PSIKOLOGIS SHALAT BERJAMAAH
SHALAT berjamaah
dalam Islam sangat ditekankan. Prof.Dr.TM.Hasbi Ash Shiddieqy (1983) dalam
bukunya yang berjudul Pedoman Shalat mengutip beberapa hadist Nabi
Muhammad SAW mengenai keutamaan shalat berjamaah dan juga ancaman bagi mereka
yang enggan mendatangi shalat berjamaah, antara lain:
“Barang siapa
berwudhu dan menyempurnakan wudhunya kemudian pergi shalat fardhu lalu mengerjakan
shalat itu beserta imam (berjamaah), maka ia akan diampuni dosanya.” (HR.Ibnu
Khuzaimah dari Utsman).
“Shalat berjamaah itu
lebih utama dari shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.” (HR.Malik dan Muslim dari Ibnu Umar).
“Barang siapa
bershalat shubuh di dalam jamaah, maka ia telah dalam tanggungan Allah.” (HR.Ibnu Majah dari Samurah Ibnu Jundud).
“Barang siapa
mendengar seruan (adzan), dan tidak ia memenuhinya, maka tidak ada shalat
baginya.” (HR.Ibnu Mundzier dari Ibnu Abbas).
“Barang siapa mendengar
seruan (adzan), kemudian ia tiada memenuhi seruan itu dengan tidak ada udzur,
maka tidaklah shalat baginya.” (HR.Ahmad, Ibnu
Hazam)
“Sungguh aku telah
berkemauan akan manyuruh mengumpulkan berkas-berkas kayu api, kemudian aku
menyuruh mendirikan shalat, lalu diadzankan untuknya. Kemudian aku menyuruh
seorang buat menjadi imam. Sesudahnya itu, aku pun pergi kepada mereka yang
tidak menghadiri jamaah, lalu aku bakar rumahnya bersama-sama dengan mereka
didalamnya.” (HR.Bukhari-Muslim).
Hadist-hadist diatas
mengisyaratkan kepada umat Islam bahwa shalat berjamaah sangat dianjurkan. Hal
ini dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, di lihat dari pahala yang akan
diberikan kepada mereka yang menjalankan ibadah berjamaah, misalnya akan
diampuni dosanya, dilipatgandakan atau dikalikan 27 kali dan juga bagi mereka
yang berjamaah maka dirinya dibawah tanggungan Allah SWT. Kedua,
menekankan ancaman bagi mereka yang tidak mau berjamaah, terlihat pad hadist
diatas Nabi akan” membakar” rumah bersama-sama dengan para penghuninya bagi
mereka yang tidak mau mengerjakan atau menghadiri shalat berjamaah. Hal ini
tentunya bukan secara harfiah akan membakar, namun memberikan penekanan betapa
pentingnya shalat berjamaah.
Disamping mempunyai
pahala yang besar, shalat berjamaah ternyata menurut Haryanto (1993;1994),
mempunyai dimensi psikologis tersendiri, antara lain: aspek demokratis, rasa
diperhatikan dan berarti kebersamaan, tidak adanya jarak personal, pengalihan
perhatian (terapi lingkungan) dan interdependensi.
0 Komentar untuk "PSIKOLOGIS SHALAT BERJAMAAH"