuh petaka langit dan bumi dalam satu daun timbangan, dan kalimah Lāilāhaillallāh dalam satu timbangan yang lainnya, maka kalimah lāilāhaillallāh akan lebih berat. Kemudian Rasulullah bersabda: Wahai Ali tidak akan terjadi kiamat jika di atas muka bumi ini masih ada orang yang mengucapkan Lāilāhaillallāh. Ali bertanya bagaiana cara aku berzikir ya Rasulullah? Nabi menjawab: Pejamkan kedua matamu dan dengar aku mengucapkan tiga kali, kemudian engkau mengucapkan tiga kali pula, sedang aku mendengarkannya. Maka berkatalah Rasulullah Lāilāhaillallāh tiga kali sedangkan kedua matanya dipejamkan, dan suaranya dikeraskan, Ali mendengarnya. Kemudian Ali ra. Mengucapkan Lāilāhaillallāh tiga kali, dan Nabi mendengarkannya. Sedangkan talqin zikir khafi, dilakukan dengan itsbat tidak dengan nafyi, yaitu dengan lafaz ism Zat (Allah). Allah berfirman: قل الله ثم ذرهم في حوضهم يلعبون Katakanlh “Allah” kemudian tinggalkan sifat mereka bermain-main di dalam kesesatan (al-An’am: 91).
0 Komentar untuk "Perbedaan Talqīn dan Bai’at"

Back To Top