ads
ads

Islam Agama Dakwah



Islam Agama Dakwah
Percepatan penyebaran agama Islam melalui dakwah, bukan senjata. Sebab, Islam adalah agama dakwah. Islam berkembang cepat dimulai sejak tahun ke-11 Hijriyah. Islam berkembang dan diterima masyarakat dari Timur Tengah hingga belahan dunia timur, seperti India, Cina, Asia Tenggara, dan Indonesia.
Di bagian barat, Islam diterima di Eropa hingga wilayah utara di perbatasan Rusia bagian selatan, bahkan arah selatan di benua Afrika tembus hingga Afrika Selatan. Kesemuanya ini berjalan seratusan tahun sejak wafatnya Rasulullah.

Para sahabat Rasulullah SAW banyak yang meninggalkan Madinah untuk mengemban tugas dakwah Islam di luar Jazirah Arab. Banyak makam para sahabat dan keluarga Rasulullah SAW berada di luar Jazirah Arab. Misalnya, di Kanton, Cina, terdapat makam paman Rasulullah yang sangat dihormati.
Islam masuk nusantara pada abad ketujuh berdasarkan teori Makkah sebagaimana diungkap Buya Hamka dalam seminar "Masuknya Islam ke Indonesia" di Medan pada 1963. Berdirinya Kesultanan Samudra Pasai pada abad ke-13 bukan bukti awal kedatangan Islam, tapi bukti perkembangan agama Islam di nusantara.
Karena itu, tidaklah perlu menghadap-hadapkan budaya Arab dan budaya nusantara dengan ajaran Islam yang berasal dari Allah dengan sumber hukum Alquran ini. Sebab, keduanya memiliki perbedaan. Islam diturunkan Allah untuk kebaikan dan kesejahteraan serta kebahagiaan seluruh manusia dengan hukum-hukumnya yang adil dan menenteramkan.
Jika manusia, apakah orang Indonesia, Amerika, Cina, Rusia, Afrika, Jepang, atau suku Jawa, Padang, Sunda, atau Batak kesemuanya tunduk dan patuh pada hukum Allah maka dijamin kebahagiaan hidup akan diraih. Islam tidak memaksa siapa pun untuk Islam ataupun tidak.

Rasulullah diutus hanya untuk menyampaikan kebenaran Islam. Islam dengan seluruh ajarannya--dari doa masuk toilet hingga mendirikan negara dengan jalan dakwah penuh perdamaian dan kasih sayang--tidak ada paksaan. Menolak Islam dan menerimanya itu soal pilihan. Yang agak aneh justru jika ada seorang Muslim, tapi menolak Islam.

Dengan mengganti istilah Islam Nusantara dengan Islam dan nusantara, selain menghindari kebingungan intelektual, pencampuradukan pemikiran dan budaya, juga agar kedua istilah ini bisa dicarikan sumber hukum masing-masing. Istilah Islam Nusantara juga bisa menyebabkan proses pendistorsian dan pendangkalan makna Islam dan ini rawan ditunggangi kepentingan liberalisme, kapitalisme, sosialisme, pluralisme, bahkan radikalisme untuk menghilangkan jejak sejarah Islam di nusantara.

Sebab, menurut penulis, problem sosial akibat penetrasi kapitalisme dan sosialisme di Indonesia bukan semata-mata soal budaya, melainkan soal imperialisme politik, ekonomi, pendidikan, dan budaya yang menjadikan negeri ini tidak memiliki kedaulatan, tentu tidak relevan jika dihubungkan dengan sekadar perbedaan dan penolakan budaya Arab dalam budaya nusantara. Jauh panggang dari api, jauh masalah dari solusi. 
0 Komentar untuk "Islam Agama Dakwah"

Back To Top